38. Pengadilan

561 49 6
                                    

Sidang gugatan hak asuh anak digelar hari ini. Azri, Jaevan, Elvan dan Nara sampai di Pengadilan setengah jam sebelum sidang digelar. Mereka memang sengaja tidak berangkat bersama dengan Yohan, dan lagi papa mereka itu tidak pulang ke rumah sejak kemarin.

"langsung ke ruang sidang, yuk" ajak Azri

"papa sama mama disana?" tanya Jaevan

"iyaa", keempat orang itu lalu berjalan menuju ruang sidang, benar saja kedua orang tuanya sudah menunggu disana, Mama duduk dengan suaminya di sebuah bangku dan papa berdiri tak jauh sembari bersandar ke tembok, terlihat banyak sekali hal yang pria itu pikirkan, keempat anaknya menghela nafas berat melihat kondisi papa kesayangan mereka.

"pah," panggil Azri

"sudah datang," ucap papa, setelah menyalami tangan Yohan mereka juga menyalami tangan Veronica dan Fauzan. Tidak ada obrolan panjang dan menarik, komunikasi mereka hanya sebatas bertanya kabar dan sudah sarapan atau belum. Menit berlalu, kini giliran mereka memasuki ruang sidang. Angin yang berembus dari kisi - kisi jendela membuat atmosfer di ruang sidang ini begitu dingin, entah karena ditambah kegugupan atau memang anginnya yang sangat dingin.

Azri, Jaevan, Elvan dan Nara duduk di kursi panjang di depan Hakim. Seorang Hakim tunggal di depannya sedang membaca dan memeriksa identitas diri mereka.

"baik kita mulai ya," ucapnya, terdengar helaan nafas dari semua orang disana, ruangan yang begitu hening dan suara yang hanya didominasi oleh suara Hakim.

"kita mulai dari anak pertama, saudara Azri Reygan Danuarta,"

"saya yang mulia" jawab Azri,

"saudara memilih tetap tinggal dengan bapak Yohan Danuarta atau ingin beralih pada ibu Veronica Arsyiella?"

"tetap tinggal dengan papa yang mulia" jawab Azri mantap,

"baik kalau begitu selanjutnya saudara Jaevan Jeflar Danuarta"

"saya yang mulia"

"saudara memilih tetap tinggal dengan bapak Yohan Danuarta atau ingin beralih pada ibu Veronica Arsyiella?"

"tetap dengan papa"

"oke, selanjutnya saudara Elvano Arion Danuarta,"

"iya yang mulia"

"Saudara memilih tetap tinggal dengan bapak Yohan Danuarta atau ingin beralih pada ibu Veronica Arsyiella?"

"dengan papa"

"baik, terakhir Saudari Adrinara Bintang Danuarta"

"saya yang mulia"

"saudari pilih tetap tinggal dengan bapak Yohan Danuarta atau ingin beralih pada ibu Veronica Arsyiella?"

"dengan mama, yang mulia" jawaban Nara sukses membuat ketiga kakaknya menoleh, tidak ada yang tidak terkejut dengan apa yang mereka dengar.

Dibelakang, Yohan tersenyum nanar, jadi hanya sampai sini ya ia merawat sibungsu? Si jimat, raden putri yang selalu dibanggakan dan dijaganya dengan sangat baik itu kini akan pergi meninggalkannya?

"yakin saudari Adrinara? memilih tinggal dengan mama dan tidak tinggal lagi dengan papa? "

"yakin yang mulia. Saya mau tinggal dengan mama saya, saya mau ngerasain gimana rasanya dirawat mama" jawab nara,





BRAAKKK!







Elvan membanting pintu kamar nara keras sekali membuat yang punyanya terlonjak kaget,

"apasihh??!!" pekik Nara, dirinya yang sedang duduk di pinggiran ranjang dengan handuk tergantung dibahunya sedang asik menscroll laman twitter terperanjat kaget karena bantingan di pintu kamarnya,

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang