[14] Movie

15.6K 2.1K 70
                                    

Ercy memakai mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Sudah dua Minggu dia berada di dunia itu, dan dua Minggu itu pula tidak ada perkembangan berarti selain Lumine yang semakin menempel padanya seperti anak ayam. Tapi berkat itu, tidak banyak orang yang menatapnya sinis seperti pertama kalinya dia pindah ke tubuh itu.

Ercy sendiri cenderung memberikan senyum dan terkadang menyapa beberapa murid yang berpapasan dengannya. Ada yang mengacuhkan, ada yang kebingungan, ketakutan, dan baiknya juga ada yang membalas menyapa dan tersenyum.

Yah sudah lebih baik ketimbang dulu. Memang harus bertahap, dia tidak akan bisa mendapatkan simpati orang-orang jika terlalu memaksa. Santai saja, pelan tapi pasti. Intinya jangan membuat masalah yang berakibat menghancurkan reputasinya lagi. Sekarang fokus menambal lubang di hidup nya saja.

"Loh, Leo mana." Ercy kebingungan ketika tidak menemukan bocah ompong nya di kasur. Biasanya ketika ia selesai mandi, Leo sudah terbaring tidur di atas kasurnya. Tapi kemana dia hari ini? Apa bibi Mei lupa membawa Leo ke kamarnya?

"Bibi?" Ercy keluar kamar, tidak ada bibi Mei dimana-mana. Ercy mengerutkan keningnya, biasanya bibi Mei akan membuatkan makan malam di dapur, tapi kali ini sepi.

"Apa bibi pergi ya?" Ercy melangkahkan kakinya ke toilet di lantai bawah, tidak ada juga, ruang televisi juga sepi. Kemudian Ercy mendengar suara tangisan bayi dari arah belakang rumah. Ercy mempercepat langkahnya dengan panik, "bibi, Leo kenapa?" Tanya Ercy begitu melihat bibi Mei tampak sibuk menenangkan Leo di gendongan nya yang menangis kencang.

"Bibi nggak tau nyonya. Leo udah begini dari siang tadi."

"Oh ya?" Ercy mengambil alih Leo dan menimang bayi itu. Tapi anehnya Leo tidak juga berhenti menangis. Biasanya Leo akan langsung berhenti menangis jika dia sudah menggendongnya, dan kembali tertawa riang. Tapi kini Leo tetap menangis.

"Eehhh??" Ercy kebingungan. Sebagai informasi, meskipun usianya 24 tahun, Ercy belum pernah punya anak, apalagi merawat bayi. Dan pengalamannya merawat Leo baru dua Minggu. Dia belum pernah melewati fase ini. Karena itu dia kebingungan.

"Gimana ini bibi? Dia masih menangis." Usai mengatakan itu tangisan Leo semakin keras dan keras hingga suaranya serak.

Ercy takut putra nya akan sakit tenggorokan setelahnya, dia berusaha menyenandungkan lagu-lagu pengantar tidur dari dunianya, tapi tetap tidak mampu. Leo malah memberontak dan memukul-mukul. Kepala Ercy terkena pukulan tangan Leo beberapa kali.

"Apa? Kenapa sih?" Ercy sendiri hampi menangis karena Leo terus memberontak dari gendongan nya hingga hampir terjatuh.

"Coba taruh di atas tanah dulu, nyonya."

Usia Leo enam bulan. Karena itu Ercy tidak takut meletakkan bayi itu di tanah. Dan seketika tangisan Leo berhenti, dia memainkan rumput dengan jemarinya, mengabaikan ingus yang mengalir dari hidung nya.

Ercy dan bibi Mei saling pandang. "Loh? Jangan-jangan dia tantrum?" Tanya Ercy.

Bibi Mei tertawa, "hahaha bibi ingat, sebelum nyonya berubah dan memperhatikan nya, Leo sering tantrum. Tapi setelah nyonya turun tangan mengasuhnya, bibi jadi lupa itu." Bibi Mei mengelus kepala Leo yang merangkak bahagia di atas rumput. "Mungkin dia ingin bermain di rumput makanya menangis."

"Bibi pasti kebingungan. Aaahhh... Aku hampir menangis karena tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan dia."

"Nyonya sudah melakukan yang terbaik. Pelan-pelan saja, nanti juga terbiasa."

Semenjak itu, Leo sering tantrum jika keinginan nya tidak terpenuhi, jika dia merasa kelelahan, lapar atau marah. Ercy semakin hari semakin sigap menangani nya dan semakin memahami cara merawat bayi dengan benar. Meskipun aslinya tidak tidak sabaran terhadap anak kecil dan cenderung emosian jika di hadapkan dengan anak anak yang menjengkelkan, tapi untuk kasus Leo, Ercy justru merasa tidak keberatan sama sekali.

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang