80. Berharga - SHAHRAY

1.3K 88 5
                                    

Ciao a tutti 👋

Gimana kabarnya? Sehat selalu untuk kalian semuanya......

Karena hari ini hari spesial untuk orang yang saya cintai, jadi hari ini saya akan Doble up. Tapi, satu part laginya malam ya guys, soalnya hari ini banyak tugas😁

Jangan lupa, bintangnya di klik ya ⭐ gratis kok😁

Happy Reading!!!

•|•

"Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak."

•SHAHRAY

•|•

Satu bulan berlalu, Shahra belum juga ditemukan. Semua keluarga Shahra sudah mengikhlaskannya. Akan tetapi, mereka tidak berhenti untuk mencari keberadaan Shahra. Rayyan? Ia pergi ke Swiss 1 Minggu yang lalu untuk mengurus kuliahnya dengan Shahra. Walaupun Shahra tiada, tapi Rayyan tetap mengurus berkas milik Shahra. Entah mengapa, hatinya sangat yakin kalau Shahra masih hidup.

Arka, Ariza, Arshad, dan Arham ikut menelusuri hutan bersama para anak buahnya. Pasalnya ia mendapat informasi jika ada perkampungan di hutan ini, dan di hutan sebelumnya mereka tidak menemukan adanya perkampungan. Sementara Arfeen, dan anak-anak mereka, mereka suruh untuk mengurus kantor. Arka duduk dengan menyandar pada sebuah pohon, kakinya ditekuk satu dan menumpukan tangannya di lutut. Ia menghela nafas dalam dan memejamkan matanya.

Raganya memang sudah ikhlas, tapi tidak dengan hatinya. Arshad duduk disamping Arka dengan posisi sama seperti Arka. Ia menolehkan kepalanya untuk menatap adiknya yang sedang memejamkan mata. Terlihat raut lelah, frustasi, putus asa, dan menyerah.

Ariza dan Arham, ia sedang marah-marah karena mereka mendapatkan informasi kalau Rieke dan Veskas kabur karena dibantu oleh  Jeffry dan Dina. Tentu hal itu membuat Ariza naik pitam. Bagaimana tidak? Dia dan yang lainnya sudah susah untuk menangkap mereka tapi selalu saja kabur dan kabur. Ariza dan yang lainnya juga memberikan hukuman pada Rieke dan Veskas dengan cara seperti yang Shahra lakukan. Sayat menyayat.

"Gue minta maaf karena jarang pulang ke sini. Sekalinya pulang, karena Al," ucap Arshad pada Arka. Arka membuka matanya perlahan. Ia menoleh pada Arshad.

"Lo terlalu lama disana. Sampai Lo lupa sama yang ada disini," balas Arka.

Arshad terkekeh. "Sorry, bro." Arshad mengacak rambut Arka.

"Meskipun kita udah tua, tapi jiwa kita masih muda," ucap Ariza seraya duduk di hadapan mereka diikuti Arham.

Arka tersenyum kecut. Ia menghembuskan nafas dan mengusap wajahnya, "Gue pengecut bang. Masa gue kalah sama Veskas."

"Ngapain ngomongin dia sih. Udah ah. Ayo nyari ponakan gue lagi," ajak Arham seraya berdiri. Yang lainnya pun berdiri.

Mereka kembali berjalan memasuki hutan. Beberapa menit kemudian, mereka menemukan sebuah perkampungan disana. Mereka menatap perkampungan itu takjub. Pasalnya, terlihat jelas gunung dan pesawahan, juga ada kebun teh disini. Ternyata hutan ini adalah tempat mereka mencari kayu bakar. Kalau benar begitu, berarti....

Mereka berjalan kembali. Banyak orang yang menyapanya. Tapi, mereka terpaku pada seorang gadis yang sedang membantu nenek-nenek yang sedang membawa kayu bakar. Gadis itu membantu sang nenek yang mungkin seumuran dengan Meta. Mata Arka memanas melihat pemandangan itu. Ia tak bermimpi bukan? Ini benar adanya. Gadis yang di depan itu sangat mirip sekali dengan putrinya. Dari postur tubuhnya, rambutnya, dan wajahnya sangat mirip sekali.

SHAHRAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang