57. tanpa judul

508 54 2
                                    


Yohan terduduk lemas di depan ruang ICU. Keringat bercucuran di dahinya, bahkan kemeja yang ia kenakan pun terlihat basah dibagian punggung. Di depan ICU sudah ramai orang, teman - teman Jaevan, Nara, Elvan dan Papanya. Saat ia terduduk tadi, Nara dan Elvan langsung berhambur memeluknya sambil menangis. Hatinya kalut tapi ia harus bisa menenangkan kedua anaknya terlebih dulu.

"tenang han, jaevan gak kenapa - napa, inshaallah, dia pingsan jadi dibawa ke ruang ICU untuk pemeriksaan lebih lanjut, kita tenang dulu ya,"tutur Arman, nafasnya perlahan berembus tenang, ia berusaha menangkan dirinya sendiri,

"papa ajev gak bakalan kenapa - kenapa kan pah?" tanya Nara,

"iya, kakak kalian kan kuat, kita doain ya,"

"elv tadi takut banget papa, tapi ada sekarang udah ada papa, makasih papa udah pulang,"

"papa pasti pulang, gak usah bilang makasih," ucap Yohan, ia lalu membawa kedua anaknya itu untuk duduk di kursi panjang,

"makasih ya udah nemenin jaevan disini" ucap Yohan pada teman - teman Jaevan yang juga duduk di kursi di depannya,

"sama-sama om, kita juga khawatir sama kondisi jaevan," ucap Tio mewakili,

"han, itu temen perempuan jaevan yang tadi bawa jaevan ke rumah sakit," ucap Arman,

"iya, Velia om" jawab Joni, Velia yang tengah duduk di kursi ujung pun menoleh sembari tersenyum canggung, Yohan bisa lihat garis kekhawatiran di mata gadis itu, juga ada sedikit noda darah di lengan baju yang pakai, bisa ia duga itu darah milik Jaevan,

"makasih ya velia sudah bawa jaevan ke rumah sakit"

"sama - sama om, udah kewajiban saya juga kok nolongin Jaevan", Yohan tersenyum sembari mengangguk, Haikal menyodorkan sebotol air mineral pada Yohan,

"minum dulu om, pasti capek"

"makasih yaa,"

"sama - sama om,"

Yohan membuka botol tersebut kemudian minum, tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan ICU, Yohan langsung terlonjak dari duduknya,

"jaevan gimana dok?" tanyanya,

"tenang dok, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, memang sempat ada pendarahan kecil di kepalanya, tapi itu kecil sekali, sudah kami bersihkan jadi sama sekali tidak berbahaya, kondisinya hanya cedera ringan. Jaevan hanya mengalami patah tulang kering di kaki kanannya, tadi kami sudah lakukan operasi untuk pasang pen, inshaallah akan sembuh dalam beberapa minggu,"

Semua orang disana menghela nafas lega, Elvan dan Nara kembali menangis, teman - teman jaevan pun menangis haru, mereka semua merapalkan rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan mereka masing - masing,

"Alhamdulillah, terima kasih dokter terima kasih banyak," ucap Yohan,

"sama - sama dokter yohan, tapi untuk saat ini yang boleh mengunjungi hanya satu orang dulu ya, sisanya nanti saja di ruang perawatan,"

"terima kasih dokter edward sudah menyelamatkan cucu saya" ucap Arman

"sama - sama pak Arman, sudah kewajiban kami disini" jawab dokter edward sembari membungkuk memberikan hormat,

"silahkan dokter Yohan, untuk melihat kondisi jaevan", Yohan mengangguk kemudian mengikuti dokter Edward masuk ke ICU.

Nara memeluk Elvan sembari tersenyum senang, air matanya belum berhenti turun, mereka juga kemudian memeluk Arman,

"kan, kakek bilang apa? kakak kalian pasti kuat, tenang ya sekarang ya" ucap Arman, kedua anak itu tersenyum, Nara menoleh ke arah Velia yang juga sedang menangis bersama teman teman aa nya yang lain, ia lalu beranjak mendekati perempuan itu,

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang