makam orang tua

421 77 19
                                    


Srak

Daun daun kering di sekitar terpijak langkah seseorang yang masuk ke area pemakaman. Yoongi bersama Hoseok yang duduk di kursi roda yang tengah didorongnya masuk ke sana.

Yoongi merasa gugup. Karena hari ini mereka akan mengunjungi makam orang tua Hoseok. Tak butuh waktu lama dan jauh mencari, mereka sudah tiba di depan dua makam yang berdekatan posisinya. Sudah jelas, ini makam suami dan istri. Yang meninggal, di hari yang sama juga.

Hoseok mulai mendoakan kedua orang tuanya, sementara Yoongi ingin mendoakan ibunya saja tapi tidak enak pada ayah Hoseok. Ingin mendoakannya juga tapi dia tak kenal.

"Doakan saja semuanya" sahut seseorang dari jauh. Yoongi menoleh, nampak seorang laki laki paruh baya berdiri menatapnya dengan tangan yang menggenggam sapu lidi. "Tidak ada ruginya kalau mendoakan orang" Sambungnya.

Setelah berkata demikian, Laki laki itu berbalik dan menyapu rumput di sekitarnya. Yoongi mengalihkan pandangannya kembali, dan akhirnya mulai mendoakan ibunya dan juga mendoakan ayah Hoseok juga.

Selesai berdoa, Hoseok terdiam dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Begitupun Yoongi yang menatap nisan ibunya terus menerus. Tiba tiba Hoseok bercerita, penuh keluh kesah. Yoongi kaget, kaget melihat ada orang yang berbicara dengan batu. Batu nisan pula.

Hoseok menceritakan semua yang dialaminya, mulai dari kecelakaan yang menimpanya, masalah yang dihadapinya, kematian teman temannya, cerita dia bertemu dengan kakaknya yang penuh drama tidak waras, hal mistis, bahkan Juna masuk penjara dia juga ceritakan. Kuping Yoongi terasa panas mendengarnya sejak tadi, ia tak habis pikir kenapa Hoseok bisa bercerita sepanjang itu pada batu nisan.

Sesekali Yoongi mengecek jam, sekarang sudah hampir pukul dua belas siang dan bayangkan panas tengah hari saat ini. Yoongi sudah bosan sejak pagi hanya berhadapan dengan makam, makam Jina, makam Jimin, dan sekarang makam orang tua. Tapi yang terakhir masih bisa ia maklumi. Walau ia lapar.

"Dan... Aku baru tau kalau aku memang pasti akan bisa melihat pada waktunya, ternyata keturunan. Kenapa kalian tidak pernah mengatakan hal itu padaku?"

"Ya karena mereka tau kau penakut" potong Yoongi ditengah cerita Hoseok, tentu saja Hoseok langsung mendorongnya. Yoongi nyaris saja tersungkur mencium tanah kubur.

"Yah, walau begitu aku sudah cukup terbiasa, aku punya banyak teman yang membantu. Dan juga ada kakak sekarang, aku tidak merasa kurang dan kesepian lagi" Lanjut Hoseok, tersenyum lembut memegang batu nisan ibunya. Lama kelamaan bahunya bergetar, air matanya jatuh, ia meraih dan memeluk makam ibunya lalu menangis.

Yoongi menatap punggung Hoseok, menunggu ia tenang. Dengan berat dia mengangkat tangannya dan menepuk nepuk bahu Hoseok pelan untuk menenangkan. Yoongi tidak tau, apa yang membuat Hoseok tiba tiba menangis. Apa ada kesedihan yang ia sembunyikan selama ini sendiri.

Tak lama, Hoseok sudah tenang. Yoongi menawarkan sapu tangan padanya, "ini, ingusmu sudah kemana mana"

"Sapu tangannya bau minyak GPU"

"Aish, pakai saja" Kesal Yoongi. "Ayo kita pulang sekarang"

"Kenapa buru buru amat sih" heran Hoseok.

"Aku lapar" balas Yoongi tegas.

Yoongi membantu Hoseok untuk naik kembali di kursi rodanya, "Padahal makam ibu sendiri juga, apa ga kangen?" ocehnya. Mendengar itu, Yoongi terdiam lama.

"Lah! Kenapa bengong, katanya lapar? Ayo" Kata Hoseok sedikit berteriak.

"Iya" Yoongi tersadar dari lamunannya. Ia pun mulai mendorong kursi roda Hoseok, namun tiba tiba ia merasa ada yang meraih tangannya dengan halus. Yoongi tersentak kaget dan menoleh, tidak ada apa apa, ia hanya tertuju pada nisan ibunya.

EYE | Jhs. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang