Cerita keempat ya ini Semoga banyak yang baca Bismilah.
Entahlah pengen banget gitu bikin cerita sad. Jangan lupa kalau ada Yang Typo atau penggunaan tag atau tanda baca yang salah bisa kalian kritik ya, karena aku itu orang seneng banget kalau di kritik
Gasabaran kan ?
Yuk langsung baca aja
.
.
.
.
.
.HAPPY READING
" Kea Orang tua kamu harus segera mengetahui penyakit ini " Sanggah Dokter pribadinya menyerahkan selembar kertas padanya.
Perempuan berseragam SMA mengangkat kepalanya menghapus air mata yang membasahi pipinya, dia menghela nafas panjang. Matanya memerah, "Gak bisa, aku gak bisa kasih tau ini sama bunda, aku gamau bunda sedih " Lirih nya .
Dokter dengan name tag 'Zidan' di bagian kirinya menghela nafas pelan. Tangannya terulur mengusap Surai rambut Kea dengan halus, "Tapi Ke- "
" GAMAU POKOKNYA GAMAU " Teriaknya secara refleks lalu menutup mulutnya, "maaf kea kelepasan dok " Palanya menunduk, meremas roknya dengan kencang.
Tangannya terulur mengambil tas, lalu keluar ruangan Dr.Zidan dengan kertas yang sudah dimasukkan ke dalam tasnya. Hari ini terpaksa perempuan itu harus membolos, karena waktunya dia mengontrol penyakit nya. Setiap sebulan sekali dia akan mengunjungi rumah sakit ini.
Tentu tanpa sepengetahuan keluarganya, tidak ada yang tau jika dia mempunyai penyakit yang berbahaya ini. Matanya menangkap Kia dan Al yang baru saja memasuki rumah sakit. Dia berlari mencari tempat sembunyian. Muka Kita terlihat begitu pucat, tampaknya perempuan itu sedang sakit.
"Mereka ? Pokoknya aku harus keluar dari rumah sakit sebelum ketauan." Gumamnya, mengendap-endap berjalan di belakang Althair dan Kia yang menunggu dipanggil oleh apoteker.
Hampir saja tadi Althair melihatnya, kakinya melangkah cepat dari keluar rumah sakit. Keana harus segera keluar dari wilayah ini, sebelum keduanya melihat dia berada di sini kan bisa berabe.
Perempuan itu memasuki mobil hitam yang berada di parkiran rumah sakit. Dua orang Perempuan yang sejak tadi menunggunya menoleh ke arahnya, "Gimana ?" Teman satunya itu meletakkan bedaknya.
" Allhamdulilah keadaan aku membaik, jadi kalian gausah khawatir lagi" Jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.
Fera menepuk pundak Keana dengan mata yang memancarkan sendu, "Gua tau kalau lu bohong, lu kira gua bakal ketipu ? Gua gak sebodoh yang lu pikirin Kea, gua lu dan Kiran udah berteman sama lu sejak Awal SMP, jadi gua tau kapan kalian bakal bohong atau enggak terutama lu Kea "
Bahu Keana melemas matanya melirik Kirana yang duduk di belakang dengan bersedekap, "Mending lu jujur aja, gua gak bakal marah kok" Kirana tersenyum.
Lidahnya terasa kelu ketika ingin mengatakan yang sebenernya, air matanya mulai menetes. Dia orang yang paling lemah jika menyangkut penyakitnya, "A-aku " Palanya menunduk.
Kirana dan Fera bertukar pandang, "Gua yakin lu bakal sembuh " Fera mengatakan nya seolah tau apa jawabannya.
"Kan ? Padahal udah berapa kali gua bilang sama lu kea jangan mikirin si Rubah itu, pikirin penyakit lu, dan lu juga akhir-akhir ini jarang banget minum obat " Omel Kirana, walau begitu Dia sebagai sahabat juga merasa khawatir dengan keadaan Keana .
Keana menancapkan gas mobilnya, matanya memang fokus ke depan tapi pikirannya terus melayang-layang. Semua yang terjadi padanya akhir-akhir ini menjadi beban pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ALONE [END] ✓
Ficção Adolescente[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Keana perempuan cantik yang sangat dibenci oleh kedua orangtuanya juga abangnya. Entah apa penyebab mereka membencinya. Setiap hari dia mendapat perlakuan yang sangat tidak adil. Perkenalkan saja namanya Kiana saudara an...