20. Mengambil Alih - SHAHRAY

1.7K 113 0
                                    

HAPPY READING!!!

•|•

Ayah Winda sudah ketar-ketir sendiri. Peluh keringat membasahi wajahnya. Lutfi menarik Winda dan menyuruhnya keluar. Dengan emosi yang belum stabil Winda keluar ruang BK.

"Menambah pekerjaan ku saja," ucap Shahra sambil merapihkan bajunya. "Padahal ada tuan Arka." Shahra menggeleng. Arka menarik tangan Shahra untuk duduk disampingnya kemudian ia merangkul Shahra.

"Papah lagi bayangin reaksi dia saat tahu identitas kamu yang sebenarnya," bisik Arka. Ia terkekeh dan mengacak rambut Shahra gemas. Pak Andre terkejut melihat perlakuan Arka terhadap Shahra. Sementara Lutfi, ia menelan salivanya susah payah.

"Nona saya minta maaf atas kelakuan putri saya," ucap Lutfi sambil berlutut dan menangkupkan kedua tangannya

Shahra menatap datar Lutfi dan ia menoleh pada Arka. Pak Andre hanya diam. Ia tidak tahu kenapa ayah Winda begitu ketakutan dengan Shahra.

Shahra menghela nafas, ia bangkit dan memasukkan tangannya ke saku celana. "Kau tahu? Aku adalah orang yang sangat membenci manusia yang tidak bersyukur dan haus akan kekuasaan. Seperti putrimu."

"Dia memakai kekuasaanmu dengan seenaknya. Dengan bangganya dia menyombongkan marga." Shahra berjalan ke meja Andre dan mengambil satu pulpen. "Beruntung aku masih bisa mengendalikan diriku. Kalau tidak?" Shahra menggeleng kemudian ia melempar pulpen itu hingga hancur. "Maybe kau akan seperti pulpen itu."

"Nona. Aku minta maaf. Aku janji akan merubah sifat putriku. Tapi aku mohon jangan berbuat sesuatu," ucap Lutfi dengan mengeluarkan air matanya.

Arka menghela nafas dan bangkit dari duduknya. Ia melonggarkan dasinya. "Maafkan saja. Tapi.... Jika dia tidak menepati janjinya. Aku tidak akan ikut campur lagi," ujar Arka sambil mengangkat kedua tangannya.

Shahra mengangguk. "Baiklah. Aku memaafkan putrimu. Aku pegang janjimu," ucap Shahra. Saat akan beranjak pak Andre mencegahnya.

"Siapa sebenarnya kamu?" tanya Pak Andre mencari jawaban atas kebingungannya. Shahra mengangkat kedua bahunya. Dan pergi begitu saja. Lutfi menghela nafas lega. Ia tidak menyangka Winda akan bermasalah dengan Shahra.

"Siapa sebenarnya Shahra?" tanya Pak Andre pada Lutfi.

"S-saya tidak t-tahu, pak. Saya pamit. tuan Arka, terima kasih." Lutfi langsung keluar ruangan itu.

Saat berhadapan dengan Winda, Shahra tersenyum miring. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan Winda yang kesal.

"Pah. Gimana? Dia keluar dari sekolah ini kan?" tanya Winda.

"Sana masuk kelas," titah Lutfi lalu ia meninggalkan Winda. Winda bingung dengan ayahnya. Mengapa ayahnya seperti itu? Padahal tadi ayahnya sangat marah. Dengan wajah merah Winda pergi ke kelas.

"Siapa Shahra? Mengapa pak Lutfi ketakutan?" gumam Pak Andre bertanya-tanya.

Arka terkekeh. Ia menghampiri Pak Andre yang masih sibuk dengan kebingungannya. "Anda mau tahu siapa sebenarnya Shahra?"

Pak Andre menatap Arka. "Tuan mengetahuinya?"

"Sangat mengetahuinya."

"Siapa Shahra?" Arka mengambil pulpen di sakunya dan mengambil kertas yang ada di meja Pak Andre. Arka menuliskan tiga kata dalam kertas itu. Ia menyerahkan pada pak Andre.

"Kalau kau berhasil memecahkannya langsung hubungi aku jangan beritahu siapapun," ucap Arka tajam.

"Baik tuan," balas Pak Andre. Lalu mereka mengobrol tentang perkembangan sekolah itu dan Hara. Setelah itu Arka pamit dan pergi. Pak Andre mengambil kertas yang ada tulisan Arka tadi.

SHAHRAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang