[16] Parfume

16.2K 2.3K 85
                                    

Semenjak pertemuan Leo dengan Xaviero, Leo menjadi semakin rewel dan senang menangis. Dia tidak akan diam meskipun Ercy yang menggendongnya, dan bahkan bertahan semalaman. Kini kantung mata Ercy terlhat besar dan menghitam, menandakan dia kelelahan dan kurang tidur.

Lumine sudah menceritakan perihal pertemuan Leo dengan Xaviero, dan menarik kesimpulan bahwa Leo menangis karena ingin bersama Xaviero tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.

Ercy semakin pusing dan merutuki takdir, sebelum bertemu Xaviero, kehadiran Ercy saja sudah cukup untuk bayi itu, dan setelah bertemu ayahnya, Leo menjadi egois, menginginkan sang ayah juga untuknya.

Ercy tentu tidak bisa mengusahakan apapun!

Dari ingatan Aileen, dia mengetahui betapa muak dan bencinya Xaviero padanya. Benci dan jijik karena di tipu dan di perdaya hingga melakukan hal tidak senonoh seperti itu, menyakiti harga dirinya sebagai lelaki suci negeri Osborne. Ercy secara garis besar memaksa Xaviero menodai dirinya. Dan bahkan Ercy adalah gadis yang terobsesi dan bahkan membully Lumine dengan kejam. Sosok sampah yang memang seharusnya di musnahkan.

Dan kini dia berharap apa? Mendapatkan kembali Xaviero?! Dalam mimpimu!!!

Xaviero menggendong Leo karena tidak mengetahui siapa bayi itu, dan hanya karena bayi itu bersama Lumine, cinta sejati Xaviero. Belum tentu Xaviero akan bertindak sama dengan semua bayi di luar sana, jelas itu bukan urusannya dan bergaul dengan bayi bukan lah tabiatnya.

Lalu sekarang Leo bertindak seperti anak lengket yang tidak akan berhenti menangis sebelum dia bertemu ayahnya.

Bagaimana cara Ercy mengusahakan itu?!

Terlebih lagi Xaviero kini sudah mengetahui wajah Leo dan anak siapa dia, pasti Xaviero akan jijik menggendongnya.

Ercy membenturkan kepalanya ke dinding kamar, frustasi di temani lantunan rengekan Leo yang serak.

Wajahnya tersiksa, dan kepalanya pusing karena kurang tidur. "Diam lah nak, mama mohon..."

Leo yang biasanya akan mengerti tegak menangis meskipun tidak sehisteris tadi. Leo memeluk leher Ercy, menangis terisak-isak.

"Jangan menangis." Sial, Ercy jadi ikut menangis prihatin pada kondisi Leo. Dia hanya ingin bersama ayahnya, namun sepertinya sangat sulit untuk di lakukan. Dia hanya ingin di gendong oleh ayahnya, tapi itu tidak akan pernah bisa terjadi. Padahal ayahnya jelas berada dalam lingkar dunia yang sama dengannya.

"Kau berbeda kondisi dengan ku... Tapi pada akhirnya kita tetap sama saja ya." Gumam Ercy sambil mengelus pipi Leo yang basah air mata.

"Sulit ya nak? Maafkan mama, tidak bisa berbuat apapun..." Ercy menempelkan keningnya ke kening mungil Leo, "maafkan mama, karena kebodohan mama kau terlahir di dunia ini." Ercy mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Leo masih menangis, "aku tidak bisa berbuat apapun, karena aku juga tidak tahu... Kasih sayang ayah itu seperti apa..." Gumamnya, menggigit bibir, "sebenarnya apa itu? Kasih sayang itu..."

Ketukan terdengar dari luar pintu kamar di susul pintu berderit terbuka. Theo dan Lumine masuk ke dalam kamar masih dengan seragam sekolah. "Leo belum berhenti menangis juga?" Tanya Theo khawatir.

Ercy menggeleng, menghapus air matanya, "aku tidak tahu lagi harus apa, dia bahkan tidak tidur semalaman. Aku tidak tahu..." Bagaimana cara nenek nya menidurkan nya dulu... Ercy tidak mau mengingat nya. Itu bukan kenangan bahagia.

Theo memijat kepalanya, "sialan Xaviero itu. Hanya karena dia pangeran, hanya karena harga dirinya sedikit tercoreng, hanya karena dia tidak menginginkan anak itu... Dia membuangnya."

Transmigration Freak!!! [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang