Akhirnya meskipun segalanya di mulai karena ketidaksengajaan, Ercy berhasil mendapatkan perhatian penuh dari Lumine. Gadis berambut perak lembut itu menatapnya dengan tatapan memuja bagaikan dirinya adalah seorang Dewi atau malaikat yang turun ke bumi untuknya. Lumine tampaknya bukan orang yang menyimpan dendam, mungkin dia cenderung mudah memaafkan dan menyukai orang yang berbuat baik padanya meskipun hanya sekali.
Terlalu naif untuk ukuran manusia di dunia yang kejam ini.
Ercy menggeleng pelan, kembali ke kelas ketika bel pelajaran pertama berakhir. Selanjutnya adalah pelajaran fisika, karena itu Ercy bisa masuk ke kelas. Ketika berada di ambang pintu, Ercy bisa merasakan tatapan dari teman-teman sekelasnya yang beragam. Ada yang sinis, jijik, marah, dan datar saja. Ercy mengabaikan itu dan berjalan ke kursinya.
Theo memberondongnya dengan pertanyaan yang jujur saja membuat nya pusing, "kemana saja kau? Ms. Mione sudah mencarimu ketika dia keluar kelas tadi, dia semakin marah karena kau bolos."
Ercy menggeram, "bolos apanya. Aku bahkan tidak sempat ke kantin karena menyelamatkan gadis yang kau taksir itu."
Mata Theo membulat, "apa???"
"Kau mendengar ku dengan jelas, Theodore."
Theo mencengkram bahu Ercy, matanya melotot kaget, hingga Ercy khawatir bola mata itu akan copot dan menggelinding dari rongga nya. "Di ganggu dari apa? Apa yang terjadi pada Lumine? Kenapa kau bisa menyelamatkan nya? Bagaimana kronologi kejadiannya?"
"Satu-satu..." Ercy mendorong tubuh Theo yang terlalu condong ke dirinya. "Hanya kebetulan. Tadi aku kelaparan, jadi aku memutuskan pergi ke kantin untuk bolos. Lalu aku mendengar sesuatu dari halaman belakang sekolah. Ternyata Lumine di bully oleh tiga orang gadis yang menurut ingatan Aileen, bernama Nora, Danish dan Kelly." Ercy membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan. Ujung matanya mendapati Lumine yang baru saja masuk kelas dengan wajah basah, mungkin dia baru dari toilet.
Wajahnya cerah dan senyum lebar tersungging di bibirnya yang tipis dan kemerahan. Dengan ceria dia mendekat ke meja Ercy.
"Selanjutnya tanyakan saja padanya. Anggap saja ini tahap awal pendekatan kalian." Ercy tertawa, dia sadar betul bahwa Lumine duduk tepat di belakang meja mereka, yang artinya kesempatan Theo untuk bicara pada gadis itu.
Selama ini Theo tidak pernah punya kesempatan. Karena pengaruh Aileen juga tentunya. Dia tidak ingin mengkhianati sahabat kecilnya dengan bicara pada gadis yang sangat di benci Aileen. Karena itu meskipun duduk berdekatan, Theo tidak pernah bisa berbicara dengan gadis idamannya itu.
Theo terlihat terharu namun gugup, wajahnya mengetat dan dia tersenyum kikuk ketika Lumine kini berdiri di depan meja mereka.
"Terima kasih banyak nona Grace! Saya berhutang budi pada anda!"
Satu kelas menjadi ricuh. Menatap tidak percaya pada pemandangan janggal yang mereka pikir dapat terjadi sampai kapanpun. Ini benar-benar langka dan mengejutkan!
Seorang Aileen Ercyxi Grace tersenyum begitu lembut pada musuh bebuyutannya, Lumine Asgard. Dunia ternyata sedang tidak baik-baik saja!
Ercy tahu ini mengejutkan. Terutama bagi orang-orang yang mendukung Lumine. Lumine adalah gadis lembut pintar dan baik, tipe kesukaan semua orang. Mudah bergaul dan punya banyak teman. Karena Aileen bersikap jahat dan membullynya, murid-murid yang berteman dan mengidolakan Lumine otomatis membencinya.
Singkatnya Ercy selama ini di kucilkan karena Lumine. Bukan karena Xaviero.
Sebenarnya juga karena Xaviero, tapi lebih banyak orang yang membencinya karena dia membully Lumine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Freak!!! [END] ✓
Teen FictionElora Raneysha hanyalah seorang mahasiswi semester akhir yang hampir menyelesaikan skripsinya. Namun dia harus mati mengenaskan karena keselek tahu goreng yang diam-diam dia comot. Dan ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya masuk ke tubuh se...