[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT]
Keana perempuan cantik yang sangat dibenci oleh kedua orangtuanya juga abangnya. Entah apa penyebab mereka membencinya. Setiap hari dia mendapat perlakuan yang sangat tidak adil.
Perkenalkan saja namanya Kiana saudara an...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
25. ALONE
"KENAPA lu cemburu sama kea ?, Seharusnya lu seneng dong. Gaada lagi orang yang ganggu lu, dan selalu bawain bekal lu tiap hari." Kirana Berdiri di samping Althair. Keduanya melihat Interaksi Kea dan Gevan dari jauh.
Tidak ada yang berbicara lagi setelah ucapan itu. Althair masih terus memperhatikan Kea. Tatapannya berpaling pada lelaki di sampingnya, dengan tangan di lipat ia tersenyum sinis. "Tolol, mau rusak kebahagiaan temen gua lagi ? Setelah apa yang lu lakuin sama kea ? Lu pikir temen gua boneka ? Ngaca bego,"
Atlas berdecak, "Temen ? Masih anggap temen ? Setelah apa yang lu lakuin sama kea ?" Kirana menampar pipi Atlas, " Kalau bukan karena diancam untuk keselamatan keluarga gue, gua pun seumur hidup sama Fera gak akan Sudi untuk bela kalian." Bentaknya. Dengan mata yang memerah gadis itu pergi dari sana.
-oOo-
Mobil itu berhenti tepat didepan rumah sakit yang sudah terasa tidak asing di penglihatannya. "Dokter yakin kakek di rawat di sini ?," Zidan mengangguk lesu.
Senyuman manis itu terukir di bibirnya. Sudah lama tidak berjumpa dengan sang kakek, ia keluar dari mobil dengan perasaan senang . Dahinya mengernyit, melihat beberapa bodyguard berdiri di depan pintu rawat kakeknya.
Pintu dibuka, di sana ya tepatnya di dalam. Orang-orang asing menangis, dengan pakaian yang teramat kacau.
Ah, ya ada satu orang lelaki yang mukanya terasa Familiar di penglihatan kea. Siapa tapi ?
"Siapa kalian ? Tolong jangan sakiti kakek, ." Tangannya disatukan, ini adalah hal biasa baginya.
Mereka saling memandang. "Siapa gadis ini ? Apa kamu salah kamar nak ?" Tanya seorang paruh baya dengan mata yang sembab. Bahkan ketika ngomong, urungnya terasa mempat hingga membuat suaranya menjadi sedikit aneh.
"Kea ? Apa itu kamu ? Ah, sudah lama kita tidak berjumpa. Semenjak pertemuan hari itu, terakhir kali di rumah." Palanya terangkat. Bahkan ia baru mengingat akan hal itu.
Pandangan nya teralih pada seseorang di kasur, "Kakek, kea kangen sama kakek. Sudah lama kita tidak berjumpa, maafkan aku yang jarang mengunjungimu. Bagaimana keadaan kakek ? Aku tau kakek sehat, " Ia memeluk Pria tua dengan erat.
Jantungnya berdetak dengan kencang, kini perasaan tidak enak menjulur di seluruh badannya. Suara tangisan semakin menggema, ditambah ....
Ia tak mendengar suara detak jantungnya. Dengan cepat gadis itu memeriksa denyut nadi di bagian tangan .
"Bagaimana bisa ? Kenapa kalian tidak bilang padaku ? Kalian tega," Teriaknya, memukul-mukul kepalanya sambil menangis.