54. jadi relawan

512 45 3
                                    


"gimana? Udah dikasih kepastian?" tanya Yohan pada Azri yang sedang bersiap di kamarnya.

"udah pah,"

"diterima?"

Azri tersenyum lebar, matanya berbinar, Yohan seperti melihat seorang remaja ABG yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta.

"diterima,"
"doain ya pah, biar yang ini beneran yang terbaik,"

"Aamiin,"
"kamunya juga jangan main cewek, jangan sampe kepincut perempuan lain nanti"

"enggaklah pah, emang si jevan, yang tiap pertigaan ada ceweknya"

Yohan terkekeh, memang Jaevan itu sedikit berbeda dari saudaranya yang lain. Azri putra sulungnya itu memiliki sifat yang setia, ia bahkan cenderung cuek pada perempuan yang memang tidak ia sukai, dan Elvan, sejauh ini putra ketiganya itu tidak menunjukkan tanda - tanda jatuh cinta pada perempuan, jika ditanya masalah pacar ia selalunya menjawab 'enggak, nanti aja pacaran mah kalo udah wisuda. Ganggu ah' entah mungkin belum ada yang berhasil menarik hatinya hingga saat ini.

"oh iya papa sekalian mau ijin berangkat ke cianjur hari ini,"

"jadi relawan pah?"

"iyaa, kasian, parah banget ini gempanya, pasti tenaga medis disana keteteran semua"

"berapa hari disana?"

"paling tiga harian lah, gak bakalan lama kok"

Azri menghela nafas panjang, sejujurnya ia khawatir, papanya akan pergi ke tempat bencana gempa bumi,

"masih banyak gempa susulan kan pah disana,"

"iya, tapi kecil sih"

"ya tetep aja gempa, bahaya, azri aja kemaren ngeri banget padahal kita jauh dari pusat gempa" ucap Azri sembari mengancingkan lengan kemejanya

"doain papa selamat aja, kan udah tugas papa"

"siapa aja yang ikut?"

"banyak, om ibum, om dion, junwan, om rio, sama dokter lainnya"

"yang lain udah dikasih tau?"

Papa mengangguk, "lagi pada ngelamun di ruang tengah,"

Lagi - lagi Azri menghela nafas panjang, pasti salah satu adiknya itu akan ada yang menangis karena khawatir. Memang akibat guncangan gempa kemarin tak sedikit orang yang menjadi takut dan khawatir. Saat terjadi gempa itu posisi keluarga Yohan sedang terpencar, Jaevan dan Elvan di kampus, Azri di kantor, Nara di sekolah dan Yohan sendiri sedang di rumah sakit. Meskipun guncangannya tidak sebesar di pusat gempa tetap saja hal itu membuat mereka takut.

Nara bahkan menangis saat pulang sekolah kemarin, ia buru - buru mendatangi rumah sakit dengan Jaevan karena kemarin jaevan yang menjemputnya, ia menangis sembari memeluk papa di ruang pasien. Yohan yang sedang memeriksa kondisi pasiennya pun menghentikkan sebentar aktivitasnya,

"papa apa tidak bisa berangkat esok hari saja? Atau hari lain deh, jangan hari ini banget. Ini sehari seabis gempa banget loh papa" cerocos Nara saat papanya itu menghampiri mereka di ruang tengah,

"kan mereka butuh bantuannya dari sekarang sayang, masa papa datangnya besok besok?"

"ya tapi-" Nara tidak melanjutkan ucapannya,
"yaudah deh, mau gimanapun ngelarang juga gak bakalan bisa dilarang"

"doain papa selamat aja yaa" ucap Yohan,

"hati - hati ya pah, kabarin kita terus" ucap Elvan

"iyaa papa pasti kabarin kalian terus"
"kalian dirumah ya, kabarin papa juga, jangan keluyuran terus"

Our greatest World: PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang