6. Kerinduan - SHAHRAY

2.1K 160 6
                                    

"I really love you," ucap Rayyan sambil mengelus rambut Shahra. Shahra menjauhkan dirinya dari Rayyan. Tangan Rayyan menggantung di udara, Rayyan hanya tersenyum simpul.

Mereka melihat bintang-bintang yang sangat indah di angkasa. Shahra membayangkan ada wajah opa, kakek, dan neneknya di atas sana. Ia tersenyum tipis.

"Aku merindukan kalian," gumam Shahra sambil melihat Angkasa.

Rayyan menoleh menatap Shahra yang sedang tersenyum tipis menatap angkasa. "Nona."

Shahra berdesis. "Shahra Aldercy."

Rayyan terkekeh dan mengangguk. "Aldercy. Bagaimana kau bisa tidak takut lagi dengan laki-laki?"

Shahra mematung, ia memejamkan matanya membayangkan betapa berusahanya Kailen dan Kendra yang terus menyakinkan Shahra. Menyakitkan. Tak sadar air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata.

Rayyan yang sadar akan hal itu berdehem dan merangkul Shahra. "Hey.. aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat kamu sedih."

Shahra menggeleng. Ia membuka matanya dan menatap langit.

Flashback
Sejak dari kejadian itu Shahra menjadi sangat dingin sekali. Bahkan ia takut saat melihat Kailen, Kendra, dan Arka. Shahra ditemani oleh Anisa dan Hara. Shahra terus diajak ngobrol oleh mereka tapi tak pernah direspon. Shahra sudah dibawa ke psikiater, dan ia dinyatakan mengalami trauma dengan laki-laki. Dan psikiater itu terus datang menemui Shahra setiap hari.

Pada suatu hari, Kendra kakek Shahra sangat merindukan Shahra. Ia mencoba untuk menemui Shahra. Dan ternyata opa Shahra Kailen pun ingin menemui Shahra. Mereka mengetuk pintu Shahra lalu memasuki nya.

"Shahra cucu kakek," panggil Kendra dengan sangat lembut.

"Al cucu opa," timpal Kailen yang berada di samping Kendra.

Mereka mengelilingi kamar Shahra. Shahra yang baru keluar dari kamar mandi langsung teriak ketakutan. Ia berjongkok sambil memeluk lututnya dan kepalanya menunduk. Kendra dan Kailen langsung menghampiri Shahra.

"Hey. Sayang. Ini opa sama kakek, nak," ucap Kailen menenangkan Shahra dengan memeluk tubuh mungil itu.

Shahra terus memberontak dari pelukan Kailen. "JAHAT!! KALIAN JAHAT!! AL KESAKITAN!!" Air mata Shahra menurun deras seiring teriakannya yang semakin kencang.

"Maafin kami, sayang. Ini kami. Kami merindukan cucu kami," ujar Kendra. Air matanya turun melihat Shahra begitupun Kailen. Kakek mana yang tidak sedih saat cucunya takut kepada kakeknya.

"Ini kami.. kakek dan opamu..." Kailen dan Kendra memeluk Shahra erat. Tapi Shahra terus berontak ketakutan. Arka dan Anisa yang mendengar teriakan Shahra langsung menghampiri kamar Shahra. Dan mereka melihat Kailen dan Kendra yang sedang memeluk Shahra.
Arka menghampiri mereka.

"Pah, Dad," panggil Arka. "Ayo kita pergi."

"Tidak, Arka," tolak Kailen dan Kendra.

"Kami merindukannya," ucap Kailen sambil menangis. Mereka melepaskan pelukannya. Anisa menghampiri Shahra dan memeluk Shahra.

"Ayo kita keluar," ajak Arka. Merekapun keluar dari kamar Shahra. Mereka mengobrol di ruang kerja Arka.

"Al. Tenang." ucap Anisa. Perlahan Shahra mulai tenang. Anisa menangkup pipi Shahra dan menghapus air mata Shahra.

"Al, mereka kakek, opa dan papah, Al."

Shahra menunduk dengan isakan pelan. "Mereka jahat."

SHAHRAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang