[05] Theodore Roosevelt

21.5K 2.7K 29
                                    

Ercy memarkirkan sepeda nya di parkiran. Gadis itu membenarkan rambutnya yang acak akibat tersapu angin di perjalanan, menata nya kembali agar rapi. Setelah merasa beres, Ercy berjalan santai meninggalkan parkiran.

Banyak orang memandang nya terang-terangan. Ada yang mencibir, ada yang keheranan, dan ada yang hanya menatapnya. Bahkan tatapan itu juga terbagi beberapa bagian, ada yang menatapnya jijik, julid, heran, penasaran dan ada yang tidak sengaja melihat.

Ercy mengembuskan nafas, kenapa dirinya yang berharap tidak mencolok justru jadi pusat perhatian dadakan?! Ayolah... Ercy hanya ingin hidup damai!

"Aleen!" Ercy merasakan bahunya berat, dirinya di rangkul oleh sebuah tangan panjang, kekar dan berat. Dari aroma parfum nya, Ercy bisa mengetahui siapa itu.

"Theo, berat." Ercy berusaha melepaskan rangkulan penuh paksaan itu. Si tersangka hanya tertawa puas, menggoda korban nya yang tidak berdaya.

"Cium dulu."

"Sialan." Ercy memelintir tangan Theo, hingga si empunya tangan meringis menahan sakit, "oke ampun ampun!"

Ercy menatap Theo sinis, "pagi-pagi ada aja kelakuan."

Theo mengelus tangannya dengan bibir cemberut, "ya gimana. Aku kangen kamu. Aku baru pulang dari luar kota semalam, jadi belum sempat ke rumah. Baby Leo apa kabar?"

"Makin buntel." Ercy memberi tahu, mengulurkan tangannya dan membantu sahabat setia pemilik tubuh itu berdiri.

Oke perkenalkan. Theodore Roosevelt, lelaki berusia 18 tahun dengan kelakuan anak umur 10 tahun. Lelaki bongsor yang memiliki hobi menempel pada Aileen seperti lem. Sahabat masa kecil Aileen. Hanya saja setelah Aileen terobsesi dengan pangeran, hubungan mereka sedikit renggang. Namun, Theo adalah lelaki dan sahabat paling setia di dunia. Meskipun Aileen menjaga jarak, Theo tetap mempertahankan hubungan keduanya. Dia tetap datang ke rumah Aileen hampir setiap hari, membawakan makanan, atau barang apapun. Bahkan ketika Aileen membentak nya untuk menjauh, Theo tidak pernah menjauh sedikit pun.

Theo adalah sosok sahabat yang sangat diidamkan Ercy.

Theo mengeluarkan gantungan kunci dari sakunya. Gantungan kunci itu berbentuk alpukat hijau dengan wajah tersenyum di tengahnya. "Oleh-oleh dari luar kota." Dia nyengir lebar. Ercy menerima gantungan kunci itu, menatapnya lama.

Sumpah demi kolor Buto ijo, Ercy terharu! Dia belum pernah di kasih present sama siapapun! Dan kini ada sesosok sahabat baik hati yang memberikannya hadiah pertama! Ercy hampir nangis Bombay, untung dia hanya meneteskan air mata haru, setidaknya harga dirinya tidak jatuh.

"Lah nangis." Theo tertawa, "Aleen cengeng ya."

Ercy buru-buru menghapus air matanya, "apaan! Ini kelilipan." Ercy menatap hanya gantungan kuncinya. "Terima kasih Theo."

Theo tersenyum lebar, "sama sama sobat! Omong-omong, Aleen--"

"Panggil Ercy aja." Ercy memotong, "sekarang aku ingin panggilan yang berbeda."

Theo mengedipkan matanya bingung, "Ercy? Tumben?" Theo menyipitkan matanya, mendorong tudung Hoodie Ercy dan menampilkan rambut pendeknya. "Kamu potong rambut? Kok bisa?"

Ercy mengernyit heran, "ya bisa lah. Kan cuma potong."

Theo menggeleng, "bukan gitu. Kamu biasanya cinta sekali dengan rambut mu. Kamu merawatnya, dan selalu pergi ke salon. Apa yang terjadi? Kamu juga tidak pakai make up, dan kamu pakai Hoodie..."

Ercy ingat dia harus ke koperasi untuk membeli seragam baru. Ercy meraih tangan Theo dan menyeret nya mengikuti, "aku ceritakan sambil jalan. Ayo dulu."

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang