79. Hancur - SHAHRAY

1.2K 99 4
                                    

Ciao a tutti 👋

Gimana kabarnya? Sehat selalu untuk kalian semuanya 🙏

Jangan lupa bintangnya di klik ya kawan⭐😁

Happy Reading!!!

•|•

"Ketulusan seseorang dilihat dari perjuangan yang ia lakukan."

•SHAHRAY

•|•

Di kamar yang bernuansa hitam, abu, dan putih, terdapat satu orang remaja, yang terus menatap bingkai foto dirinya dengan sang kekasih di pantai. Tidak ada air mata yang dikeluarkan. Karena mungkin saja, air mata dirinya telah habis akibat terus keluar beberapa hari yang lalu. Remaja laki-laki itu mengelus foto mereka berdua. Ia tersenyum tipis saat bayangan mereka berdua bersama terlintas di kepalanya.

Remaja laki-laki itu adalah Rayyan Elphyn Dikara, sang pria tampan tapi kini berpenampilan sangat urakan. Rambut yang acak-acakan, mata sembab, wajah datar, pandangan kosong, dan kamarnya banyak barang berserakan karena mendapat luapan kesedihan dari sang pemilik kamar.

"Kamu dimana sayang? Aku yakin kamu masih hidup. Aku merindukan mu. Sangat," gumam Rayyan dengan mengelus foto mereka.

"Andai waktu bisa diputar. Aku tak akan membiarkan mu pulang malam itu. Tapi.... Aku tak bisa apapun sekarang. Aku selalu mendatangi sungai indah yang berani merebut dirimu dari diriku." Rayyan menghela nafas dalam. Sesak menjalar dalam dadanya.

"Aku bicara padanya, kalau aku membutuhkan dirimu. Aku juga meminta pada Tuhan untuk menyuruh sungai indah itu mengembalikan dirimu padaku dan pada keluarga mu." Rayyan memeluk bingkai foto itu. Ia menangis lagi. Isakannya sangat pelan, tapi menyayat hati. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit.

Marcel dan Aurel memasuki kamar Rayyan tanpa sepengetahuan sang pemilik kamar. Mereka duduk di kanan dan kiri Rayyan. Aurel memeluk putranya yang sangat kehilangan. Rayyan malah tambah terisak dalam pelukan Aurel. Marcel menatap Rayyan iba. Baru saja mereka memulai kembali kisah cinta yang sempat mereka tunda, tapi akhirnya Shahra malah kembali pergi meninggalkan sang putra.

"Sayang.... Jangan kayak gini terus, nak. Mamah jadi sedih liatnya," bisik Aurel. Rayyan tak menjawab apapun, ia masih kalut dengan pikirannya.

"Ray. Kalau Ray cinta sama Al, Ray harus percaya sama Al. Ray kan tahu Al pernah menang lomba renang kan? Ray harus percaya sama Al," tutur Marcel dengan tangan yang bergerak mengusap rambut putranya.

"Kenapa semesta jahat sama Al? Kenapa semesta enggak pernah izinin Al bahagia.." Rayyan mengepalkan tangannya. "Saat perpisahan sekolah waktu itu, kaki Al ditembak sama Rieke. Sekarang didorong sama Veskas! Kenapa mereka jahat dad?!"

Rayyan melepaskan pelukannya kemudian ia memukul-mukul tempat tidurnya. Hatinya sungguh sangat hancur berkeping-keping, atau bahkan malah lebur. Aurel menutup mulutnya menahan tangis. Marcel langsung membawa Rayyan dalam dekapannya. Walaupun Rayyan terus memberontak, tapi Marcel terus mengeratkan pelukannya.

"Dengerin Daddy! Al anak kuat! Kamu harus yakin sama dia! Berdoa!! Jangan malah kayak gini!!" papar Marcel dengan menangkup pipi Rayyan. Rayyan menggeleng kemudian menunduk dalam dengan tangisan yang masih tak terkendali. Marcel kembali membawa Rayyan dalam dekapannya.

SHAHRAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang