[57] Is It True?

1.5K 131 16
                                    

Ercy berkedip-kedip bingung sambil menatap ke arah nisan yang bertuliskan Elora Raneysha. Otak nya blank, tidak mampu mencerna apa yang tengah terjadi saat ini.

Nisan itu terlihat baru, dengan sebuah buket bunga yang sudah layu di atasnya. Tidak ada rumput liar yang tumbuh, tanda bahwa makam itu di rawat dengan baik.

"Makam ku..." gumamnya. Dia menoleh ke kiri dan kanan, benar saja, dia berada di area pemakaman.

Jantung Ercy berdekat tidak karuan dan kepanikan menguasai dirinya. Apa-apaan ini? Apa dia mati lagi? Seingatnya terakhir kali dia tengah tidur seperti biasa di kasurnya. Seperti malam biasanya, malam itu juga tidak ada yang berbeda. Tapi mengapa begitu dia membuka mata, yang dia lihat justru nisannya sendiri?

Tidak mungkin dia bertukar tubuh lagi kan?

Ercy menunduk untuk melihat pakaian nya, itu masih piyama yang sama dengan yang terakhir kali dia kenakan.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi?!

"Rion, jangan lari-lari, nanti jatuh!" Suara seorang wanita mengejutkan Ercy. Dia menoleh dan tersentak kaget ketika sesosok tubuh anak lelaki yang masih kecil kecil itu berlari dan menembus tubuhnya seakan-akan dia tembus pandang.

Ercy terdiam mematung di tempat.

Dia benar-benar tembus pandang? Berarti sekarang ini dia dalam bentuk arwah?

Apa jangan-jangan dia sudah mati?!

Tidak ada yang bisa melihatnya. Tidak ada satupun dari pengunjung di pemakaman itu yang menyadari kehadiran nya. Terkadang dia di lewati begitu saja sehingga membuatnya semakin yakin jika dia adalah sosok arwah saat ini.

Ercy menatap kosong ke arah nisan miliknya sendiri.

Apa mungkin semuanya hanya mimpi? Aileen atau Ercy, atau mungkin Leo dan Xaviero itu tidak pernah ada? Bahwa selama ini dirinya hanya berhalusinasi dan baru menyadari jika dirinya benar-benar mati?

Pemikiran buruk terus menguasai nya. Waktu demi waktu berlalu dan Ercy masih berdiri diam di depan nisannya. Langit sudah mulai berwarna jingga, tanda senja sudah tiba.

Dan suasana hatinya juga semakin tenggelam seiring tenggelam nya matahari.

Ercy hendak beranjak untuk pergi entah kemana ketika sebuah suara yang familiar dan sangat dia rindukan terdengar di telinga nya.

"El?"

Ercy sontak menoleh ke belakang, dan kedua matanya membulat kaget ketika mendapati sesosok wanita paruh baya dengan wajah lelah berdiri di sana, menatap lurus ke arahnya.

Ketika semua orang tidak menyadari eksistensi nya, wanita ini justru menatap langsung ke netranya yang sempat mulai redup.

"Nenek?" Sudah lama panggilan itu tidak terucap dari belah bibirnya yang tipis.

Tanpa Ercy bisa sadari, kakinya bergerak dan berlari menuju sang nenek, melompat ke pelukan wanita tua itu.

Nenek legend membalas pelukan Ercy dan tangisnya pecah. "Kamu akhirnya datang, El."

Ercy ikut menangis sesenggukan. Betapa pun bahagia nya Ercy di dunia sana, dia tidak pernah bisa melupakan neneknya itu. Setiap malam Ercy selalu memikirkan keadaan neneknya tanpa dirinya. Apakah wanita tua itu bisa hidup sendiri tanpanya? Apakah sang nenek kesepian? Apakah nenek sudah makan dengan baik?

Dan yang terpenting,

Apakah nenek bersedih?

"Meskipun kamu itu beban keluarga, tapi nenek tetap sayang!" Pekik nya dengan ingus yang mengalir di wajahnya yang keriput.

Ercy tersenyum masam, neneknya tidak berubah sama sekali meskipun sudah dia tinggal mati.

Banyak hal yang ingin dia sampaikan pada sang nenek, tapi tampaknya wanita tua itu masih enggan untuk melepaskan pelukannya.

Dari sekian banyak kata, Ercy hanya bisa berucap satu kata, "nenek bisa lihat aku?"

Nenek mengangguk dan akhirnya melonggarkan pelukannya hingga wajah kedua nya bisa berhadapan, meski pelukan itu tidak sepenuhnya dia lepaskan.

"Mana mungkin nenek nggak bisa lihat makhluk sejelek kamu berkeliaran kayak mbak Kunti di depan makam?"

"Nek!" Pekik Ercy tidak terima. Masa dirinya di samakan dengan hantu berambut panjang mengerikan itu?

Nenek sedikit tertawa kemudian berucap serius, "nenek indigo, tahu. Masa kamu nggak sadar?"

Ercy memasang wajah meledek, "apa iya?"

"Dasar cucu nggak ada akhlak!" Keduanya tertawa. Nenek menarik kepala Ercy untuk bersandar di bahunya dan mengelus-elus kepala cucunya dengan penuh kasih sayang.

"Banyak yang mau nenek sampaikan, tapi nenek tidak tahu bagaimana menguraikan nya. Tapi yang paling penting, kamu bahagia disana?"

"Nenek tahu?" Tanya Ercy pelan.

Nenek mengangguk. "Kamu satu-satunya keluarga nenek. Kalau kamu berubah, nenek pasti sadar. Kamu udah beberapa kali berubah setiap bangun dari koma. Nenek tahu, cucu nenek berganti jiwa. Itu beda orang. Tapi meski begitu, kalian tetap nenek anggap satu orang. Apalagi kejadian ini bukan hanya terjadi sekali. Nenek sudah menganggap kamu sebagai cucu nenek juga, meski nenek bahkan tidak tahu nama kamu siapa."

Ercy menggigit bibirnya menahan tangis, jemarinya meremas pakaian sang nenek untuk menyalurkan segala bentuk emosi yang bergejolak di hatinya.

"Aku... Aileen nek."

Nenek tersenyum, mengecup lembut pucuk kepala Ercy dengan sayang, "Aleen ya...." dia menerawang ke depan, "Aleen, El, kalian berdua tetaplah cucu nenek, tidak peduli jiwa yang manapun."

Pertahanan Ercy runtuh. Dia menangis sesenggukan dalam pelukan hangat nenek. Meskipun nenek terlihat kasar padanya, suka bicara seenaknya, terlihat tidak peduli padanya, tapi pada kenyataannya wanita itu lah yang paling bisa menerima dirinya apa adanya. Rela merawatnya meskipun tahu bahwa jiwa cucu nya selalu bertukar tanpa dia sadari. Tapi nenek tidak pernah membenci dirinya.

"Nenek... Maafin aku..." Ercy tersedak tangisnya.

"Hmm... Jaga dirimu dengan baik di dunia sana ya. Jangan khawatirkan nenek, nenek disini baik-baik saja meskipun sendirian. Dan, Aleen." Dia menangkap pipi basah Ercy, "ini mungkin terakhir kalinya nenek datang kesini."

Ercy tidak bertanya karena dia sudah tahu.

Umur nenek tidak akan lama lagi.

Karena itu dia kembali memeluk neneknya, "aku akan merindukan nenek."

"Mari bertemu di dunia lain, Ercy. Dan semoga kita tetap menjadi nenek dan cucu di kehidupan yang lain."

Mata Ercy terasa berat, dia mengeratkan pelukannya pada sang nenek dan mengangguk. "Akan aku tunggu di kehidupan selanjutnya. Nenek harus menunggu aku."

Kecupan lembut nenek di keningnya adalah hal terakhir yang Ercy rasakan sebelum terbangun dari tidur nya. Wanita itu terduduk di atas kasur dengan wajah basah yang penuh air mata.

Sentuhan nenek, pelukan nenek, kecupan nenek, dan suara nenek masih sangat terasa. Ercy memeluk lututnya, menangis tanpa henti.

Ini yang terakhir.

Setelah ini dia benar-benar tidak akan bisa memeluk nenek lagi.

Tapi dari lubuk hati terdalam, Ercy bahagia. Dia bisa berpisah dengan perasaan yang lega dan tenang. Setidaknya dia tahu bahwa nenek menyadari tentang dirinya, dan menerima nya sebagai cucunya. Dia juga mendengar kata-kata terakhir nenek dengan baik.

Ini sudah cukup buat Ercy. Dia sudah puas.

"Sampai bertemu lagi nanti, nenek. Tunggu aku, aku pasti akan lahir sebagai cucu mu di kehidupan selanjutnya."

TBC

Setelah di pikir-pikir, aku akan double update aja muehehehe

Semoga kalian sukaaa

Tertanda
IchaSunny

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang