"Aku dengar kamu ke stadion semalam, selain Eric dan Viole, kamu bawa dua gadis. Itu siapa?" Gadis berambut rose gelap menatap Xaviero tajam dengan tatapan curiga dan marah.
Xaviero melirik nya malas, melanjutkan membaca buku di tangannya. "Bukan urusanmu."
"Itu urusan ku! Kau tunangan ku. Aku berhak tahu siapa gadis yang berada di sekitar mu." Gadis itu menggebrak meja. "Dari yang aku tahu, kau sepertinya menempeli seorang gadis, bukannya itu yang kemarin di bioskop? Gadis yang menggendong bayi? Itu yang kau tiduri bukan? Dia ada bersama mu semalam! Apa kau berencana selingkuh dengannya?!"
"Diam lah, Rosalyn." Xaviero membanting bukunya ke meja, meskipun sudah berusaha tenang, dia tetap tidak bisa menjaga ketenangannya kali ini. "Aku sedang bicara baik-baik padamu, tutup mulutmu."
Rosalyn tidak terlihat takut sama sekali, dia justru bersandar di meja dan menatap Xaviero geli. "Selagi bicara baik-baik? Kau lucu, Vier."
"Jangan panggil aku dengan nama itu. Kau tidak pantas." Desisnya, menatap penuh kebencian gadis ini. Jika dia bisa, jika saja dia bisa, dia pasti sudah membunuh parasit ini sejak lama.
"Kau tidak ingat perjanjian itu? Kau ingin menentang? Kau ingin menanggung konsekuensinya? Kau tahu bahwa permaisuri bukan lah orang yang lunak kan?" Rosalyn tersenyum licik, "bagaimana lagi... Jika itu mau mu..."
"Jangan coba-coba..." Xaviero menahan giginya yang bergemelatuk menahan emosi.
Rosalyn tersenyum penuh kemenangan. "Jika begitu, jadilah baik dan menurut lah. Sebelum aku menyingkirkan apa yang membuat ku kesal." Gadis itu tersenyum iblis, "namanya Lumine Asgard, kan?"
"Berapa?"
"Apa itu, Xaviero sayang?"
"Berapa mata-mata yang kau kirim?"
"Tidak mungkin aku beritahu bukan?" Gadis itu tertawa, "percuma saja berusaha melindunginya selama ini, kau tahu. Aku ini memiliki kuasa untuk memantau tunangan ku sendiri, kau tidak bisa menolak."
Xaviero mengepalkan tangannya, bahkan kini cairan merah mengalir dari kepalan tangan yang teramat kuat itu.
"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku sayang..." Rosalyn mengedipkan sebelah matanya, "aku bukan gadis yang sabar." Setelah mengatakan itu, gadis iblis itu melenggang keluar kamar, meninggalkan Xaviero yang melampiaskan emosinya dengan menonjok cermin hingga pecah berserakan di lantai.
"Sial!"
//*TF*//
Ercy demam, dia hanya terbaring lemas di atas ranjang. Wajahnya pucat dan tubuhnya sangat panas. Lumine sampai menginap untuk menjaga Ercy, karena bibi Mei sibuk mengurusi Leo yang rewel.
Lumine memeras kain dan menempelkannya ke kening Ercy. "Nona Ercy, apakah sudah merasa lebih baik?"
Ercy mengangguk. "Aku baik. Terima kasih, maaf sudah merepotkan." Suaranya sengau, gadis itu bahkan batuk-batuk beberapa kali.
Lumine memainkan jemarinya, nampak ragu untuk bertanya, tapi pada akhirnya memutuskan buka suara. "Nona Ercy... Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada yang menggertak mu di stadion? Atau kah ada yang lain?"
Ercy menunduk, jelas tidak siap dengan pertanyaan itu. Dia memiliki terlalu banyak rahasia yang sudah dia kubur dalam-dalam, dan dia bingung untuk menjelaskan.
Dia juga tidak siap untuk menggali luka kembali.
Ercy memasang wajah menyesal, "maafkan aku... Aku..." Dia meragu sejenak sambil menatap wajah Lumine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Ficção AdolescenteElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...