48. kesal

496 46 0
                                    

Selesai makan mereka berpindah ke ruang keluarga, menonton tv sembari mengobrol kecil disana. Veronica banyak bertanya pada keempat anaknya itu, namun tetap perhatiannya terus teralihkan pada Shiena.

"mama ih shiena pengen main ke dufan, ayo dong liburaann foto bareng disana nanti kayak temen - temen shiena mereka foto sama mama papanya"

"ayo besok ke dufan, mumpung lagi kumpul juga nihh" ucap mama

"gak bisa sayang, papa besok ada meeting penting, lusa aja ya? Gimana?"

"yaahh, yaudah deh."
"mama nanti kamis depan jadi datang kan ke pensi shiena? Datang laah masa gak dateng, nanti shiena malu kalo mama gak dateng"

"iya sayang, nanti mama usahain dateng, pasti"

Bagaimana dengan anak - anak yohan? Mereka hanya terdiam kaku menatap keharmonisan di depannya, benar - benar kehadirannya bagai orang asing disana.

"ara, kelas dua belas ya sekarang?" tanya mama pada Nara

"iya ma,"

"mau pilih jurusan apa nanti?"

"kedokteran,"

"kedokteran juga? Sama kayak elvan ya"

"iya ma,"

"mau jadi model gak sama mama, yuk? Atau nggak ambil bisnis jadi nanti bisa kerja di perusahaan papa"

"nara lebih tertarik sama kedokteran ma, hehe"

"eumm gitu yaa, padahal mama tuh pengen anak mama ada yang jadi model, gantiin mama biar ada penerus ya pah" ucapnya sembari menatap sang suami,

Fauzan mengangguk, "iyaa,"

"kan nanti shiena mau jadi model ma"

"oiyaa ada shienaa yaa" ucap Veronica yang kemudian mengelus rambut shiena

"mama tuh seneng kalian kumpul disini, sering - sering nginep disini ya jangan sama papa teruss,"

"iya, temenin mamanya disini, papa juga seneng kalo kalian main disini, nginep, shiena jadi ada temennya" sahut Fauzan, Jaevan Elvan dan Nara hanya tersenyum sebagai jawaban.

"nanti kita jalan - jalan ya, eh besok cewek cewek kita shopping yuk?" ucap mama antusias,

"AYOOKK," sahut Shiena girang
"mama mama shiena mau beli baju yang kemarin shiena tunjukkin itu ya, sekalian mau benerin rambut juga ya ma ya, trus beli baju buat pensi nanti"

"iyaa iyaa besok kita beli, kakak nara ikut ya, harus ikut ah"

"iya ma," Nara mengangguk terpaksa,

"yess besok kita girls time"

Nara tersenyum getir, Muak dengan apa yang dilihatnya Azri memilih bangkit dari kursinya,
"azri pamit ke kamar ya ma, pah, mau kerjain laporan perusahaan,"

"ooh iya, kalo mau cemilan nanti panggil bi wati aja ya a, nanti dianterin ke atas"

"iya ma"

"jev juga mau tidur ya ma, udah ngantuk" ucap Jaevan,

"elv juga," ucap Elvano singkat, Nara menatap ketiga kakaknya itu meminta bantuan,

"teh kamu bukannya ada tugas bahasa indonesia? Udah dikerjain belum?" tanya Elvan yang mengerti tatapan adiknya

"astagfiruloh haladzim, iya lupa" ucap Nara sembari langsung berlari ke lantai dua, tentu saja itu bohong. Mereka hanya muak melihat keromantisan seperti itu sejak taditadi, mereka lebih terlihat seperti tamu yang sedang menyaksikan kebersamaan tuan rumah. Kini tinggalah inti keluarga itu yang masih setia berbincang dan bercanda di ruang keluarga. Nara menatap seisi kamar Shiena, malam ini ia akan sekamar dengan anak perempuan berusia lima belas tahun yang tidak lain adalah adik tirinya itu. Ia menatap figura yang berjejer di meja belajar anak itu, foto - foto masa kecilnya dengan mama dan papa Fauzan, benar - benar mencerminkan keluarga harmonis.

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang