Ercy berusaha mempertahankan ketenangannya, meskipun masih terlihat terguncang. Tentu saja, dia bertemu secara tidak sengaja dengan orang yang paling setia mengabdi pada pangeran Xaviero. Sikap Aileen selama ini berlebihan dan menyebalkan, dia takut Nico akan membencinya atau sesuatu. Namun tampaknya Nico sendiri terlihat biasa saja dengannya.
Kepekaan Nico melebihi kedalaman Palung Mariana, karena itu dia bisa menyadari perubahan raut Ercy meskipun hanya sepersekian detik.
Nico memiliki banyak pikiran di otaknya, namun tersentak kaget ketika Ercy menyentuh hidung nya dengan kapas. "Darahnya belum berhenti ya, berarti tadi aku keterlaluan." Ercy nyengir lebar, "kalau mau kompensasi bilang saja. Selama masih bisa aku lakukan, aku terima."
Nico terdiam, matanya mengikuti pergerakan Ercy yang mengambil kapas baru dan kembali menempelkan ke hidungnya. "Harusnya bibir yang terluka, tapi kau malah mimisan, berbeda sekali ya." Dia tertawa hingga matanya menyipit.
Nico merasakan gejolak lain dalam dirinya, dia merasa aneh melihat wajah tersenyum itu. Gadis itu tidak pernah tersenyum pada orang lain selain Xaviero. Dia selalu bersikap menyebalkan dan memasang wajah sombong dan angkuh di depan orang lain, sehingga tidak banyak orang yang pernah melihatnya tersenyum tulus dan manis seperti ini.
Saking tidak pedulinya, gadis ini bahkan tidak mengingat siapa dia. Padahal sebelum pindah ke luar negeri tahun lalu, Nico selalu berada di sebelah Xaviero setia mengikuti kemanapun pangeran nya itu pergi.
Andai saja gadis ini bersikap terbuka seperti ini sejak awal, dia pasti banyak di sukai oleh orang-orang dan menjadi idola seperti Lumine.
Omong-omong soal Lumine, dia tidak lagi melihat Aileen ini membully gadis berambut perak itu. Apakah terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui selama dia berada di luar negeri? Sifat Aileen berubah, bahkan menjadi lebih ceria dan terbuka pada orang asing seperti dia.
Nico jadi penasaran.
"Terima kasih sudah membantuku membersihkan darah nya." Nico tersenyum lebar, "kau tidak ke kelas? Kau bolos pelajaran di perpustakaan?"
Ercy kembali mencibir kesal, "aku punya alasan..."
"Menghindari Lumine? Apa yang terjadi? Kau tidak membully nya lagi? Biasanya pagi hari kau akan selalu membuat keributan dan menyebabkan masalah, bukan nya berada di perpustakaan seperti kutu buku."
Wajah Ercy memerah, "sejujurnya aku kutu buku."
Alis Nico terangkat sebelah, "benarkah? Aku baru tahu orang aktif seperti mu kutu buku."
"Aku ini introvert."
Nico mendengus, "tidak terlihat sama sekali."
"Aku tidak menghindari Lumi. Aku di hukum oleh tuan mu itu karena terlambat datang." Ercy memainkan jemarinya, "aku di hukum membersihkan perpustakaan. Lalu nona Caramel meminta ku menggantikannya menjaga perpustakaan selagi dia pergi, ah masa bodoh dengan perpustakaan, aku lelah!"
Begitu jujur dan terbuka, tidak seperti Aileen yang biasanya. Mereka seperti dua orang yang berbeda. Nico meyakini dalam hati pasti telah terjadi sesuatu selama ia pergi.
"Bagaimana hubungan mu dengan Xaviero? Apa dia mulai terbuka padamu? Mengingat kau sekarang sepertinya tidak terlalu menempel padanya?"
"Aku memutuskan berhenti mengejarnya." Ya, berhenti mengikutinya kemanapun pria itu pergi seperti yang di lakukan Aileen. Membayangkan harus mengikuti pria acuh padanya hampir seharian jelas sangat membuang energi.
Dan dia jelas bukan Aileen. Jadi tidak ada alasan untuk melakukan hal konyol itu.
Kedua mata Nico membola mendengarnya, "Apa?! Berhenti?! Kau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Teen FictionElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...