Rayyan yang berada di kantornya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kenapa Shahra malah marah padanya? Kan wajar jika ia tidak tahu. Lagian, Rayyan juga tidak pernah mendengar roti jepang. Ia pikir roti yang berasal dari Jepang.
Ah. Sudahlah. Ia harus membelikan segera permintaan Shahra. Jika tidak, Shahra akan semakin marah padanya. Tidak. Rayyan tidak mau itu terjadi. Rayyan membuka kancing jas yang terpasang sambil berdiri. Ia menghampiri asistennya yang sedang bekerja di ruangannya.
"Haiden. Tolong batalkan meeting bersama Jeffry dan Daddy Marcel. Aku ada urusan," ucap Rayyan.
"Tidak ada bantahan. Bilang saja pada Daddy kalau aku menemui Aldercy," serobot Rayyan saat Haiden akan membuka mulutnya. Rayyan beranjak. Haiden mengangguk pasrah. Mau tidak mau ia harus menuruti Rayyan. Aldercy adalah yang terpenting bagi Rayyan.
Rayyan menelan salivanya kasar saat ia sudah berada di parkiran mini market yang lumayan dekat dengan rumah sakit. Ia memakai masker dan kacamata hitamnya agar tidak terlalu malu. Rayyan menghela nafas sebelum turun dari mobil sportnya.
Rayyan masuk ke dalam mini market dengan tangan yang dimasukkan dalam saku celananya. Jasnya yang terbuka membuat Rayyan terlihat lebih keren. Sudah berapa kali Rayyan berkeliling tapi tidak menemukan apa yang ia cari. Dengan meruntuhkan egonya, Rayyan memanggil salah satu pekerja.
"Ada yang bisa saya bantu mas?"
"Emm. Saya, saya mencari pembalut daun sirih. Dimana?" tanya Rayyan dengan menggigit bibir dalamnya.
"Mari ikut saya mas." Pekerja tersebut berjalan ke arah lorong paling ujung.
"Ini mas. Silahkan yang mana?"
Rayyan mengangguk. "Kalau pembalut daun sirih yang ada sayapnya trus 36 cm yang mana mas?"
"Ini mas." Pekerja tersebut memberikan apa yang Rayyan tanya.
"Daun sirihnya yang masih segar ada tidak?" tanya Rayyan.
Pekerja tersebut mengernyitkan keningnya bingung. "Maksudnya mas?"
"Itu, kan katanya pembalut daun sirih, nah daun sirihnya dipisah atau ada didalamnya?"
Mas pekerja itu menahan tawanya. Ia menunduk untuk menyembunyikan tawanya.
"Kenapa tertawa?" tanya Rayyan.
Pekerja tersebut menggeleng. "Maksud pacar mas, ini mas. Daun sirihnya sudah ada dalam pembalut itu."
Rayyan berdehem untuk mengembalikan kewibawaan dirinya. Ia pun mengambil beberapa bungkus pembalut daun sirih. Lantas meminta pekerja tersebut membawakannya. Kemudian ia ke tempat ice cream. Rayyan membelikan beberapa ice cream untuk Shahra. Kemudian ia membawanya ke kasir.
"Sudah mas?"
"Hm." Rayyan terus menatap keluar mini market. Sampai ada ibu-ibu yang menepuknya dari belakang.
"Tuh nak. Kamu mau gak sama dia? Ganteng loh," ucap ibu-ibu itu pada anaknya yang membawa keranjang di sampingnya.
"Ibu apaan sih?" balas anak itu sambil menepuk lengan ibunya dan menahan malu.
Rayyan mengerutkan keningnya bingung. Apa yang dirasakan ibu-ibu itu? Tiba-tiba menepuknya begitu saja. Aish. Sangat menyebalkan sekali.
"Nak ganteng mau tidak dengan anak saya? Dia cantik loh. Papahnya juga CEO disalah satu perusahaan loh. Dia juga," papar ibu-ibu itu.
"Maaf. Saya sudah punya calon istri," balas Rayyan dengan menunduk.
Ibu-ibu itu mendelik. "Ah. Paling calon istrinya miskin ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAHRAY
General FictionShahra Aldercy Vredo. Gadis yang dikenal tomboy dan sangat dingin. Ia gadis yang memiliki trauma dimasa lalu nya. Shahra juga merupakan cucu dari ketua mafia. Ia dijadikan layaknya ratu oleh kedua kakeknya, sepupu-sepupunya, juga kakak dan adik dari...