Sudah seminggu berlalu dan Lumine sudah dalam kondisi baik-baik saja. Dia juga sudah mulai bisa tersenyum dan bercanda seperti dulu.
Selama seminggu itu Ercy selalu rutin mengunjungi sang sahabat dan membawakannya berbagai buah-buahan berbagai buku bacaan untuk Lumine agar gadis itu tidak merasa bosan.
Ercy merasa sangat bertanggung jawab untuk kondisi Lumine saat ini. Meskipun Xaviero selalu berkata jika itu bukan salahnya, tapi hati kecil Ercy selalu menyangkal itu, bahwa dia masih merasa jika itu adalah kesalahannya.
Lumine saat ini sedang menidurkan kepalanya di atas paha Ercy, yang dengan lembut mengelus helaian rambut lembut keperakan Lumine. Saat ini keduanya tengah berada di taman rumah sakit, menikmati langit siang yang redup di atas sana.
Mata Lumine menerawang, menatap kosong ke arah awan dan birunya langit.
"Syukur semua baik-baik saja ya..."
Ercy mengangguk, kini tangannya turun untuk membelai pipi putih Lumine, "maaf kan aku."
Lumine tersenyum, "sejak awal bukan salah nona Ercy. Sudah jalan nya seperti ini, tidak ada yang bisa di salahkan."
Ercy menunduk. "Ketika aku menjadi Elora dulu, aku tidak punya tempat untuk mengadu, dan berkeluh kesah setelah di tinggalkan oleh Dika. Tapi disini, aku punya kau, punya kalian. Meskipun aku merasa terpuruk, aku tidak pernah merasa ditinggalkan sendirian disini. Karena itu, aku menganggap kalian harta berharga ku. Aku merasa sangat terpukul karena tidak bisa menjagamu, hartaku."
Pipi Lumine memunculkan semburat merah muda yang kentara di kulit putihnya, "senang mengetahui kalau aku adalah salah satu harta berharga nona."
Netra keduanya bertabrakan, saling bertatapan tanpa ada niatan untuk menghindar. Ercy seakan bisa menyelami netra abu-abu milik Lumine, yang terasa dalam. Dirinya seakan tertarik ke dalam sana, menjelajah lebih jauh.
Lumine mendudukkan dirinya kemudian tanpa mengatakan apapun langsung menarik Ercy dan mendekapnya erat-erat.
Ercy tersentak begitu merasakan bahunya basah, Lumine menangis.
"Lu--"
"Nona Ercy, aku... Aku benar-benar bersyukur bukan kau yang mengalami ini. Bukan kau yang ada dalam posisi ini. Aku... Aku tidak tahu betapa hancurnya perasaan ku jika itu kau yang mengalami ini dan bukan aku. Aku sangat menyayangi nona Ercy. Tidak masalah buatku melalui ini, karena aku tidak terlalu peduli. Tapi untung saja itu bukan nona!"
Ercy jadi ikut-ikutan menangis. Dia membalas pelukan Lumine tak kalah erat, "mana mungkin begitu! Jangan katakan hal-hal seperti itu lagi. Kau pikir aku senang melihatmu yang mengalami ini?! Apa-apaan kalimat 'untung itu aku dan bukan nona'?! Lalu kau berpikir perasaan ku baik-baik saja begitu mendengar kabar itu!"
Lumine melonggarkan pelukan nya dan kini wajahnya berhadapan dengan wajah Ercy. Matanya sembab dan ingusnya meleleh, tapi keduanya tidak mempermasalahkan itu. Lumine terlihat kacau.
"Nona, maaf. Maaf membuat mu khawatir. Tapi sekarang sudah baik-baik saja. Aku hanya lega, tolong pahami aku."
Ercy menunduk, "apa kau benar-benar tidak mempermasalahkan nya?"
Lumine terdiam sejenak sebelum tersenyum, "bagaimana pun aku, aku tetaplah aku. Dan Theo tetap mencintai ku. Jadi tidak ada masalah."
Ercy mengangguk, mengusap wajahnya dengan lengan baju. "Semoga kalian bisa menikah dan hidup bahagia. Aku tidak ingin kalian mengalami gangguan lagi."
Lumine tidak menjawab, dia hanya terus tersenyum lembut.
//*TF*//
Sesungguhnya tidak akan ada di antara mereka yang benar-benar hidup bahagia sebelum akar dari masalah mereka musnah. Siapa lagi jika bukan permaisuri dan Rosalyn.
Baru kali ini Ercy benar-benar menyimpan dendam yang teramat sangat untuk dua orang manusia itu.
Dan untuk itu, dia mulai merencanakan balas dendam.
Dia akan menghancurkan mereka dari dalam, dan membuat mereka berdua berlutut meminta maaf di hadapannya.
Ercy bukan orang pemurah dan pemaaf. Jika ada yang menyakiti orang yang dia anggap berharga, maka dia akan membalas mereka dengan kehancuran.
"Karena itu aku membutuhkan bantuan kalian. Apa kalian sanggup?" Ercy menatap ketika adik kelasnya itu. Ketiga orang tersebut adalah trio curut.
"Ini cukup berbahaya, apalagi menyangkut keluarga kerajaan." Gumam Jeremy sambil mengusap dagunya. "Resiko nya tinggi."
Jeanne menatap Ercy, "aku akan bantu senior. Sesungguhnya ayah ku membenci permaisuri. Karena permaisuri, posisi ayahku sebagai perdana menteri terancam. Belum lagi konflik yang timbul antara ayah dan wanita ular itu hanya karena hal sepele yang di lakukan ayahku membuatnya tidak senang pada ayahku. Beliau pasti akan menerima ide menggulingkan wanita iblis itu dengan senang hati!"
"Ayahku juga." Jeremy berujar cepat. "Setelah menikah dengan permaisuri raja berubah. Persahabatan mereka hampir putus dan kini sedang di gantung seperti jemuran. Mau tidak mau harus menyingkirkan akar permasalahan bukan?"
"Para ayah kita bisa bersatu dan membentuk aliansi yang bertujuan menggulingkan permaisuri dan membongkar kedoknya. Ayahku sebagai pemimpin Olympus company merasakan dampak dari permaisuri yang mengendalikan raja. Perusahaan ayahku bisa terancam. Belum lagi aku tahu bahwa wanita itu korupsi. Benar-benar kotor. Mereka punya alasan kuat untuk bersatu dan melakukan itu. Bahkan bukan hanya ayah kira bertiga, para petinggi lain juga merasakan hal yang sama, terlebih lagi rekan bisnis ayah." Victor tersenyum licik, "aku bisa bantu menyusun rencana, jika mau aku bisa meretas informasi kerajaan langsung. Itu hal mudah untukku. Tapi hanya jika aku memiliki persetujuan dari orang dalam, atau bisa di sebut orang kerajaan langsung."
Ercy meneguk teh nya, "maka hal itu akan menjadi tanggung jawab ku. Aku akan membuat pangeran, sang pewaris takhta memimpin aliansi itu dan menjalankan rencana penggulingan ini sesegera mungkin." Mata Ercy menyipit tajam, "aku akan menghancurkan reputasi nya, dan membuatnya menderita dengan menyedihkan."
Ponsel Ercy berdering tiba-tiba, sedikit mengagetkan nya yang sedang dalam situasi serius. Dia bisa melihat layar di ponselnya menunjukkan nama Xavi dengan emotikon love.
Tanpa membuang waktu Ercy mengangkat panggilan itu, "ada apa?"
"Sayang, kau dimana? Sudah makan siang? Mau makan bersama?"
Ercy tersenyum lembut. Xaviero adalah seseorang seperti itu, lembut, penyayang dan hangat. Tapi karena kematian Xavara karena di bunuh dengan menyedihkan, hati Xaviero membeku dan dia berubah menjadi pribadi yang mengasingkan diri dari orang-orang, kaku, datar dan dingin.
Namun Ercy lega, Xaviero telah kembali menjadi dirinya yang dulu, setidaknya ketika bersamanya.
"Aku belum makan kok, ayo makan bersama. Jemput aku ya. Aku ada di depan Cafe Mille."
"Lima menit" lalu sambungan terputus.
Ercy berkedip menatap trio Curut yang memandangnya dengan tatapan melongo dan tidak percaya. "kenapa?"
"Belum...makan siang?" Pandangan Jeremy tertuju pada tiga piring kotor di depan Ercy.
Ercy meringis dan berdeham, "anggap saja tiga piring itu bukan punyaku. Sudah ya, aku mau kencan dulu dengan calon suami ku!"
TBC
Update lagi nih yuhuuu
Ayo ramaikan dengan vote dan komen supaya aku semangat!Tertanda
IchaSunny
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Teen FictionElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...