Keesokan harinya, Arka, Anisa, Jovanca, dan Hara, sedang melaksanakan sarapan bersama. Sang kepala keluarga, merasa ada yang kurang saat mengecek satu persatu anggota keluarganya.
"Al kemana?" tanya Arka.
"Subuh tadi tubuh kak Al menggigil pah. Badannya panas," jawab Hara.
Arka membulatkan matanya terkejut. "Trus sekarang gimana keadaannya?"
"Masih tidur. Tapi dia terus bergumam opa dan kakeknya," ucap Anisa. Memang sejak shubuh tadi Shahra menggigil karena kedinginan. Hara langsung memberi tahu Anisa dan Anisa mengompres kening Shahra sekalian mengecek luka yang ada disana.
Setelah sarapan Arka pergi ke kamar Shahra. Ia mengetuk pintunya dan masuk. Disana Arka melihat Shahra yang sedang terbaring dengan kening yang terdapat handuk basah juga kain kasa yang menutupi lukanya. Arka duduk ditepian kasur. Ia mengelus rambut Shahra lembut. Lalu pandangannya tertuju pada lengan Shahra. Ia penasaran mengapa Shahra selalu menutupi lengannya.
Dengan perlahan Arka menggulung lengan baju putrinya. Ia terkejut saat melihat banyak sayatan di lengan Shahra. Nafasnya tercekat. Ia mematung dengan menatap lengan Shahra yang terdapat barcode. Tanpa Arka sadari Shahra membuka matanya. Shahra menutup kembali lengannya yang penuh dengan sayatan.
"Al ga papa," ucap Shahra dengan nada lemah. Arka menatap wajah Shahra yang pucat.
"Papah mau berangkat kerja?" tanya Shahra saat melihat penampilan Arka yang formal dan lengkap.
"Papah mau jaga kamu," balas Arka.
"Al ga papa," ucap Shahra menyakinkan.
"Ke rumah sakit aja yuk," ajak Arka.
Shahra menggeleng. "Al gak suka. Rumah sakit ngingetin Al sama kakek dan opa yang dipasang banyak alat nyeremin." Shahra bergidik ngeri.
"Tangan kamu?"
"Maaf...." lirih Shahra. "Al gak bisa ngendaliin diri Al."
Arka memejamkan matanya sejenak.
"Maaf, papah belum bisa membuat kamu bahagia dan membuat mental kamu hancur. Papah gagal jaga kamu."Shahra menggeleng. "Papah engga gagal jaga Al. Tapi Al yang gagal ngendaliin diri Al. Papah jangan nangis." Shahra mengusap air mata Arka dengan tangan yang bergetar.
"Jangan buat papah khawatir. Papah jadi kecewa sama diri papah sendiri. Papah sedih lihat kamu," ucap Arka dengan isakan yang keluar dari mulutnya. Arka menunduk.
"Mau bobo sama papah," pinta Shahra. "Semalam papah engga temenin Al tidur, jadi Al sakit lagi."
Arka mendongak dan ia melihat wajah Shahra yang menampilkan senyum. Arka membuka jas hitam yang melekat ditubuhnya, lalu menyimpannya di sofa, kemudian Arka berbaring di samping Shahra.
Shahra tersenyum senang. Ia memeluk Arka dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Arka. Arka terus mengecup puncak kepala putrinya sambil bergumam maaf.
"Jangan minta maaf terus. Al bosen," ucap Shahra mendengus. Arka terkekeh dan mengangguk.
"Papah temenin Al." Shahra mengangguk.
"Pah."
"Iya sayang?" Arka terus mengusap dan mengecup puncak kepala Shahra.
"Al capek tahu..... Kadang Al pengen nyerah. Tapi opa sama kakek selalu datang ke mimpi Al pas Al pengen nyerah." Arka terdiam mendengar putrinya itu.
"Papah tahu gak? Hati Al sakit banget, pas kalian paksa Al menjadi seperti yang kalian harapkan," lirih Shahra dengan mata yang terpejam.
Anisa masuk ke kamar Shahra dan Arka membungkam mulutnya menggunakan jari telunjuknya seolah menyuruh Anisa untuk tidak berisik. Anisa mengangguk dan duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAHRAY
Ficción GeneralShahra Aldercy Vredo. Gadis yang dikenal tomboy dan sangat dingin. Ia gadis yang memiliki trauma dimasa lalu nya. Shahra juga merupakan cucu dari ketua mafia. Ia dijadikan layaknya ratu oleh kedua kakeknya, sepupu-sepupunya, juga kakak dan adik dari...