Chifa Bersekongkol?

5.5K 447 4
                                    


Walaupun sedikit lelah, akan tetapi janji harus ditepati. Baru berbaring sebentar, tadi Alex menelepon dirinya lagi untuk menanyakan kepastian kedatangannya. Ia mengatakan ia akan datang sekitar pukul delapan malam. Dan Alex langsung mengirimkan lokasi rumahnya.

Sekarang Marvel telah selesai berpakaian. Ia hanya memakai kaos hitam lengan panjang karena kali ini bukan pertemuan resmi. Ia memakai pakaian yang cocok dipakai untuk main ke rumah teman namun tetap sopan dan terlihat berkelas. Setelah merasa dirinya sudah rapi, ia segera keluar dari kamar hotel. Ia memanggil sopir sewaan dan kemudian pergi bersama mobil mewah yang ia sewa pula.

Dengan mengikuti petunjuk lokasi, akhirnya Marvel sampai di depan rumah mewah. Ternyata Alex tidak bercerita bohong. Pria setengah bule itu memang memiliki rumah yang sangat mewah di Bali. Tapi ia tidak heran, perusahaan CH Group memang sudah memiliki kejayaan sejak dulu, sama seperti LR Sky.

"Kalau Bapak mau pulang, langsung hubungi saya aja ya, Pak," ucap sopir sewaannya dengan sopan.

Marvel mengangguk. "Iya."

Kemudian Marvel keluar dari mobil. Setelah Marvel turun, mobil yang mengantar Marvel langsung pergi setelah Marvel masuk ke dalam halaman rumah mewah itu.

Saat memasuki halaman, Marvel disambut oleh pria-pria berbadan tegap. Ternyata Alex tidak main-main dalam urusan penjagaan rumahnya. Berbeda dengan keluarganya yang hanya memiliki empat security, itu pun berjaga bergantian sesuai dengan shift.

"Silahkan masuk, Tuan," ucap salah satu pria yang menyambut dirinya sambil membukakan pintu dengan lebar. Dan begitu pintu dibuka, seorang pembantu sudah berdiri untuk menyambutnya. Pembantu itu membungkuk hormat. "Selamat datang, Tuan Marvel."

Ia mengangguk, ia tidak habis pikir mengapa harus sehormat itu. Dia tidak gila hormat sama sekali. Tapi karena tidak ingin membuang waktu lagi, ia langsung masuk dan berjalan menuju ruang tengah dengan pembantu itu sebagai pemandu.

"Silahkan duduk dulu, Tuan. Maaf Tuan Alex nya sedang berpakaian."

Marvel mengangguk sambil duduk. "Ya, gak apa-apa."

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya orang yang mengundangnya makan malam menunjukkan batang hidungnya. Pria bernama Alex itu tengah menuruni anak tangga sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

"Makasih udah mau datang. Senang rasanya kehadiran tamu terhormat seperti Marvel Aldyan Willson," ujar Alex ketika mereka sudah berhadapan. Pria itu mengulurkan tangan pada Marvel. "Apa kabar?"

Marvel menyambut uluran tangan Alex. "Aku baik. Dan gimana sebaliknya? Udah lama gak ketemu."

Alex tersenyum sambil mempersilahkan Marvel untuk kembali duduk di sofa. "Aku juga baik. Cuma akhir-akhir ini aku agak sibuk aja."

"Ya pasti. Aku juga begitu. Apalagi hotel Antar Mitra Jaya sebentar lagi rampung di bangun. Banyak lagi persiapan yang harus kita persiapkan dari jauh-jauh hari," balas Marvel menanggapi.

Alex mengangguk. "Betul. Apalagi nanti aku yang merencanakan sistem pelayan. Pelayan VIP harus bener-bener baik dan berkualitas. Jangan sampai malu-maluin nama perusahaan kita maupun Indonesia."

Marvel mengangguk setuju. Yang paling utama adalah jangan mempermalukan Indonesia. Walaupun hotel itu bukan milik negara, namun karena hotel tersebut adalah salah satu hotel bintang lima terbesar, tentu akan banyak turis asing mancanegara yang singgah sehingga secara tidak langsung mereka akan menilai Indonesia salah satunya dari kualitas hotel.

"Oh ya. Selamat untuk ulang tahun perusahaanmu," ucap Marvel untuk memecahkan keheningan yang sempat terjadi beberapa detik.

