60. ALONE

14.1K 421 8
                                    

60

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

60. ALONE

"Ini minum dulu." Surya memberikan segelas air pada Dirga, entah darimana dia mendapatkan nya. Keana hanya bisa diam membiarkan abangnya yang perlahan menghabiskan air diberikan Surya, ingin melarangnya namun tidak bisa karena harus menjalani rencananya ini sesuai perintah Kenzo padanya.

Tangannya terkepal, pasti Surya sudah melaporkan pada Kenzo perihal Dirga. Ini memang benar-benar menyebalkan !

Gelasnya sudah kembali ke genggaman Surya yang kini sudah keluar dari ruangannya. Mendengar pintu yang tertutup, nafasnya terhembus. Setidaknya kali ini mereka tidak merasa sedang diawasi lagi.

"Jadi, Keana sakit apa ?" Lagi-lagi Dirga masih ingat topik awalnya.

"Bang Dirga akan tau nanti,"

"Kenapa gak sekarang aja ?" Terlihat jelas wajah kecewa dari raut wajahnya.

Tidak lama dari itu, mulutnya menguap dengan tangan yang menutupinya. Aneh sekali, tau-tau rasa kantuk mendatanginya padahal Dirga sudah tidur lama.

"Bang Dirga istirahat dulu, nanti Dateng lagi ke sini." Tukasnya.

Namun, Dirga masih mempertahankan posisi duduk disampingnya. Tidak ada jawaban dari pria disampingnya. Merasa ruangan ini yang seketika hening, dan mendengar dengkuran halus Dirga pasti obatnya sudah bereaksi.

Tak lama Bram masuk dengan senyum khasnya, "Dia belum pulang ?" Bisiknya, melirik Dirga yang bersandar di bahu Keana.

"Bang Dirga kekeuh untuk tetep disini, aku minta tolong ambilin Kursi roda boleh ? Biar Bang Dirga tidur disini." Bram memapah Keana untuk duduk, lalu membiarkan Dirga yang tidur di soffa.

Setengah badannya ditutupi selimut, hari ini hujan deras takutnya Dirga akan merasa kedinginan.

Keana mencium kening Dirga, "Keana janji habis ini kita bisa keliling Indonesia bareng mamah sama papah juga Kiana."

Perlahan Keana dan Bram menjauh dari ruangannya.

---


Air matanya menitik, menggenggam tangan Kenzo dengan erat. "Keana takut kak,"

"Kamu pasti bisa sayang, bukankah setelah operasi kita akan berjalan-jalan ?" Kenzo berusaha menahan tangisannya. "Kamu harus kuat ya !"

Remaja itu mengangguk, genggaman erat mereka terlepas ketika Dokter mendorong brankar nya kedalam ruang operasi. Pintu tertutup, kini hanya tersisa Kenzo, Zidan, Surya, dan Bram yang menatap cemas pintu ruang operasi. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain berdoa.

Di dalam ruangan, obat bius sudah beraksi. Lampu indikator menyala pertanda tindakan bedah sudah dimulai.

Kenzo berhasil menangis untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak lagi mengeluarkan air mata, pertahanannya benar-benar runtuh takut dengan pikiran buruk yang memenuhi pikirannya.

[3] ALONE [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang