[07] Leopard Gillard

20.3K 2.6K 12
                                    

Ercy turun dari mobil Theo dengan sedikit oleng. Dia mengusap wajahnya, menguap pelan. "Aku mungkin harus mengganti klub, aku benar-benar tidak cocok dengan klub melukis. Lukisan ku mengerikan."

Theo menyetujui, "ya, bakat Aileen sejak dulu adalah melukis. Dia memiliki aura aura mencurigakan ketika memegang kuas, tapi aku tidak menemukannya darimu sama sekali. Mungkin kah hanya pelukis profesional yang berbakat yang memiliki itu?"

Ercy mengerucutkan bibirnya, "baik, aku jauh dari kata berbakat."

"Kau cemburu? Dengan dirimu sendiri?" Theo bertanya mengoda, menoel pipi Ercy.

"Aku tersinggung sialan! Sejak kecil lukisan ku benar-benar mengerikan. Ibuku selalu memasukkan ku ke dalam les melukis, tapi guru itu bahkan tidak melirik ku sama sekali. Dan aku selalu mendapat nilai paling rendah ketika pelajaran melukis!" Ercy menggeleng.

Mereka berjalan beriringan memasuki rumah. Rumah yang di berikan kerajaan untuk Ercy cukup besar, halamannya luas dan penuh dengan tumbuhan. Rumah itu sendiri sebenarnya tidak terlihat spesial, justru terlaku besar untuk seseorang yang tinggal berdua bersama bayi. Karena itu bibi Mei dan paman Brandon memutuskan tinggal di sana untuk menemani Ercy. Terlebih lagi bibi Mei, dia menawarkan diri untuk menjadi pengasuh Leo. Kedua orang itu benar-benar seperti orang tua kedua bagi Ercy. Lebih daripada orang tua aslinya.

Ercy tersenyum kecut mengingat itu. Dia menggeleng pelan, mengenyahkan ingatan yang tidak seharusnya dia ingat.

Ketika mereka sampai di depan pintu, bibi Mei membuka pintu dari dalam sambil menggendong Leo yang terlihat mengantuk. Ercy menahan jeritan gemas, mengambil alih Leo ke dalam pelukan nya. Bayi mungil yang awalnya terlihat mengantuk berubah menjadi ceria. Tangan mungilnya mengibas-ngibas, dia juga tertawa dengan suara kecil menggemaskan.

Ercy mengecupi pipi anaknya, di ikuti tawa geli Leo. "Anak mama bau, belum mandi ya kamu..." Goda Ercy, menggigit hidung Leo main-main. Leo yang seakan mengerti menepuk-nepuk pipi Ercy dengan wajah polos nya, "hngg!"

Theo menatap kagum pada bayi kecil itu. Leo biasanya terlihat takut pada Aileen, namun kini di gendongan Ercy, Leo berubah sangat ceria. Hati Theo menghangat, Ercy benar-benar membawa banyak perubahan pada sahabatnya.

Ercy menduselkan hidungnya ke pipi gembul Leo, lalu menoleh ke Theo, "kau mau coba menggendong Leo?"

"Apa boleh?" Theo agak meragu. Aileen tidak pernah menawarkan nya untuk menggendong Leo, bahkan Theo jarang melihat Leo ketika dirinya berkunjung. Karena Aileen cenderung tidak menyukai Leo, bibi Mei jarang membawa Leo keluar kamar jika wanita itu ada di rumah. Kedua, karena Theo belum pernah menggendong bayi sebelumnya.

Ercy menyadari itu, tersenyum licik. "Latihan dulu dengan Leo sebelum kau menggendong anak mu nanti. Tidak mungkin Lumi harus menggendong nya selama dua puluh empat jam bukan?"

Wajah Theo memerah sempurna, mencubit pipi sahabatnya sedikit keras hingga empunya berteriak protes. Ercy mengulurkan Leo, dan Theo dengan ragu-ragu mengambilnya.

Leo menatap bingung Theo dengan wajah polos dan mata bulatnya. Dia mengerucut kan bibir mungilnya. Namun bayi mungil itu tidak menangis atau menolak. Theo dengan segera membenarkan posisi menggendongnya atas saran Ercy. Leo kini berada dalam posisi nyaman, tapi bayi itu masih menatap bingung Theo.

"Hai, sobat kecil. Aku sahabat terbaik ibumu, namaku Theodore. Semoga kita bisa berteman baik." Theo memperkenalkan diri. Mata bulat Leo mengerjap lucu, tangan mungilnya terangkat dan menyentuh dagu Theo.

Kemudian tawa muncul di wajah bayi itu, "baaa! Bwaa waaa!" Leo mengoceh dengan wajah bahagia, berusaha menggapai hidung Theo yang mancung.

Theo tersenyum lebar, menundukkan kepalanya hingga jemari halus dan mungil Leo bisa menggapai hidungnya. Leo berhasil meraih hidung nya dan meremas hidung itu dengan remasan bayi.

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang