Sesampainya di kelas, Nara langsung duduk di kursinya. Perasaannya baik-baik saja, ya walau memang sedikit kecewa. Ia kemudian membuka sosial medianya melihat updatean dari bias kesayangannya, ya tentu saja untuk memperbaiki moodnya. Tapi bukannya mendapat asupan mood baik justru malah mood buruk yang ia dapatkan,
Nara menghela nafas lelah, kenapa masalah itu datangnya tidak satu persatu saja? Jangan keroyokan seperti ini. Mendapat pesan dari tantenya itu tentu saja membuat beban pikirannya semakin bertambah. Nara menenggelamkan kepalanya di meja, ia merasa pusing dengan semua yang terjadi hari ini. Belum selesai masalah tweet Azri, sekarang bertambah lagi beban pikirannya.
"kenapa lu" tanya Nana,
"gue mau give away, lo mau ambil gak?" tanya Nara,
"give away apa?"
"overthinking masalah hidup gue"
"dih najis. Beban pikiran gua aja udah banyak"
"ututututu naufal jenandra juga punya beban pikiran? Beban pikiran apa sii? Sini cerita ke teteh sini"
"lebay lo"
"yeu si monyet gue dah baik gini mau dengerin curhatan lo" Ucap Nara sembari mengerucutkan bibirnya
"yang butuh tempat cerita tuh elo, bukan gua."
"cerita kenapa buru, dimarahin lo tadi di rg?""gua dipecat bestie. Eh enggak deng, mengundurkan diri, tapi emang mau dipecat"
"dipecat? jadi peserta lomba maksud lo?"
"betul"
"lahh sia-sia dong latihan lo selama ini??"
"ya begitulah"
"lo kok lempeng banget anying??!" Ucap Nana
"lah terus gue harus apa? Nangis? Misuh-misuh gitu?" tanya Nara
"aneh" ucap Nana
"orang mah kalo mimpinya ancur tuh galau, nangis gimana gitu, lah ini? Ra gua tau ya lo ngarepin banget ikut lomba debat. Dari kelas sepuluh loh lo nunggu ini. Gak mungkin dong ekspresi lo bakal sedatar ini pas gagal?" cerocos Nana
KAMU SEDANG MEMBACA
Our greatest World: Papa
Fanfiction*Semua hal yang terjadi di dalam cerita ini adalah FIKSI.* "papa ikut udunan beli album ya EXO sama NCT comebacknya barengan" - Adrinara Bintang Danuarta "ayo masalah sini lu gua gak takut! Gua punya Allah sama papa, papa gua kan kayak thor" -Jaev...