61. flashback

480 63 0
                                    


Yohan tiba-tiba mendapat telepon dari rumah sakit kalau pasiennya kritis. Ia terpaksa meminta bantuan ibunya untuk menjaga Nara yang sakit dirumah. Begitu ibunya tiba, Yohan langsung pergi ke rumah sakit. Kurang lebih tiga jam Yohan berada di rumah sakit untuk menangani pasiennya itu, setelah memastikan kondisinya benar - benar membaik ia kemudian kembali ke rumahnya, namun sebelum pulang ke rumah ia mampir menjemput ketiga anaknya, yang pertama kali dikunjungi adalah sekolahan Elvano. Siswa kelas dua SD itu sedang duduk dibangku depan kelas sembari memainkan kapal - kapalan dari kertas,

"hai!" ucap Yohan, Elvano menoleh dan seketika matanya berbinar menatap siapa yang menjemputnya hari ini,

"PAPAAA!" pekiknya sembari berlari berhambur ke pelukan papanya,
"katanya mang asep yang mau jemput, kok jadi papa??"

"papa sekalian ke rumah sakit tadi, yuk kita jemput aa dulu"

"ayukkk" Sahut Elvan, Yohan lalu menuntun anaknya itu menuju mobil. Elvan mengayun - ngayunkan tangan mungilnya yang sedang digenggam papanya,

"papa tadi elv dapet nilai A+ di matematika sama bahasa inggris" ucapnya girang,

"oiyaa? Wiihh hebaattt anak papa, kereenn"

"iyaadoongg kan anak papa" ucap Elvano sembari tersenyum lebar,

Tangan yohan terulur mengusap rambut putra ketiganya. Mobil Yohan sampai di depan sekolah Azri dan Jaevan, keduanya juga sama sedang menunggu di depan gerbang sekolah mereka,

"AA AYOO PULAANG" teriak Elvano dari dalam mobil, kedua orang yang mendengar teriakan adiknya itu tersenyum senang kemudian masuk ke mobil.

"kok jadi papa yang jemput?" tanya Azri

"papa tadi ke rumah sakit, jadi sekalian jemput kalian aja"

Jaevan dan Azri mengangguk mengerti, Yohan lalu melajukan mobilnya ke arah rumah. Sepanjang perjalanan, Elvan teris memamerkan hasil ulangan harian matematika dan bahasa inggrisnya pada Jaevan dan Azri. Ia terus mengoceh bangga pada dirinya sendiri. Sampai dirumah keempat orang itu disambut dengan tangisan Nara. Putrinya itu menangis tergugu disofa dengan Lidia disampingnya yang terus berusaha menghibur, Yohan yang panik langsung berlari untuk memeluk Nara.

"ibu udah tenangin tapi tetep gak berhenti nangis, tadi dia pas bangun nyariin kamu pas tau kamu gak ada langsung nangis"
"maafin ibu ya bang" ucap Lidia yang juga panik,

"gapapa ibu, makasih ya bu, maaf abang ngerepotin"

"ngerepotin apa kamu tuh, udah kamu tenangin ibu urusin anak kamu yang lain," ucapnya seraya beranjak dari sofa

"nenek nara kenapa?" tanya Jaevan

"gak apa-apa lagi rewel aja kan lagi sakit yuk kalian ganti baju dulu nanti kita makan, nenek udah masak tadi" Ucap Lidia sembari mengajak ketiga anak itu menuju kamar mereka, sedang Yohan masih berusaha menenangkan Nara di sofa.

"cantiknya papa kenapa nangis hmmh? Ada yang sakit?"

"kageet" jawab Nara dengan suara yang parau
"pas bangun gak ada papa, hikss..hikss"

"tapi kan ada nenek?"

"ya tapi kan gak ada papa, teteh maunya sama papa"

"aduu cup..cup...cup jangan nangis lagi ya, maaf papanya tadi pergi, maafin yaa", perlahan tangisan Nara pun mereda tapi ia masih belum mau lepas dari pangkuan papanya. Memang semenjak mamanya pergi dari rumah Nara menjadi sangat manja dan lengket pada Yohan.

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang