68. hero

487 65 10
                                    


Elvano Danuarta ini memang tidak ada kapoknya. Malam ini ia kembali bolos taraweh dan pergi untuk balapan. Papanya sedang lembur di rumah sakit sebab ada beberapa operasi yang harus ia selesaikan. Seperti biasa selepas buka ia langsung pergi ke base campnya lalu ke arena balap bersama teman - temannya. Kali ini lawan balapnya ialah teman satu sekolahnya dulu saat di SMA.

"kalo menang gue dapet apa?" tanya Elvan seraya memasang helmnya.

"motor ini boleh buat lo," jawab Leo sembari menunjuk motor ninja 250 berwarna hitam miliknya itu

"WUIDIHHHH" ucap Elvan dan kawan - kawan,

"ah motor gue udah banyak,"
"kalo aing menang motornya buat kalian aja daks, dijual weh" ucap Elvano pada keempat temannya,

"ah duit gue juga udah banyak" sahut Gavin,

"iya, tapi gapapa deh, lumayan" sahut Nana,

1

2

3

Balapan pun dimulai. Elvano selalunya menjadi pemimpin di jalanan ini, beberapa kali ia disalip tapi tetap saja di garis finish ia yang jadi pemenang.

"horeee dapet motorr" pekik Rendy,

"udah gue telpon showroomnya, tinggal minta aja itu bpkb nya elv" ucap Gavin

"anjeeengg niat banget temen gue" kekeh Elvano, dengan berat hati Leo menyerahkan kunci serta motornya, mau tidak mau ia harus menyerahkan apa yang ia pertaruhkan.

"nyeblak yuk gais" usul Nana

"hayu!!"

"dimana heeh nu enak?" tanya Rendy

"kalem gue tau, ikutin aja gue" ucap Nana

"kuy gass" sahut Elvano. Kelima orang itu kemudian pergi meninggalkan arena balapan yang masih dipenuhi orang. Di arena itu, tidak hanya Elvano dan Leo saja yang balapan tetapi juga banyak geng motor lainnya. Sebab jalanan kota cukup ramai, mereka memilih melewati jalan gang untuk menghindari macet, lumayanlah, di gang ini tidak terlalu banyak kendaraan lewat, mereka memacu sepeda motor mereka dengan santai sebab takut menciptakan kebisingan bagi warga yang sedang tarawih. Ada dua orang anak perempuan yang sedang berjalan pulang, mereka memakai pakaian muslim serta membawa tas, sepertinya baru pulang mengaji.

"parunten neng," sapa Nana ramah, seperti biasa ia memang kerap menyapa pejalan kaki yang ditemuinya,

"manggaa" jawab keduanya serempak, Nana tersenyum sumringah dibalik helm fullfacenya, begitu pun Elvano dan ketiga temannya yang lain, namun baru beberapa meter mereka melewati dua anak tersebut terdengar jeritan yang memekikkan. Refleks kelima orang itu menghentikkan motor mereka lalu menoleh ke belakang.

Kedua anak yang tadi disapa nana terlihat sedang ditarik paksa oleh tiga orang preman, mereka meronta - ronta sembari menangis, nahas, salah satu anak itu jatuh tersungkur dan kepalanya mengenai aspal. Kelima orang itu memutar balik motor mereka lalu mendekati ketiga preman itu.

"Keparat sialan!" maki Elvan,

"Lepasin mereka anjing!" teriak Rendy, wajahnya sudah memerah menahan emosi,

"gak usah ikut campur lo bocah tengil! Atau gue bunuh lo!" ucap salah satu preman,

"sekalian kita begal aja mereka, lumayan motornya bagus nih," ucap salah satunya,

"boleh juga nih,"

"coba aja kalo bisa," ucap Elvano dengan smirknya.

Alhasil, kelima orang itu pun terlibat perkelahian. Beruntung masing - masing orang ini punya keahlian bela diri, Elvano, Jian dan Nana yang menguasai taekwondo, Gavin dan Rendy yang menguasai Kung fu dan karate, tak lupa mereka juga punya tongkat besi yang selalu mereka bawa saat pergi balapan.

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang