Ercy tersentak. Dia menatap sekelilingnya dengan sedikit terengah-engah seperti berlarian berkilo-kilo meter.
"Ercy!" Xaviero kelihatan lega begitu melihat kekasihnya membuka mata. Sedaritadi pria itu menanti bangunnya sang kekasih dengan perasaan cemas, khawatir dan tidak tenang. Tapi kini Ercy sudah sadar.
Ercy mencoba untuk duduk dan Xaviero dengan sigap membantunya. "Bagaimana perasaan mu?"
Ercy mengangguk lemah, "sudah lebih baik." Ercy menyadari jika saat ini dia berada di kamar. "Ku pikir aku terbangun di rumah sakit."
Xaviero menggeleng, "di rumah lebih aman. Aku sudah memanggil dokter pribadi untukmu."
Ercy termenung sejenak sebelum akhirnya mengingat satu sosok yang nyaris dia lupakan, "Lumine! Bagaimana kondisi Lumine?!"
Xaviero terlihat sendu, "dia terluka lumayan parah, dan sudah sadar sejak kemarin. Dia terus menanyai mu." Xaviero menggertakkan giginya, "Lumine terluka karena dekat dengan ku. Aku terlalu percaya diri untuk menjaganya, aku tidak lepas darinya karena dia mengingatkan ku pada Xavara. Dan kini aku menyesal karena terlalu menuruti keinginan diriku. Dia terluka karena ku."
Ercy menarik Xaviero ke dalam pelukannya, mengelus punggung rapuh pria itu dengan lembut, "bukan salah mu kok. Lumine juga pasti tidak akan menyalahkan mu."
"Tapi--"
"Ku bilang bukan salahmu!" Ercy pada akhirnya meninggikan suaranya. "Kita semua tahu ini adalah kesalahan permaisuri dan--" gigi Ercy bergemelatuk "Rosalyn. Kita tahu pada siapa kita harus membalas. Karena itu, berhenti menyalahkan diri sendiri dan mulai memikirkan cara untuk menjatuhkan mereka yang berani-beraninya mengusik kita."
Xaviero balas memeluk tubuh mungil Ercy, menikmati belaian tangan kekasihnya pada kepalanya. "Maaf tidak bisa menghentikan mu mengotori tanganmu."
"Karena aku membunuh bajingan itu?"
"Ya..."
"Aku tidak menyesal. Toh dia pantas mati."
Xaviero mendongak untuk melihat wajah pucat Ercy, "kasus sudah di tutup. Kau tidak perlu khawatir."
"Kekuatan orang dalam ya." Kekehnya. "Tapi aku menghabisi sampah, jadi aku tidak merasa aku harus di hukum. Yah, tetap saja aku tidak membenarkan perbuatan ku. Itu tetap salah, menghabisi nyawa orang bukanlah tugas ku, melainkan Tuhan. Hanya saja..." Ercy menerawang ke depan, "jika bukan aku, pasti akan ada orang lain lagi yang menderita karena nya. Daripada itu terjadi, lebih baik dia aku habisi sendiri."
"Aku tidak tahu harus menyebut mu Hero atau Villain." Xaviero tertawa kecil.
"Aku anti Hero."
"Yah, apapun sebutan mu, kau tetap lah kau. Mau Hero, Villain, anti Hero sekalipun."
Ercy menimbang sejenak, kemudian memberanikan diri menatap Xaviero. Perlahan dia menggenggam tangan sang kekasih, dan hatinya menghangat begitu merasakan Xaviero menggenggam nya balik.
"Ada suatu kebenaran yang ingin aku katakan padamu. Kebenaran tentang diriku."
Xaviero mulai serius, dia mengangguk, bersedia mendengarkan. Ercy menarik nafas dan menghembuskan nya. Setelah rileks, barulah dia mulai bercerita segalanya. Di mulai dari dirinya dan Hesa, keluarganya yang toxic, kematian ibunya, ketika Hesa terbunuh dan dia membunuh ayahnya, lalu dia yang mencoba bunuh diri dengan melompat ke sungai.
Raut wajah Xaviero terlihat tegang, kemudian marah lalu sedih. "Aku tidak tahu hal itu..."
"Karena aku tidak cerita."
"Pasti sulit ya."
"Sejujurnya iya. Tapi bukan hanya sampai disana saja."
Ercy mulai melanjutkan ceritanya. Ercy mulai mengenalkan tentang sosok Elora, bagaimana mereka bertukar tubuh. Dan dia terbangun di tubuh Elora tanpa ingatan. Kehidupan nya selama berada dalam tubuh Elora, lalu saat ketika dia kembali lagi ke tubuh aslinya. Pertemuan pertama nya dengan Xaviero, lalu ketika Elora mengorbankan memorinya untuk kepentingannya sendiri hingga Ercy kembali ke tubuh Elora tanpa ingatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Teen FictionElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...