27. Berbeda - SHAHRAY

1.5K 112 1
                                    

"Manusia di dunia ini hanya menjalankan takdirnya masing-masing, yang sudah ditulis sebelum dia lahir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Manusia di dunia ini hanya menjalankan takdirnya masing-masing, yang sudah ditulis sebelum dia lahir. Ada yang selalu bahagia dan ada yang sebaliknya."

•Shahra Aldercy Vredo

~|~

Happy Reading!!!!

•|•

"Dari kemarin aku terbayang wajahmu saat tersenyum dan tertawa." Shahra mendelik. Kenapa itu lagi yang Rayyan bahas? Padahal dari tadi sudah ia bicarakan.

"Aku sangat-sangat mencintaimu." Tak ada jawaban apapun dari Shahra. Rayyan mulai kesal kali ini. Karena ia sudah berbicara banyak tapi tidak ada tanggapan sama sekali dari Shahra.

"Aku seperti mengobrol dengan patung, tahu tidak?" Rayyan berdecak sebal dan saat ia akan bangkit Shahra memegang tangan Rayyan. Lantas Rayyan kembali duduk.

Shahra menyenderkan kepalanya pada pundak Rayyan. "Penso che sto iniziando ad amarti," bisik Shahra. {Kurasa aku mulai mencintaimu}

Rayyan menarik kedua sudut bibirnya senang. Lantas tangannya terulur, mengusap rambut Shahra dari belakang.

"Kenapa tidak ke rumah sakit?" Shahra menggeleng.

"Kenapa?" Shahra menunduk sedih dan menghembuskan nafas berat. Perlahan Shahra menatap Rayyan dan Rayyan pun balik menatap Shahra.

"Setiap ke rumah sakit aku selalu terbayang kakek dan opa ku yang tubuhnya dipenuhi dengan alat-alat yang menyeramkan. Dan aku membenci itu," ujar Shahra.

Rayyan jadi merasa bersalah karena membuat Shahra bersedih. Ia membawa Shahra ke dalam dekapannya dan mengelus lembut rambut Shahra.

"Aku minta maaf. aku tidak bermaksud membuatmu sedih," ucap Rayyan.

"Gak papa," balas shahra sambil menggeleng.

"Lo gak sekolah coneh?" tanya Shahra seraya menjauh dari Rayyan.

Rayyan terkekeh. ia mencubit pipi Shahra gemas. "Kalau aku sekolah, aku tidak akan ada disini."

Shahra merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu. Shahra meraih ponselnya dan menyetel lagu-lagu. Rayyan menselonjorkan kakinya dan Shahra tidur diatas bantal yang terdapat di paha Rayyan. Rayyan mengusap kepala Shahra lembut.

"Lagu ini jadi ngingetin gue sama mimpi saat gue tidur," ucap Shahra saat lagu dear diary dari Els Warouw berputar.

"Memangnya mimpi apa?" tanya Rayyan dengan mengangkat satu alisnya. Pupil coklat Shahra menatap langit-langit kamar seolah mengingat kembali mimpinya. Ia menghela nafas.

SHAHRAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang