Tamu VIP

4.2K 370 31
                                    

Pagi ini keluarga Willson telah berkumpul. Mulai hari ini dan seterusnya mungkin mereka akan disibukkan dengan persiapan pernikahan yang seminggu lagi akan dilaksanakan. Urusan KUA telah selesai, tinggal mengurus tentang resepsi dan pembagian kelas tamu VIP.

Sekarang mereka tengah sarapan. Setelah sarapan, Liana dan Eddy akan ke bandara menjemput keluarga mereka dari Inggris, sedangkan Chifa dan Marvel akan berangkat ke gedung WO lagi untuk menyerahkan daftar tamu VIP.

Setelah sarapan, Liana dan Eddy langsung berangkat. Mereka berpamitan di depan pintu.

"Hati-hati ya Mah, Pah," ucap Chifa sambil menyalimi tangan kedua mertuanya.

Eddy dan Liana mengangguk. "Iya. Kalian juga hati-hati. Dan besok keluarga dari Yogyakarta juga datang. Biar papah yang jemput ayahmu ya," ucap Eddy.

Chifa mengangguk semangat. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan keluarganya. Ia sangat merindukan ayahnya.

"Ya udah, papah sama mamah berangkat dulu ya. Assalamualaikum," ucap Liana.

"Wa'alaikum sallam," ucap Marvel, Chifa dan bi Sumi secara bersamaan.

Begitu berbalik, Chifa dikejutkan dengan bi Sumi yang menangis. Chifa langsung menghampiri dan bertanya. "Bibi kenapa? Kok malah nangis?"

Bi Sumi mengusap air matanya. "Bibi sebenarnya bahagia, Chif. Tapi Bibi juga sedih. Nyonya mau pensiunin bibi. Kata nyonya, bibi ini udah jadi keluarga, gak boleh kerja di rumah ini lagi karena kayak gak pantes. Padahal bibi masih pengen kerja, Chif. Bibi suka banget dan betah banget kerja di sini."

Chifa menoleh pada Marvel. Meminta Marvel berbicara.

"Bi, yang dibilang mamah memang bener. Bibi udah jadi keluarga di sini. Bibi udah jadi bibinya aku. Gak sopan kalau kami masih jadiin bibi pembantu di sini. Soal pekerjaan pengganti, mamah bakal kasih modal untuk bibi buka usaha. Modal itu sebagai tanda terima kasih kami karena bibi udah bekerja di sini selama bertahun-tahun dan udah baik banget," ucap Marvel sesuai dengan apa yang ibunya sampaikan kemarin.

Bi Sumi mengangguk. "Bibi paham niat baik nyonya dan tuan. Tapi untuk modal usaha itu gak usah. Bibi gak mau ngerepotin."

Marvel tersenyum. "Gak ngerepotin sama sekali kok, Bi. Kami malah seneng bisa bantu."

Akhirnya obrolan itu berakhir ketika Marvel mendapat telepon dari Jihan. Jihan mengatakan bahwa pagi ini Marvel harus segera datang karena orang yang mengurus tamu ada jadwal lain nanti siang. Oleh sebab itu Marvel langsung mengajak Chifa untuk segera berangkat.

Sesampainya di gedung WO, Chifa dan Marvel langsung diarahkan oleh resepsionis ke ruangan yang sebelumnya mereka datangi saat menentukan tema acara. Sesampainya di ruangan itu, Marvel dan Chifa langsung disambut oleh Jihan dan seorang gadis.

"Maaf buat Bibi nunggu lama," ucap Marvel sambil mengajak Chifa duduk di sampingnya.

Jihan tersenyum. "Gak apa-apa. Lagian bibi duduk disini juga sambil gosip, jadi tak kerasa nunggunya," canda Jihan sambil tertawa pelan.

Mata Marvel beralih pada gadis yang duduk di samping Jihan. Gadis itu tampak muda, seperti baru lulus SMA. Tapi keberadaan gadis itu di sini menandakan bahwa inilah orang yang dimaksud Jihan sebagai orang bagian pengurus tamu undangan. "Em, ini siapa, Bi?" tanya Marvel.

Jihan menoleh ke sampingnya, melihat pada gadis yang memiliki tinggi 159 cm dengan berat badan 42 kg, kulit tidak terlalu putih tapi tidak hitam, hidung mungil seperti Chifa, rambut hitam gelombang sedada, sorot mata lembut tapi terkadang terlihat tajam, serta alis yang tebal. Jihan kembali tersenyum dan kembali menatap Marvel.

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang