Ercy dan Xavier kini duduk di kursi yang sama dengan yang tadi di duduki oleh Ercy dan Geo. Namun kini mereka duduk dengan kehadiran satu orang lagi, yaitu Leo yang kini sedang duduk di pangkuan Xavier. Dengan malas dia menyenderkan pipinya di dada bidang ayahnya, matanya terbuka malas, menatap ibunya yang terlihat bingung ingin memulai percakapan darimana.
"Uhm..."
"Geo menelpon ku, memberitahu bahwa dia terpaksa menceritakan kebenarannya padamu. Kau sekarang tahu stalker itu sebenarnya aku." Xaviero mencubit pipi gembul Leo yang menguap malas.
"Tapi kenapa?" Ercy tidak habis pikir. "Kau kan sangat membenciku. Kau juga tidak menginginkan Leo, bahkan tidak pernah menginginkan nya. Kau tahu aku hamil, tapi kau tidak menerima anak itu, kau justru mengusir kami dengan kedok memberikan kami rumah mewah untuk kami tinggali. Lalu mengapa kau tiba-tiba bersikap baik pada Leo? Apa jangan-jangan..." Ercy menatap Xavier dengan mata terluka, "kau ingin mengambil Leo dariku?!"
Tidak. Ercy tidak bisa menerima jika itu benar-benar terjadi. Meskipun bukan dia, namun dia menerima hampir seluruh ingatan Aileen. Dia masih bisa merasakan bagaimana rasa sakitnya Aileen yang hamil sendirian tanpa dukungan dari siapapun, bagaimana perjuangannya melahirkan meskipun dia masih sangat muda dan tidak benar-benar menginginkannya. Dia tidak bisa menyerahkan anaknya semudah itu pada pria yang sama sekali tidak menyayangi anaknya.
Xaviero menghembuskan nafas, wajahnya nampak tertekan. Dia mengusap kepala Leo dengan lembut, dan dada Ercy sakit begitu melihat kasih sayang dan kehangatan tulus dari pria itu.
"Aku bukan tidak menginginkan nya..." Gumamnya. Dia melihat ke arah Ercy, gadis itu menganga begitu melihat senyuman tipis di wajah dingin Xaviero, meskipun sangat tipis dan hampir tidak terlihat, namun Ercy bisa melihat dengan jelas kalau dia tersenyum.
"Kau benar-benar tidak ingat ya?"
"Hah?"
//*TF*//
Kilas balik lima tahun lalu.
Setelah kematian Xavara yang sangat janggal dan tiba-tiba, Xaviero seperti kehilangan arah hidup nya. Dia menjadi seperti mayat hidup, tanpa keinginan, tanpa nafsu melakukan apapun, hanya diam dan menatap kosong ke depan.
Kematian adiknya menjadi pukulan terbesar bagi Xavier. Dan kematian Xavara hingga saat ini tidak di ketahui penyebabnya. Yang Xaviero yakini, dia di bunuh.
Dia bisa menduga siapa pembunuh itu, namun dia tidak memiliki bukti, singkatnya dia tidak punya apa-apa untuk menuntut keadilan Xavara.
Dan meskipun dia mengadu, ayahnya tidak akan mempercayainya, bahkan meskipun dia bersujud untuk keadilan adiknya, ayahnya hanya akan menendang dirinya menjauh dan menganggap itu bukan apa-apa.
Kini Xaviero sedang berada di pinggir jalan raya, menatap tidak berminat ke kendaraan yang berlaku lalang dengan kecepatan sedang. Saat itu cuaca sedang mendung, dan anak-anak berlarian untuk pulang agar tidak kehujanan.
Namun Xaviero tidak peduli meskipun hujan. Dia tidak peduli meskipun tubuhnya basah, dia tidak peduli meskipun dia akan sakit, dan dia tidak peduli meskipun dia akan mati juga.
Dia kehilangan semangat hidup nya. Dia kehilangan keluarga satu-satunya. Hanya tinggal dia sendirian di dunia. Lalu untuk apa tetap hidup?
Xaviero hanya anak lelaki berusia 13 tahun, dia masih butuh bimbingan, dia masih butuh kasih sayang, dia masih butuh keluarga.
Tapi adiknya mati di bunuh oleh orang yang dia ketahui siapa, namun dia tidak bisa berbuat apapun untuk membalas dendam pada orang itu. Singkatnya Xaviero adalah anak yang lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Teen FictionElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...