Nara menghirup aroma nasi goreng yang ia masak, baunya begitu harum. Ia tersenyum lebar sebab menurutnya rasa nasi gorengnya ini enak. Ia mematikan kompor kemudian menyajikan nasi goreng tersebut ke piring saji untuk kemudian dihidangkan di meja makan. Hari ini hari ke delapan nenek pergi, semua orang mulai membiasakan diri tanpa kehadiran nenek meskipun rasa kehilangan sangat menguasai rumah. Papa juga sudah mulai bekerja lagi di rumah sakit sejak kemarin."dih kamu masak," ucap Azri yang baru saja keluar dari kamarnya dengan setelan kantornya yang sudah lengkap,
"ih wangi banget parfum aa"
"iya dong,"
"mau dooongg ya aa, nara minta biar bau konglomerat"
"biasa juga langsung pake gak ijin dulu segala" cibir Azri, Nara terkekeh,
"kan harta abang harta adek""manaa ada," ucap Azri,
tak lama, Ibum keluar dari kamarnya, semenjak nenek meninggal wajah ibum tidak lagi secerah biasanya. Memang beberapa kali nara memergoki omnya itu menangis sembari memeluk foto nenek di kamarnya, begitu pun papa nya. Setiap pagi mata papa selalu terlihat sembab, lalu selepas sholat papa pasti menangis sendirian di kamarnya. Dan kakek, ia juga sering terlihat melamun di teras rumah, menatap bunga - bunga yang ditanam nenek di depan, dan saat memandangi seperti itu sesekali air matanya turun. Tentu saja bukan hal mudah kehilangan seorang ibu dan istri, tapi waktu kan terus berjalan, mereka kini dipaksa untuk mulai membiasakan diri mereka dan pelan - pelan mengikhlaskan kepergian nenek.
"wuidih siapa nih yang masak? Wangi banget" ucap Ibum,
"nara doongg, ni cobain deh" ucap Nara, Ibum kemudian menari salah satu kursi untuk duduk,
"ehh om, selamat hari dokter nasional" Ucap Nara sembari memberikan dua buah kinderjoy, Ibum terkekeh
"apa ini maksudnya?"
"hadiah, dari nara"
"barang mahal itu om, " sahut Azri
"hahaha, iya, makasih ya" ucap Ibum seraya menerimanya, ia lalu mengusap lembut rambut ponakannya
"haduh anak si abang udah pada gede gini ya" ucapnya
"iya tu om udah tua" ucap Azri
"gak salah sih, " gumam Ibum,
"wuidih si bocil masak" ucap Elvan seraya turun dari lantai dua, dibelakanganya juga ada Jaevan,
"makan nih, panggil kakek dulu sana" Ucap Nara,
"nyuruh ke siapa?" tanya Elvan
"yang ngerasa manusia aja siapa gua minta tolong" Sahut Nara
"gatau aku sepeda lipat" jawab Jaevan
"aku sendok" ucap Azri
"yaudah kalo gitu aku anime" ucap Elvan, Ibum terkekeh melihat kelakuan keponakannya itu, sedangkan Nara berkacak pinggang bersiap ingin memaki,
"sama om aja" ucap Ibum seraya bangkit dari mejanya, namun saat berdiri, kebetulan Kakek juga keluar dari kamarnya.
"siapa ini yang masak kok baunya harum banget" ucap Kakek,
"jaevan kek, jaevan kan jago masak" ucap Jaevan yang kemudian dilirik tajam oleh Nara, sadar ditatap tajam Jaevan kemudian memeletkan lidahnya
"ni kalo di rumah, centong nasi udah melayang sih" ucap Elvan,
"iye bener, detik - detik perang saudara" sahut Azri,
Kakek tertawa kecil melihat tingkah keempat cucunya,
"udah ah jangan pada berantem, tau kok kakek pasti sicantik kan yang masak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our greatest World: Papa
أدب الهواة*Semua hal yang terjadi di dalam cerita ini adalah FIKSI.* "papa ikut udunan beli album ya EXO sama NCT comebacknya barengan" - Adrinara Bintang Danuarta "ayo masalah sini lu gua gak takut! Gua punya Allah sama papa, papa gua kan kayak thor" -Jaev...