Keesokan harinya, Shahra bersiap-siap untuk pergi ke arena pertandingan balap trail. Setelah itu, ia turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya. Dan saat ditangga, Shahra melihat neneknya yang sedang duduk di kursi samping Hara. Shahra mngumpat dalam hatinya. Setiap ada omanya pasti ia selalu berdebat.
Shahra duduk di kursi yang berdampingan dengan Jovanca. Raut wajahnya sangat datar. Meta menatap sinis Shahra, tapi Shahra tak perduli. Ia malah mengambil roti lalu diolesi dengan selai coklat. Arka mencairkan suasana karena keadaan di meja makan begitu canggung. Ia menatap Shahra yang sedang memakan rotinya.
"Al. Kamu beneran balapan?" tanya Arka dengan meringis pelan.
Shahra hanya mengangguk saja karena ia fokus dengan sarapannya.
"Ga usah aja, Al," ujar Anisa seraya mengelus pundak Shahra. Shahra menatap rotinya lalu ia menyimpan roti di sebuah piring. Shahra menatap mereka datar.
"Kamu les aja sama Hara," titahnya.
"Beban banget kamu. Kerjanya keluyuran terus, kaya berandalan." Meta menatap Shahra dengan tatapan tak suka.
Shahra tersenyum tipis dan menatap Meta. "Terserah saya. Ini kehidupan saya, jadi yang berhak mengatur adalah diri saya sendiri."
"Kurang ajar kamu!" Meta sudah bersiap memegang tongkatnya untuk memukul Shahra.
Shahra malah terkekeh pelan melihat Meta yang tersulut emosi. Ia kembali melanjutkan sarapannya. Hara yang bera di samping Meta pun menenangkan Meta. Tiba-tiba ponsel Shahra bergetar, ia langsung mengangkat telpon itu.
"Kenapa om?"
"Lo masih dirumah?"
"Iya. Kenapa?"
"Motor Lo dimana?"
"Udah ada disana."
"Syukur deh. Lo Dateng sini, buru."
"Yoi, gue otw." Shahra mematikan panggilan telpon. Lalu ia menghela nafas.
"Yah...kita ga bisa debat lagi," ujar Shahra dengan tampang yang meledek.
"Sini kamu!!" Meta yang sudah sangat kesal langsung berdiri dan menghampiri Shahra.
Tapi Shahra sudah lebih dulu berlari. Ia berada di belakang punggung Arka yang sedang berdiri untuk memisahkan keduanya.
"Dasar ga tau diri kamu!! Kamu itu ga bisa diharapkan!! Kamu itu hanya beban dikeluarga ini!! Kamu itu hanya memalukan nama keluarga saja!!" ucap Meta dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.
Shahra menatap Meta datar. "Anda sangat berbeda sekali dengan nenek lain. Mengapa nenek orang lain sangat baik tetapi anda tidak? Oma saja, oma sangat baik sekali. Tetapi anda, anda sebaliknya."
Meta menatap Shahra tajam. Ia tak bisa berkutik sekarang. Hanya diam dengan tatapan permusuhan.
"Gimana? Enak ga dibandingin?" Shahra terkekeh. "Mangkanya ga usah ngebandingin Al."
Shahra langsung berlari ke kamarnya. Ia mengambil tas dan helm miliknya lalu langsung kembali turun. Mereka masih berkumpul di ruang tamu. Tanpa pamit terlebih dahulu, Shahra langsung pergi ke garasi. Anisa dan Hara menenangkan Meta yang masih emosi. Arka dan Jovanca pergi entah kemana.
Shahra mengendarai motornya menuju ke tempat balap. Disana sudah ada Roy dan Arjuna yang sedang mengecek motor trail Shahra. Shahra menghampiri mereka.
"Brata. Gue mau ngomong berdua sama Lo," ucap Shahra datar dengan permen karet yang berada di mulutnya.
"Awas, Jun. Nanti pawangnya marah," ucap Roy sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAHRAY
General FictionShahra Aldercy Vredo. Gadis yang dikenal tomboy dan sangat dingin. Ia gadis yang memiliki trauma dimasa lalu nya. Shahra juga merupakan cucu dari ketua mafia. Ia dijadikan layaknya ratu oleh kedua kakeknya, sepupu-sepupunya, juga kakak dan adik dari...