Alex terkekeh. "Besok, Vel."

Marvel ikut tertawa. "Sekalian aja. Siapa tahu nanti aku lupa. Kalau hadiah, besok aja pas acara."

Alex mengangguk. Pria itu menoleh ke arah dapur di mana ada pembantunya yang sedang merapikan meja makan. "Mana dia?" tanya Alex pada pembantu yang tadi menyambut Marvel.

Pembantu itu menoleh. "Belum turun, Tuan. Mungkin masih merapikan kamar Tuan."

Alex kembali mengalihkan fokusnya pada Marvel. Pria itu memperhatikan Marvel yang sedang merapikan lengan kaosnya. Entah apa yang dipikirkan Alex, sungguh tidak ada yang tahu karena Alex pandai memainkan ekspresi.

"Dia siapa?" Tiba-tiba Marvel menoleh padanya sehingga Alex langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Oh, pembantu juga. Harusnya dia bantu-bantu di dapur juga," jawab Alex santai. Alex sempat melirik ke lantai atas kemudian berdekham pelan. "Dan kamu pasti bakal kaget begitu lihat dia," lanjut Alex yang sukses membuat Marvel menoleh cepat padanya.

"Maksudnya?" tanya Marvel tidak mengerti.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki. Marvel dan Alex menoleh ke arah lantai dua secara bersamaan. Pada saat itu juga mata Marvel membulat melihat gadia yang tengah menuruni anak tangga tanpa mengangkat wajah. Sedangkan Alex menyembunyikan senyum kecilnya.

"Chifa?" Marvel hampir tak percaya. Selama ini ia mencari Chifa dan ternyata Chifa berada di rumah Alex dan bekerja sebagai pembantu. Bukankah katanya Chifa dibawa oleh rentenir? Ada rasa kecewa. Selama ini ia mengkhawatirkan gadis itu dan terus-menerus merasa bersalah, tapi nyatanya gadis itu hidup dengan baik di sini.

Dan jika dilihat dari penampilannya yang lebih rapi, sepertinya gadis ini lebih bahagia tinggal di sini. Lalu, apakah bi Sumi berbohong? Sungguh, ia merasa telah ditipu.

Mendengar seseorang menyebut namanya, Chifa mendongak untuk melihat. Langkah kakinya langsung berhenti karena sangat terkejut. Bagaimana tidak terkejut, ia melihat Marvel di rumah tuannya, di Bali, yang jauh dari Jakarta. Tapi mengapa pria itu menatapnya tidak suka? Oh ya, dia lupa, pasti Marvel masih marah karena ia sudah merusak hubungannya dengan Kayla.

Di antara dua orang yang masih terkejut, diam-diam Alex memperhatikan interaksi keduanya. Alisnya terangkat ketika tidak melihat sesuatu yang dramatis. Apakah Marvel tidak terkejut melihat Chifa menjadi pembantunya? Apa yang terjadi sebenarnya? Terakhir kali ia bertemu dengan Chifa dan Marvel, keduanya terlihat akrab. Tak ingin banyak berpikir, ia pun berdeham untuk mulai berbicara.

"Chifa, apa yang kamu lihat? Cepet bantu bi Tia."

Chifa mengerjap kemudian tersenyum lebar. "Eh, iya Tuan. Maaf." Kemudian Chifa kembali menuruni anak tangga dengan langkah seperti biasanya.

Melihat Chifa tersenyum bahagia seperti tadi, kini Marvel semakin sadar bahwa ia sudah tertipu. Rasa khawatirnya selama ini hanyalah hal yang sia-sia. Ia menghabiskan banyak uang dan waktu untuk mencari gadis ini, tapi ternyata gadis ini telah bahagia di sini.

Ia sering bertengkar dengan Kayla hanya karena mencari gadis ini. Dan ternyata lagi, gadis ini tidak dibawa oleh rentenir. Bi Sumi berdusta, begitu pula dengan Ghazali, sepertinya mereka telah bersekongkol untuk mendapatkan belas kasih dari keluarganya. Orang-orang ini telah menipu keluarganya hanya untuk mendapatkan uang. Ia mengepalkan tangan.

Setelah ini ia akan menelepon ibunya dan menceritakan semuanya. Rumah yang diberikan pada Ghazali pun harus diambil. Penipu seperti orang-orang tidak pantas dikasihani.

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang