40. overthinking

522 40 0
                                    

"JAEVAN TOLONG BELANJA DI MANG SAYUR GUA ADA MEETING NGEDADAK" teriak Azri sembari buru-buru memakai sepatunya,

"CEPET JAEVAN ITU KEBURU PERGI"

"IYA BAWEL IH" jawab Jaevan sama-sama berteriak, hanya ada tiga orang di rumah, Nara sudah berangkat sekolah diantar Elvan, dan Papa masih tidur. Tapi sepertinya sebentar lagi juga terbangun,

"duit" ucap Jaevan, Azri merogoh dompetnya lalu mengeluarkan selembar uang berwarna merah,

"lagi dong sama yang biru" ucap Jaevan, Azri lalu menurut,
"dua lembar" ucap Jaevan lagi

"ngelunjak" cibir Azri tapi sembari menurutinya, Jaevan tersenyum girang, ia lalu pergi ke tukang sayur yang kebetulan memarkirkan gerobaknya tak jauh dari rumah, untuk bahan apa saja yang harus dibeli, ia sudah memegang catatannya karena memang mereka sudah mencatat apa yang akan dibeli tadi malam.

"halo neng vevel, " sapa Jaevan pada seorang perempuan sebayanya yang bernama Velia,

"halo jev"

"belanja nih,"

"iyadong, ya masa ikut jualan"

"hehehe, rajin amat si neng"

"elu juga rajin nih"

"wehh gue mah emang rajin tau, calon suami idaman. Ya gak mang?" ucapnya pada mang Asep tukang sayur,

"betul a jevann" ucapnya, Jaevan tersenyum girang kemudian mengajak mang Asep bertos ria. Tak lama datang beberapa ibu - ibu yang juga berbelanja,

"ehh ada bujangnya pak yohan" sapa bu neni,

"belanja bu?" tanya Jaevan ramah,

"iyaa"

"rajin amat ini bujang" ucap bu nia,

"iya dong bu harus rajin"

"kenapa si papa gak di suruh nikah lagi aja jev, kan enak ada yang masakin, belanjain" sahut bu Rima, Jaevan tersenyum kecil, ia tidak mau menjawab pertanyaan itu,

"iya padahal enak kalo ada ibu," tambah bu nia, lagi - lagi Jaevan tersenyum,

"kenapa atuh jev si papa gak disuruh nikah lagi? Atau udah ada calonnya?" tanya bu Rima lagi,

"jev katanya mau minjem kanvas gue? , yuk gue udah selesai belanjanya nih" ucap Velia tiba - tiba, Jaevan awalnya bingung tapi sesaat kemudian ia mengerti,

"ohiya ayok, ini mang duitnya" ucap Jaevan sembari menyodorkan uang, setelah menerika kembalian, ia dan Veli pamit pada ibu-ibu disana.

"thanks ya vel" ucap Jaevan saat mereka sudah berjalan menjauh,

"sama-sama, lo keliatan gak nyaman tadi makanya gue ngomong gitu"

Jaevan terkekeh kecil, memang benar,

"gausah didengerin jev, kalo ibu-ibu di tukang sayur tuh emang suka pada gosip makanya gue kadang males kalo belanja di tukang sayur, tapi kalo ke pasar jauh"

"nanti mah, kalo mau belanja bareng aja, gue juga suka ke pasar kok" ucap Jaevan

"eh serius?"

"serius lah,"

Velia tertawa, "gak nyangka gue"

"enakan belanja di pasar kali vel, nawar - nawar"

"kayak adu tawar beli kolor minion ya?"

"KOK LU TAU??!!" tanya Jaevan kaget,

"tau lah, dari ibu-ibu"

"anjir"
"harga diri gue. Padahal itu udah lama kok lo masih inget sih?"

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang