[24] Is This Reality?!

13.4K 2.1K 20
                                    

Untuk pertama kalinya Xaviero bergabung untuk makan bersama di rumah Aileen. Pria itu duduk tenang di kursinya, mengabaikan bibi Mei yang terlihat sumringah dan paman Brandon yang memasang senyum bingung.

Ercy memberikan gesture tangan "nanti aku jelaskan" kepada paman Brandon yang mengangguk paham.

"Senang pangeran bisa bergabung untuk makan malam bersama kami." Paman Brandon tersenyum kebapakan. "Saya juga senang pangeran mau bergabung bersama kami yang rendah ini untuk makan malam."

Xaviero menatap menu makanan yang tersusun rapi di meja, "bukan masalah bagiku, makan bersama siapa saja."

Ini lah yang di sukai paman Brandon dari pangeran nya itu. Xaviero tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kasta, dia menganggap setiap manusia itu sama rata derajatnya, dan tidak pula menjadi sombong karena nya.

Bibi Mei mengambil kan makanan ke atas piring Xaviero, dan mereka mulai makan. Ercy yang duduk di sebelah Xaviero mengagumi cara makan pria itu yang benar-benar tertata seperti bangsawan pada umumnya. Table manner nya bagus, dan wajahnya tenang. Dia bahkan semakin tampan ketika mengunyah makanan.

Xaviero melirik nya, "kenapa?"

"Kau tampan ketika makan." Jujur Ercy.

Bibi Mei tersedak dan paman Brandon melotot mendengar ucapan blak-blakan Ercy.

Xaviero memejamkan matanya beberapa detik, kemudian melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun.

"Nyo--nyonya mau tambahan paprika?" Tawar bibi Mei berusaha memecah kecanggungan. Ercy yang sama sekali tidak merasa begitu mengangguk dengan antusias, "boleh."

Paman Brandon diam-diam mengagumi nyali nyonya mudanya, berharap dia juga bisa berkata terus terang begitu pada Bibi Mei.

"Bibi, Leo udah tidur?" Ercy bertanya dengan mulut penuh.

"Telan dulu makanan nya nyonya." Bibi Mei mengingatkan. Jika ini hari biasa, mungkin bibi Mei tidak akan menegur, namun ada pangeran disini, bicara dengan mulut penuh itu tidak sopan.

Ercy buru-buru menelan makanannya. Bibi Mei mengangguk, "baru saja tidur setelah minum susu. Omong-omong, pangeran, apakah anda akan menginap?"

Xaviero hendak menjawab ketika Ercy memotong secara sepihak, "dan membiarkan mu beresiko di sergap lagi di tengah jalan? Sebaiknya jangan, Xaviero. Besok saja kau pulang, besok jalanan sudah ramai, meskipun kau di jemput bodyguard, tetap saja tidak baik pergi malam-malam di jalan sunyi."

Ucapan Ercy di angguki paman Brandon dan bibi Mei.

"Menginap saja pangeran, untuk urusan pakaian, kebetulan kemarin saya membeli piyama baru, belum pernah saya pakai. Mungkin sedikit kekecilan untuk pangeran, namun bisa di gunakan." Paman Brandon berujar ramah.

Xaviero terlihat meragu sejenak, dia tampak mempertimbangkan banyak hal, sebelum pada akhirnya menyerah dan menghela nafas. "Baiklah."

Ercy bertopang dagu, menatap lurus ke wajah pangeran, "ada kamar kosong di sebelah kamar ku. Tapi tengah malam Leo bisa saja bangun dan menangis, omong-omong kamar nya tidak kedap suara, apa tidak masalah?"

"Tidak apa-apa."

"Bagus." Ercy mengangguk puas.

Kemudian dia teringat satu hal penting. "Oh iya! Kami ada janji untuk menonton film bersama! Apa kau ingin bergabung?" Ercy menawarkan.

Bibi Mei menahan senyum, "bergabung saja, pangeran. Itu pasti akan seru. Nyonya membeli banyak camilan tadi."

Sekali lagi pria itu bimbang. Dia ingin segera kembali ke kamar dan beristirahat, tapi melihat tatapan penuh harapan dari Ercy dan bibi Mei, pada akhirnya Xaviero tidak punya pilihan lain. Dia menghela nafas dan mengangguk pasrah.

Ercy bersorak untuk diri sendiri. Namun ketika dia hendak mengatakan sepatah kata lagi, suara tangisan terdengar dari lantai dua. Itu suara tangisan Leo. Ercy buru-buru menghentikan makannya dan berlari ke arah kamar.

"Maafkan Leo, pangeran. Dia selalu menangis saat malam tiba." Sesal bibi Mei.

Xaviero hanya diam. Sampai pada akhirnya Ercy turun dengan menggendong bayi gempal di pelukan nya, bayi itu sudah berhenti menangis namun jejak air mata dan ingus masih terlihat.

Mata bayi itu sayu, terlihat sekali masih mengantuk. Dia berkedip-kedip pelan dan ketika melihat ke arah Xaviero, dia membelalak dan memberontak sambil menangis meraung.

"Hey ada apa? Apa yang salah dengannya?" Ercy menimang anaknya, "Leo!"

Leo menjulurkan kedua tangan mungilnya ke arah Xaviero, dan Ercy menyadari satu hal. "Oh..."

Xaviero yang mendengar suara tangisan bayi dari jarak dekat menoleh dan bertabrakan mata dengan mata bulat Leo yang berkaca-kaca. Pria itu terlihat terguncang, tapi dia tetap tenang.

"Baba baaa!!!" Teriak Leo dan tangannya seakan berusaha menggapai Xaviero. Ajaib sekali, anak ini mengenali ayahnya dengan baik padahal ini baru kali kedua mereka bertemu.

Ercy tertawa canggung, "maaf, dia memang begini. Aku kebingungan menenangkannya, maaf jika kau tidak nyaman."

Xaviero diam saja, menatap bayi yang menangis meraung-raung di depannya, menatap Ercy yang kesulitan menenangkan nya.

"Leo, cup cup sayang diam ya?"

Leo semakin memberontak, Ercy jadi kebingungan sendiri.

"Diem loh, nanti ada wewek gombel nyulik kamu."

"HUWAAAAA!!!" Si bayi malah makin nangis menjadi-jadi.

Kan Ercy jadi kepengen resign dari dunia.

Ercy hendak mengucapkan kata-kata lagi namun kata-kata nya tertelan kembali di tenggorokan ketika tiba-tiba saja tubuh Leo di ambil alih darinya. Mata Ercy membola begitu melihat Xaviero lah pelakunya. Pria itu menggendong Leo dengan lembut, dan mengelus kepalanya. Ajaibnya bayi gempal itu langsung berhenti menangis.

"Bwa!!!" Leo menepuk-nepuk pipi ayahnya, terlihat sangat bahagia dan bahagia.

Ercy tidak bisa menahan diri untuk tidak menganga melihat pemandangan di depannya. Ini dia gak salah lihat? Seorang Xaviero sudi menggendong bayi Aileen?!

Dia bahkan dengan lembut mengelus punggung bayi itu pelan, membiarkan wajahnya di tepuk-tepuk oleh tangan mungil itu.

Dan kalo Ercy tidak salah lihat, ekspresi kaku Xaviero mengendur, terpancar kehangatan tulus darisana.

Ercy mungkin merasakan rahangnya menganga terlalu lebar, jadi rahangnya mulai kebas. Ketika dia menutup mulut, terdengar suara klutuk samar.

"Aku yang akan menggendongnya, kau makan saja." Katanya.

"Eh? Serius ini?" Ercy mulai bertanya-tanya hantu macam apa yang merasuki pangeran kerajaan Osborne ini.

Xaviero tidak menjawab, dia berjalan ke ruang keluarga dengan menggendong Leo yang tampak bahagia di pelukannya.

Ketika Ercy melihat ke arah bibi Mei dan paman Brandon, keduanya terlihat tidak jauh berbeda dari reaksi nya di awal. Mulut yang menganga dan mata yang membola tidak percaya.

"Ekhem." Ercy berdeham, dan keduanya seakan di tarik ke kenyataan.

"Oh eh? Apa aku baru saja melihat keajaiban dunia?" Bibi Mei mengusap matanya, "apakah memang benar pangeran sudi menggendong Leo?"

"Aku harus periksa mata." Paman Brandon mengusap matanya kaku.

Ercy mengulum bibir, oke, mungkin Xaviero memang tengah kerasukan Megalodon.

Mari ber positif thinking. []

TBC

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang