17. ultah Papa & Aa

612 49 0
                                    


Pulang taraweh, Nara tidak lagi menumpang naik skuter pada Yuna, ia masih takut pada Jaevan yang marah tadi.

"tadi papa denger diluar ribut kenapa? ada apa?" tanya papa,

"iya tadi juga Azri sempet ngecek, katanya si jevan sama temennya liat kunti, bener jev?"

Jaevan dan Elvan kemudian menghentikkan langkah mereka

"iya, kunti, kuntinya anak bungsu pak Yohan" ucap mereka kompak,

"lohh" papa terkejut, ia lalu menatap Nara sedang yang ditatap hanya tersenyum polos,

"ni maksudnya gimana?" tanya papa

"papa bayangin aja nih, jalan dari depan pohon mangga yang rumah kosong samping pak budi nyampe ke masjid kan gelap, trus ada bayangan putih gegeleberan malem-malem gini" cerocos Jaevan

"nah ni anak dua ternyata, pake mukena putih naik skuter, kita liat yang pake mukena putih jalan pelan biasa aja udah kaget, gimana ini" tambah Elvan, papa menghela nafas berat sembari menepuk dahinya pelan,

"ya kan tadinya biar cepet gitu, sama sekalin nyobain skuter baru yuna" jawab Nara cicit,

"yaiya sih cuma kasian aja barudak pada kaget, apalagi si haikal, lututnya sampe berdarah, sarungnya sobek "

"wah asli?" tanya Nara, Elvan mengangguk

"kancing baju gue aja lepas satu gara-gara ditarik a Dimas" ucap Elvan

"hadeuhh" Gumam papa,
"teteh jangan lupa minta maaf ya. Minta maaf ke temen-temen a jaevan" ucap Papa

"ya paaa"

"tapi kalo kata gua mah ini karma aja buat elu sama temen-temen lu jev, lu kan pernah bikin takut haji duloh dulu, sampe dia mogok jadi imam gara-gara trauma" ucap Azri, ya kejadian itu memang benar. Jaevan dan Elvan terdiam,

"iyasi" ucap Jaevan,
"tapi yang paling parah elu lah, masukin petasan ke bedug, untung gak kebakaran" ucap Jaevan

"WAH ASLI??" tanya Nara terkejut, Jaevan mengangguk,

"oiya gue inget-inget lupa, yang waktu itu si aa disidang sama temennya bukan?" tanya Elvan, Jaevan mengangguk

"itu gara-gara si Zulkidin anjir" jawab Azri,

Jadi ceritanya, waktu itu Azri, Bagas, Cahyo dan Zulkidin masih duduk dibangku SMP, waktunya juga persis saat bulan ramadhan, kalau tidak salah waktu itu sudah memasuki pertengahan puasa, seperti saat ini mereka melakukan tarawih, namun namanya anak - anak nakal, mereka berempat kabur saat rokaat ke 15, bermain pepetasan di depan masjid, kebetulan bedug masjid itu juga disimpan di pekarangan, dan saat itu Azri sedang memegang petasan ia tidak bermaksud menyalakannya disana namun karena kejahilan Zulkidin, anak itu tiba-tiba menyalakan korek dan mengarahkannya pada petasan yang dipegang Azri, karena reflek, otomatis Azri melemparkan petasan itu ke sembarang arah dan ternyata nalah masuk dalam bedug, tentu saja petasan itu meledak disana dan mengeluarlan suara ledakan yang begitu kencang.

Semua orang yang sedang solat pun terkejut bahkan menghentikkan sholat mereka. Karena takut, keempat bocah itu kemudian berlari sembunyi ke rumah masing-masing, namun akhirnya ketahuan juga, karena warga menemukan bekas petasan di dalam bedug. Ya tentu saja keesokan harinya para warga mencari tahu sumber ledakan itu. Papa juga yang turun tangan waktu itu, menemui pak Rt, pak haji dan pak ustadz untuk meminta maaf. Tentu saja dengan orang tua bagas, cahyo dan Zulkidin.

Yohan hanya mampu beristigfar dengan kelakuan ajaib keempat anaknya itu, dari dulu hingga sekarang. Keempat anaknya ini punya keunikan sendiri, juga cara membuat masalahnya pun berbeda-beda. Keempat anaknya ini sama-sama hobi membuatnya mengusap dada menahan emosi. Tapi meski begitu, anak-anak papa ini adalah anak yang paling hebat.


Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang