Untung Ada Laila

4.7K 389 12
                                    

Semua yang ada di depan meja makan malu sendiri mendengar jawaban Chifa. Namun di samping itu, semuanya tidak sanggup menahan tawa. Akhirnya semuanya tertawa terbahak-bahak kecuali Chifa, Marvel, Claudya, dan Farez. Chifa cemberut karena kesal pada Marvel, Marvel hanya menunduk menahan malu, Farez tidak merasa tertarik untuk tertawa, sedangkan Claudya menahan kesal setengah mati.

"Vel, ganas banget sih? Masih pertama loh." Alvian sengaja menggoda Marvel hingga pipi Marvel bersemu merah. Sudahlah, ia tahu setelah ini kakaknya tidak akan berhenti menggodanya.

"Marvel, Marvel, punya istri kok polos banget sih. Bikin gemes," ucap Kenny yang terkekeh sejak tadi. Ternyata ada yang lebih ceplas-ceplos dari pada Liana.

"Udah-udah, kasihan Marvel. Lihat tuh, pipinya nyampe udah merah," ucap Liana menghentikan semuanya. Sebenarnya ia juga ingin ikut menggoda Marvel, akan tetapi ia tidak tega juga melihat Marvel menahan malu. Akhirnya semuanya berhenti dan langsung memulai sarapan.

"Chif, mau makan apa?" Marvel mengambilkan piring untuk Chifa. Kali ini biarlah dirinya yang melayani Chifa sebagai permintaan maaf. Kasihan juga Chifa jadi susah berjalan.

"Hmm, sayur lodeh aja," jawab Chifa sambil tersenyum ceria. Ia merasa senang karena Marvel perhatian padanya. Chifa memang seperti itu, moodnya mudah berubah.

Marvel mengambil nasi serta sayur lodeh. Setelah meletakkan sendok di atas piring, Marvel hendak menyodorkan piring tersebut untuk Chifa, akan tetapi seseorang menyerobot terlebih dahulu.

"Aku duluan ya kak Chifa. Aku juga pengen," ucap Claudya sambil tersenyum lebar seperti orang tak berdosa.

Chifa langsung terdiam. Hal tersebut dapat dilihat langsung orang semua orang, termasuk Laila.

"Claudya, kebiasaan nyerobot punya orang," tegur Alvian.

Claudya hanya menyengir seolah-olah dirinya adalah anak kecil yang baru tahu sopan-santun. Alvian hanya bisa menggelengkan kepala.

Marvel menghela nafas. Ia tak habis pikir pada Claudya. Padahal di meja ini banyak orang, termasuk ayahnya Chifa. Apakah gadis itu tidak bisa menahan diri sedikit untuk tidak mencari gara-gara? "Gak apa-apa. Aku bisa ngambilin yang baru untuk Chifa."

Marvel pun mengambil piring baru dan kembali mengambil nasi serta sayur lodeh. Dan lagi-lagi, saat akan memberikan piring pada Chifa. Claudya menarik tangannya. "Kak, suapin aku ya. Aku kangen loh sama masa-masa pas aku masih tinggal di rumah ini. Dulu Kakak sering nyuapin aku. Sebelum aku balik ke London, aku pengen Kakak nyuapin aku."

Laila sejak tadi memperhatikan Claudya. Sekarang ia benar-benar percaya dengan apa yang diceritakan oleh Chifa. Ia tak menyangka ada gadis tak tahu diri seperti Claudya. Sudah tahu sepupunya itu memiliki istri, seharunya gadis itu tahu jika sepupu sudah memiliki istri atau suami, ada batasan tak terlihat yang tidak boleh dilewati. Tidak seperti saat masih melajang, yang terserah mau memperhatikan siapa saja. Jika sudah punya pasangan, tentu harus lebih memperhatikan pasangannya.

Laila segera mencari ide agar Marvel bisa lepas dari Claudya.

Ting. Langsung ada lampu di kepala Laila. Aku ada ide.

"Kak Marvel, Mbak Chifa. Inget tentang suap-suapan. Aku jadi pengen deh ambil gambar kalian yang lagi suap-suapan. Untuk kenang-kenangan dibawa ke kampung. Boleh kan?" Laila langsung mengeluarkan ponselnya.

Marvel tersenyum dan mengangguk. Benar juga yang dikatakan oleh Laila. Mereka harus memiliki kenang-kenangan yang indah karena setelah acara pesta pernikahan sudah selesai, mereka akan pulang ke kampung masing-masing dan entah kapan bisa berkumpul seperti ini lagi. "Oke. Ide bagus."

Yes! Berhasil. Rasain tuh. Sekarang ada aku yang bisa ngelawan kamu.

Claudya langsung cemberut sambil meremas sendoknya. Tak disangka gadis ini mampu menggagalkan rencana untuk mengambil perhatian Marvel. Ya, ia tahu Laila sengaja mengajukan ide tersebut.

* * * *

Selesai makan pagi, semua orang kembali pada aktivitas masing-masing. Alvian, Dahlan, Eddy, Nicole, dan Ghazali duduk di ruang tamu untuk mengobrol. Kenny kembali masuk ke kamar karena kurang enak badan, mungkin karena perjalanan dari London ke Jakarta sangat jauh, tubuh Kenny yang sudah tua jadi kelelahan. Idah, bi Sumi, Tiara, dan Liana tengah mengobrol di ruang tengah sambil menonton televisi dan juga sambil mengasuh Syanas dan Zulfian. Marvel dan Chifa pergi melihat Vila tempat mereka menginap nanti. Laila, Farez dan Claudya duduk di taman.

Sebenarnya Claudya, Laila dan Farez bukan sengaja berkumpul di taman belakang. Mereka duduk di sana karena kebetulan. Awalnya hanya Farez saja yang duduk memandangi pemandangan taman belakang, kemudian Laila bergabung karena ingin melihat kolam, dan terakhir datang Claudya yang ingin menghilangkan rasa kesal akibat tidak diperbolehkan ikut bersama Marvel.

Kini mereka duduk di bangku taman yang saling berhadapan. Farez dan Laila duduk di bangku yang sama, sedangkan Claudya duduk di depan keduanya.

"Hei kamu. Kamu tadi sengaja kan ngusulin ide untuk ngambil foto supaya aku gak jadi disuapin sama kak Marvel." Claudya angkat bicara karena sejak tadi ia menahan kesal pada Laila.

Laila menggeleng pura-pura polos. "Enggak. Aku memang pengen ngambil kenang-kenangan aja. Kok kamu ngerasa begitu sih? Jangan-jangan kamu memang niat pengen disuapin kak Marvel supaya kak Marvel gak merhatiin mbak Chifa ya?"

Claudya langsung melotot. "Kamu jangan asal nuduh ya. Aku gak ada niatan kayak gitu. Aku memang pengen disuapin karena aku kangen masa-masa aku sama kak Marvel sebelum aku pindah ke London."

Laila mencebikkan bibir. "Eleh. Alasan."

Sementara kedua gadis itu berdebat, Farez hanya menatap keduanya dengan tatapan dingin. Ia melipat tangan di dada, dan tak berniat ikut campur. Ia tidak tertarik.

Perdebatan antara Laila dan Claudya semakin menjadi. Hingga akhirnya kedua gadis itu sama-sama berdiri dan hampir jambak-jambakan. Melihat kedua gadis itu akan melakukan kekerasan, Farez langsung berdiri dan mencekal tangan keduanya.

"Apa-apaan kalian ini."

Akhirnya setelah sekian purnama, remaja dingin itupun bersuara juga. Sejak datang ke Jakarta, sepertinya Farez tidak pernah berbicara. Hampir saja Claudya mengira bahwa laki-laki ini bisu.

Claudya segera menarik tangannya dan langsung membersihkan bekas tangan Farez dari kulitnya. "Dih, pegang-pegang. Tangan kamu banyak kumannya. Nanti aku ketularan miskin."

Laila maju selangkah dan ingin melayangkan tamparan. Ia tidak terima saudaranya dihina seperti itu. Walaupun sebenarnya hubungan antara dirinya dengan Farez tidak dekat bahkan hanya beberapa kali bertemu, namun tetap saja Farez adalah saudaranya. Dan ia tidak terima keluarganya direndahkan.

"Kamu kurang ajar ya."

Hampir tangan Laila mendarat di pipi Claudya, Farez lebih dulu menahan tangan Laila dan menatapnya dingin. Namun dalam tatapan dingin itu, Laila bisa menangkap isyarat dari Farez agar dirinya menahan diri. Akhirnya ia pun mundur dan menurunkan tangannya.

Claudya mundur. Jujur ia terkejut. Ia tidak menyangka ternyata Laila berani ingin menampar dirinya. Apakah gadis itu tidak takut dimarahi oleh keluarga Willson? Jika dirinya terluka, ia yakin keluarga Willson tidak akan memaafkan orang yang melukainya. Secara, dirinya adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga Willson.

"Kamu mau nampar aku? Ayo tampar kalau berani." Claudya sengaja memancing. Ia berharap Laila menamparnya dan nanti ia akan mengadu pada kakeknya dan juga pamannya.

Laila hampir maju lagi, tapi tangannya sudah ditahan oleh Farez. Farez menatap tajam pada Claudya. Tanpa berkata sepatah kata pun, Farez menarik Laila pergi dari taman, meninggalkan Claudya yang penuh emosi.

Sialan. Laki-laki itu berlagak sok cool. Nyebelin banget sih.


Huhuhuhuhuhu😭 siapa nih yang panas dingin karena Farez yang dingin parah. Ngomong aja jarang banget. Dia kenapa ya kira-kira?

Oh ya. Buat yang kemarin minta double up. Kayaknya hari ini gak bisa, Kak. Soalnya tadi sely sibuk bingit. Jadi, rencananya besok aja ya upnya. Kan biasanya up dua hari sekali, tapi besok sely usahain untuk up lagi. Oke?

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang