Curiga

5.5K 476 14
                                    


Marvel yang biasa memasang wajah tak suka kini memasang wajah penuh selidik. "Muka kamu kenapa?" tanya Marvel.

"Dia jatuh dan mukanya bentur sudut ranjang." Tiba-tiba Alex yang berada di belakang Chifa menyerobot jawaban. "Dia kan sering ceroboh. Kejadian begini udah gak asing lagi untuk dia," lanjut Alex sambil berjalan ke depan Marvel dan berdiri di samping Chifa.

Marvel menatap Alex dan Chifa secara bergantian. Ia tahu Chifa itu memiliki sifat bar-bar. Namun, selama gadis ini bekerja di rumahnya, gadis ini tidak pernah mengalami jatuh, luka, atau semacamnya. Dan ia tahu memar yang ada di wajah Chifa bukan karena jatuh, melainkan karena pukulan atau tamparan yang sangat keras.

Melihat Marvel mulai curiga, Alex langsung mengalihkan topik pembicaraan. "Chifa, cepet ambilin saya jusnya. Kok malah bengong sih?"

Chifa menoleh pada Alex kemudian menunduk lagi. "I-iya Tuan." Kemudian Chifa berlalu melewati Marvel yang masih berdiri berhadapan dengan Alex.

Kini Alex dan Marvel saling pandang sejenak. "Ada apa?" tanya Alex yang mulai merasa Marvel tengah menyelidiki ekspresi dirinya. Jangan sampai ia mengeluarkan ekspresi yang mencurigakan.

Marvel langsung menggeleng dan mengedarkan pandangannya ke arah lain. Setelah itu ia kembali fokus pada Alex. "Aku mau nanya tentang rencana promosi selanjutnya."

Alex menyisir rambutnya dengan jemarinya sebelum menjawab. "Oh itu. Nanti aku kirim hasil rapatku sama anggotaku. Sekarang kita harus nikmati dulu acara hari ini."

Marvel mengangguk. "Oke. Kalau gitu aku tinggal dulu ya." Setelah mendapat anggukan dari Alex, Marvel langsung meninggalkan tempat Alex berdiri menuju tempat hidangan makanan. Sepertinya ia ingin menyantap beberapa kue untuk mengisi perutnya.

Malam tiba, akhirnya pesta telah selesai dan para tamu undangan bubar. Tak terkecuali Marvel dan Alex yang akan kembali ke hotel tempat mereka menginap. Sebenarnya mereka bisa menginap di hotel SkyRP milik mereka, namun karena para pelayan dan pegawai hotel belum bekerja, maka mereka memutuskan untuk menginap di hotel lain.

Marvel baru akan memasuki mobilnya, akan tetapi gerakkannya berhenti karena melihat sesuatu. Cukup jauh dari tempat ia berdiri, ia melihat Alex memasuki mobil. Yang menarik perhatiannya bukan Alex, melainkan gadis yang berjalan menunduk dikawal oleh dua pria berbadan tegap dan sangar. Marvel mengerutkan keningnya. "Kenapa dua bodyguard itu gak ngawal Alex? Malah Chifa yang dikawal ketat."

Tiba-tiba .... "Sayang!" Kayla memeluk Marvel dari belakang sehingga Marvel tersadar dari lamunan.

Marvel menoleh ke belakang. "La, jangan gini dong. Nanti dilihatin orang."

Kayla langsung melepaskan pelukannya dan berjalan ke hadapan Marvel dengan wajah cemberut. "Jadi kamu gak mau orang tahu aku ini pacar kamu?"

Marvel menghela nafas. Mulai lagi nih. "Enggak, bukan gitu. Cuma kita harus tahu sopan-santun. Ini tempat umum, gak sopan mesra-mesraan."

Kayla menghela nafas kesal. Inilah yang kurang disukai oleh Kayla dari Marvel. Marvel tak seperti Alex yang mau diajak skinship seperti ciuman dan lain-lain. Lihatlah, hanya memeluk ditempat terbuka saja Marvel sudah protes. Dan walaupun berada di tempat yang pribadi, Marvel tidak pernah mau mengambil inisiatif untuk bermesraan. Bahkan sampai detik ini ia tidak pernah merasakan bagaimana berciuman dengan Marvel.

"Terserah kamu deh." Kemudian Kayla membuka pintu mobil menyerobot masuk duluan.

Marvel hanya bisa menghela nafas. Entah mengapa sejak mereka berpacaran kembali, hubungan mereka tidak seindah dulu lagi. Jantungnya tidak pernah berdebar kencang saat bersama Kayla kecuali saat Kayla memeluknya. Dan itu tentu wajar jika seorang lawan jenis yang disukai memeluknya. Ia masih menyukai Kayla, tapi entah mengapa jantungnya tidak lagi berdebar. Mungkin karena akhir-akhir ini ia kerap kali kesal dengan tingkah dan sikap serta cara berbicara gadis ini.

Sedangkan di dalam mobil Alex. Alex dan Chifa duduk di bangku belakang. Sejak kejadian waktu itu Chifa terus menunduk dan tidak mau berbicara banyak seperti biasanya. Sesekali Alex melirik ke arah Chifa. Entah mengapa rasanya tidak enak sekali jika Chifa jadi pendiam seperti ini. Sambil melihat pemandangan di sepanjang jalan, Alex memulai pembicaraan. "Kalau masih sakit, nanti saya bawa kamu berobat."

Chifa menggeleng namun masih menunduk. "Gak usah, Tuan."

Mendapat penolakan dari Chifa, emosi Alex naik beberapa tingkat. Sudah diberi kebaikan, gadis ini malah tidak mau. Sepertinya Chifa memang hobi memancing emosinya. "Berani bantah saya? Kalau gitu saya bakal tambah luka-luka di muka kamu itu."

Chifa menatap Alex sambil menggeleng. Ia tidak mau dipukuli lagi. "Jangan, Tuan. Bukan maksud saya bantah, tapi saya cuma gak mau nanti perawatnya nanya asal luka ini. Mereka pasti tahu kalau ini luka pukulan. Gimana kalau nanti mereka tahu Tuan yang ngelakuin kekerasan ini? Tuan bisa dituntut karena melanggar hak asasi manusia."

Alex diam sambil menatap mata Chifa. Ternyata gadis ini peduli juga. Padahal bukankah itu suatu kesempatan untuk gadis ini kabur dan mencari perlindungan. "Bukannya itu kesempatan kamu untuk lari dari saya? Kalau saya dipenjara, kamu kan bisa bebas."

Chifa menggeleng. "Tuan adalah majikan saya. Lagian saya kan budak penebus hutang, saya harus tetap tepatin perjanjian yang bapak saya tanda tanganin. Kalau enggak, berarti saya ingkar janji. Almarhumah ibu saya pernah bilang, saya gak boleh ingkar janji."

"Kalau gitu kenapa kamu diam aja dari dua hari yang lalu? Bukan itu tandanya kamu gak suka saya jadi majikan kamu?" tanya Alex.

Chifa kembali menunduk. "Saya cuma takut aja sama Tuan. Dan saya juga sedih. Kenapa Tuan dan tuan Marvel ngebelain Kayla padahal Tuan dan tuan Marvel belum tahu apa-apa. Tuan Marvel mecat saya, musuhin saya, itu semua karena saya coba nyelamatin dia dari tipu daya Kayla. Tuan Marvel gak percaya dan malah benci saya. Terus Tuan, Tuan mukulin saya cuma karena saya ngancem Kayla. Kalau saya gak ngancem dia, dia terus-terusan ngehina saya. Kalau ngehina saya gak masalah, tapi kalau ngehina keluarga saya, saya gak terima. Coba Tuan pikirin lagi, salah saya di mana coba? Kalau saya salah, saya terima dipukulin karena saya memang salah. Tapi kalau saya gak salah, saya jadi sedih. Kenapa saya disalahin padahal saya gak salah."

Alex diam memperhatikan wajah sedih Chifa yang baru kali ini Chifa tunjukkan. Bukannya marah karena Kayla dijelek-jelekkan, Alex malah merenungi ucapan Chifa. Chifa mengatakan dia mengancam Kayla karena ingin menghentikan hinaan yang terus dilontarkan oleh Kayla. Tapi cerita yang diceritakan oleh Kayla berbeda. Chifa datang pada Kayla lalu mengatakan bahwa Chifa memintanya untuk menjauhi Marvel lalu mengancamnya dengan ancaman akan membongkar perselingkuhannya.

Dari cerita Kayla dan Chifa, yang dapat Alex pastikan bahwa Chifa tidak mungkin berbohong. Sedangkan Kayla, ia tahu watak gadis itu. Kayla tidak pernah mau kalah. Mungkin gadis itu telah menyimpangkan cerita yang sesungguhnya agar ia marah dan akhirnya menghukum Chifa dan dendam Kayla pun terbalaskan.

Kalau dipikir-pikir, dari awal aku dan Kayla lah salah. Chifa cuma mau ngungkap kebenaran. Berarti selama ini cerita aduan-aduan Kayla tentang Chifa itu udah disimpangkan. Chifa gadis baik. Dan Kayla, kenapa aku masih mau sama dia setelah aku tahu aku diduain sama dia.

Alex menghela nafas kemudian menyandarkan tubuhnya. "Pak, mampir dulu ke restoran. Saya lapar," perintah Alex pada sopirnya.

"Siap, Tuan."

"Tapi Tuan, muka saya masih begini." Tiba-tiba Chifa mengatakan keberatannya.

Alex melirik sekilas. "Tenang aja."

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang