A V R O Z☠️.36

1.2K 46 2
                                    



Rey berjalan menuju gerombolan pemuda berpakaian hitam itu, ia ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka jika tidak mungkin banyak anggota Avroz yang tumbang bahkan bisa mati ditempat.

Ketika Rey akan mendekat  mereka terlebih dulu pergi tanpa sepatah kata, Rey menatap mereka bingung apa motif mereka menolong Avroz.

"Rey!." Panggil Chaiden

"Cabut." Balas Rey kemudian melenggang pergi.

"Kenapa si Rey?." Tanya Zevin

"Gak tau, suruh yang lain buat balik ke rumah mereka masing-masing." Kata Chaiden di angguki Zevin.

Baron dan Jeff memilih untuk meninggalkan perkarangan sekolah dan pergi ke markas Avroz.

"Woy kalian disuruh balik ke rumah masing-masing sebelum balik lepas dulu jaket Avroz nya biar gak ada musuh yang nyerang kalian."  Ucap Zevin.

Anggota Avroz yang mendengarkan itu membalas dengan anggukan mereka, mereka sangat lemas ketika harus bertarung dengan Venom yang jumlahnya lebih banyak di bandingkan dengan mereka.

"Bang gue gak balik ya." Salah satu anggota Avroz berujar, namanya Riyan.

"Kenapa Lo? Ini perintah."

"Orang tuanya cerai makanya dia males balik ke rumah " bisik bagas kepada zevin dengan pelan agar Riyan tidak mendengarkan nya.

"Oh gitu."

"Yaudah yan gak papa, lo bareng gue aja." Sahut Zevin, Riyan tersenyum simpul.



*****



Selepas kejadian tadi markas Avroz sangatlah sepi mungkin beberapa hari ini akan sepi, Rey memutuskan agar seluruh anggota Avroz jangan berkumpul dulu karena keadaan semakin tidak kondusif. Apalagi Carlos tadi tumbang pasti ia akan kembali menghancurkan Avroz hingga tidak ada generasi manapun.

Jalan satunya Rey harus ke Makasar.,.

Rey meraih jaketnya yang ia letakkan dimeja markas, Baron yang melihat itu bertanya."Mau kemana lo?."

"Keluar, jaga markas." 

"Suasana masih kaya gini lo mau keluar? Kita gak tau kalo Venom bakal balik lagi lo gak liat? Mereka nambah pasukan banyak." Jelas Baron panjang.

"Tau, terus gue harus diem kaya pengecut ketika geng motor ini di ujung tanduk buat hancur?." 

Baron diam, benar kata Rey. 

"Hati-hati." Rey tak membalas ucapan Baron ia berlari ke arah parkiran motornya dan melesat pergi meninggalkan markas.



*****


Tap tap tap


Langkah kaki pemuda itu berjalan dengan aura datar matanya menajam, ia menjadi sorotan ketika menginjakkan kakinya di area bandara tanpa menenteng koper atau Tas 

Lima menit Rey mengurus penerbangan akhirnya dia bisa duduk dengan tenang di pesawat menunggu pesawat terbang untuk menuju ke Makasar tidak ada jalan lain selain ini. Otaknya seakan bingung dengan semua masalah yang ada 

Mungkin ia akan merindukan gadisnya ah sial baru saja kepikiran dengan seorang gadis yang mengisi hari-harinya yang berwarna.sedang apakah dia? Rey mengeluarkan ponselnya ia memencet vidcall untuk menghubungi gadisnya. 

Di tempat lain callista masih asik dengan bacaan novelnya ia harus menggerutu kesal ketika telfon nya berdering. Tertera nama sang pemanggil. "Reynand." 

AVROZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang