Setuju Tidak?

5.5K 453 17
                                    

Semua mata tertuju pada Marvel. Mereka menunggu pengakuan dari Marvel. Marvel menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menunduk. Rasanya malu sekali harus mengaku bahwa dirinya dicium oleh Chifa. Tapi jika tidak dijawab, maka mereka akan tetap berada di depan pintu seperti ini.

Marvel mengangkat kepalanya setelah mengumpulkan keberaniannya. "Iya. Tapi kan gak pake rasa. Mamah sama Papah kan tahu sendiri kalau dia itu selalu begitu. Ngintip aku mandi aja dia gak malu-mal-" Marvel langsung menutup mulutnya. Ia melirik ke arah ayahnya Chifa. Ia telah keceplosan di depan Ghazali. Pasti pria itu terkejut mengetahui kelakuan anaknya.

Ghazali langsung melototi anak semata wayangnya. "Chifa, apa bener kamu gak sopan kayak gitu?" tanya Ghazali seperti berharap semoga yang dikatakan oleh Marvel itu tidak benar.

Chifa malah mengangguk sambil menyengir. "Tapi aku udah minta maaf kok. Nyonya sama Tuan juga udah maafin aku. Ya kan, Tuan?"

Eddy hanya diam saja. Bukan karena tak ingin menjawab, akan tetapi otaknya masih memproses. Anaknya, Marvel, yang ia ketahui tak pernah melakukan skinship berlebihan itu kini telah dicium oleh Chifa. Dan anehnya mengapa Marvel tidak marah? Bukankah tidak mencium wanita sebelum menjadi istrinya adalah prinsip Marvel? Atau jangan-jangan sebenarnya Marvel sudah tidak memegang prinsip itu?

Lamunan Eddy buyar saat Ghazali berbicara. "Pak, maafin anak saya ya. Maafin dia yang udah lancang banget sama keluarga Bapak. Saya minta maaf." Ghazali meminta maaf atas kelakuan anaknya.

Eddy mengangguk dan tersenyum. "Gak apa-apa, Pak. Kami maklum dan kami juga udah terbiasa. Dulu pas Chifa masih kerja di sini, justru kelakuan dia yang begini yang selalu menghibur kami."

Walaupun Eddy dan Liana terlihat tidak mempermasalahkan kelakuan Chifa, namun ia sebagai seorang ayah merasa malu. Mengapa Chifa terlihat seperti gadis yang tidak tahu sopan santun dan tak tahu malu. Padahal sebenarnya Chifa sangat sopan jika berada di rumah.

"Udah Pak. Jangan terlalu dipikirin. Ayo kita masuk." Eddy mengajak semuanya masuk termasuk Chifa dan Marvel.

* * * *

"Pah, Papah merasa aneh gak sih?" Liana yang sudah berbaring ditempat tidur bertanya pada suaminya yang sedang memakai piyama tidur.

Eddy melirik istrinya sekilas kemudian kembali fokus pada kancing piyama. "Aneh apanya?"

Liana mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. "Marvel." Kemudian pandangan Liana menerawang jauh.  "Padahal dulu pas dia masih pacaran sama Kayla pertama kali, dia itu cerita ke mamah kalau dia hampir mutusin Kayla yang maksa pengen nyium dia. Lah terus kenapa sekarang dicium Chifa si Marvel kelihatan biasa aja ya? Bahkan kelihatan malu-malu."

Selesai memakai baju, Eddy berjalan menuju tempat tidur. "Papah juga mikir gitu. Tapi Marvel kan bilang kalau dia itu gak suka Chifa." Kemudian Eddy mendudukkan diri di tepi ranjang.

"Papah mau gak punya menantu kayak Chifa?" Tiba-tiba Liana bertanya seperti itu.

Alis Eddy terangkat karena tak habis pikir dengan pertanyaan istrinya. "Kok nanya gitu?"

Liana bangkit dan duduk bersila. "Entah kenapa ya, mamah tuh selalu kepikiran sama Marvel. Mamah takut Marvel milih perempuan yang kayak Kayla lagi. Dan mamah selalu kepikiran, apa Chifa cocok untuk Marvel? Soalnya kan Chifa itu baik dan polos. Walaupun sedikit gak tahu malu, tapi masih wajar karena dia itu polos. Aslinya Chifa itu baik loh, Pah. Dulu mamah sering ngobrol sama dia. Kalau mamah perhatiin dari cara dia cerita, sebenarnya dia itu dewasa juga walaupun umurnya baru 19 tahun. Ditinggal ibunya sejak kecil buat dia berpikir lebih dewasa. Cuma sikap dia yang kayak anak kecil, ceria, dan kayak gak pernah kesinggung sama apapun, itu tuh pesan ibunya. Ibunya pesan supaya dia selalu bahagia. Jadi, apapun yang terjadi, dia itu selalu ceria."

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang