-
-
-
14. ALONE
"Trus gimana bang ? Gua gak tega sama dia"
Lelaki berjas putih, memeluk perempuan remaja didepannya. Mengusap Surai nya dengan lembut. "Tidak usah khawatir saya akan berusaha semaksimal mungkin, tugas kamu sebagai sahabat nya semangati dia, lindungi dia, dan ingatkan dia untuk meminum obat, mengingat akhir-akhir ini dia jarang minum obat karena saya selalu melihat obat dia utuh"
"Percuma bang gua bilangin suruh minum obat, dia itu orangnya keras kepala banget"
Seorang perempuan menghampiri mereka dengan keringat yang bercucuran. "Gimana keadaan nya ? Kea gapapakan ?" Tanyanya meletakkan ransel berwarna pastel ke bangku.
Kedua menoleh, Kirana memeluk Fera. "Fer, k-kea stadium akhir" Bisiknya.
Kaki Fera seperti jeli. Dia tau apa yang Kiran maksud barusan, setetes air jatuh dari matanya lalu mengusap sembari menggeleng.
"GAK MUNGKIN GUA TAU KALAU LU BOHONG KIRAN, ini pasti April mop kan ?"
"Lu gila ? Ngapain gua prank ? Lagian juga ini bukan bulan April kalau lu lupa" Fera menggelengkan kepalanya. Tubuhnya terasa begitu lemas hingga ia terduduk di lantai sambil terisak, dengan kedua tangan yang menutupi mukanya.
"Sudah kalian tidak perlu menangis seperti ini, doakan saja agar temen kamu sembuh, siapa tau ada keajaiban bukan ? Fera berdiri, kamu tidak malu dilihat oleh orang-orang ?"
Fera masih terisak, dia tidak peduli dengan ucapan Zidan barusan.
Tangannya terkepal, rasanya ia ingin mencabik-cabik muka Kia saat ini. Yang dipikirannya adalah ini semua karena gadis licik itu. Dia yang membuat kea seperti ini.
"Gua udah boleh masuk ke dalem kan bang ?" Zidan mengangguk, mempersilakan mereka untuk masuk menjenguk temannya.
Bibirnya pucat, pipinya merah, dengan perban yang melingkar di keningnya juga kedua sikut tangannya. Kirana turut prihatin dengan keadaan kea seperti ini.
"Kiran lu pernah berfikir gak sih untuk laporin Kia ke polisi, ini itu kekerasan tau gak !!"
Kirana menghembuskan nafas, matanya tidak lepas dari gadis didepannya yang terbaring. "Trus lu mau abis itu di marahin sama kea ?lu tau kan dia kaya gimana"
Fera menggertakan giginya, "Dasar nenek lampir udah baik gak dilaporin polisi masih aja berbuat ulah, pscyho" umpat Fera.
Kirana berdiri dari duduknya. Ia keluar dari sana setelah mengatakan jika ingin mencari udara segar.
Tangannya menelfon salah satu kontak di ponselnya, "keadaan kea parah ..... Lo gila ? Kalau dia marah sama gua gimana ...... Mending lu aja deh yang bilangin tuh nenek lampir lagi males gua liat mukanya, daripada gua kelepasan abis itu gua tampol mukanya gimana ? ..... Serah Lo deh gua gak peduli " Kirana mematikan telfonnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/263037129-288-k35671.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ALONE [END] ✓
Dla nastolatków[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Keana perempuan cantik yang sangat dibenci oleh kedua orangtuanya juga abangnya. Entah apa penyebab mereka membencinya. Setiap hari dia mendapat perlakuan yang sangat tidak adil. Perkenalkan saja namanya Kiana saudara an...