Kebetulankah?

824 147 5
                                    


Mon maap kalau typo.





































Yoongi Anggara.

Terkenal dengan kemampuannya dalam berpiano sejak kecil,ia juga pandai menciptakan harmonisasi tersendiri,Pemuda berbakat dan cerdas,Mandiri,tegas,dan Dingin.

Sikap yang dingin miliknya bisa dibilang sudah mendarah daging,Belum lagi semenjak namanya yang semakin naik dan terkenal membuat dirinya memperbanyak sikap dingin terhadap orang lain. Tapi ia punya sisi lain,setiap memiliki waktu luang ia akan mengunjungi rumah sakit anak dan panti asuhan untuk menghibur. Itu adalah salah satu penyebab Yoongi sendiri terkenal baik di mata masyarakat.

Baik. Akan sangat baik.

Jika kau tak pernah mengusiknya.






















"Kau sudah terbiasa dengan kemampuanmu?" Yoongi melempar pertanyaan.

Hoseok menatap Yoongi bingung,dari mana manusia terigu ini tau soal kemampuan tiba tibanya?.

Dan lagi,Makhluk ini juga yang tiba tiba menarik Hoseok di pinggir jalan dan membawa dirinya ke rumah besar yang memiliki suhu setara dengan kutub utara saking dinginnya penghuni rumah ini.

"Kau tahu da-?"

"Aku pendonormu bodoh" Potong Yoongi.

Jleb. Sekali ya.

"Maaf" Hoseok mendadak akward.

Yoongi kembali diam dan menatap Hoseok lama dan tajam.

"Kau banyak diam ya? Karena hantu penjagamu tidak ikut kemari ya?" Lagi lagi Yoongi melempar kata kata tepat sasaran.

"A-Ah?" Hoseok masih loading.

"Meskipun hantumu tidak di sini,tidak akan ada makhluk halus yang  mengganggumu. Tenang saja" Yoongi bangkit dari duduknya,melangkahkan kakinya ke tengah ruangan. Dan mendekati sebuah lukisan besar yang tertutup kain di tengah ruangan.

"Tapi aku tidak jamin manusia tidak akan mengganggumu" Lanjut Yoongi.

"Ya gusti,ini orang kesambet apa? Pulangkan saya! T_T " Batin Hoseok menjerit jerit.

"Aku...." Sahut Yoongi menggantung.

Hoseok menoleh,menunggu kelanjutan.

"Dulunya punya keluarga yang lengkap,tapi saat aku baru berumur 5 tahun. Orang tua ku bercerai."

Hoseok menatap Yoongi serius,apa yang membuat tepung terigu itu tiba tiba terbuka?.

Yoongi menoleh ke arah balkon ---mereka di lantai 2 ruang santai Yoongi--- dan menghela nafas. "Aku dari kecil bisa melihat masa depan,terkadang juga bisa melihat isi hati dan pikiran. Tergantung,jika pikiran dan isi hatimu memiliki aura negatif yang kuat maka aku dapat membacanya.

Sama seperti ibuku saat itu,ia menyembunyikan hal yang besar...dari aku dan ayahku. Aku yang saat itu masih polos bisa apa? Aku hanya bisa mengaku apa yang aku lihat,dan aku tidak tahu bahwa kejujuran itu dapat membuat perpecahan keluargaku" Yoongi tersenyum miris,ia berjalan mendekati lukisan besar tertutup kain itu.

"Saat itu....Aku melihat anak kecil,umurnya bisa dibilang beda 4/5 tahun dariku. Tapi ternyata ia adalah anak Ibuku dengan suaminya yang lain. Aku tak tahu,kenapa ibu mengkhianati ayahku. "

"Itu bukan kesalahan ibu semata,Ayahku juga salah. Ia terlebih dahulu menyelingkuhi ibuku,ia berselingkuh dengan rekan kerjanya saat di luar kota selama berbulan bulan. Dan ternyata sejak itu,ibuku menikah dengan lelaki lain. Aku tak tahu,bahwa saat itu sebenarnya kami sudah terpecah belah.

Ayah pulang,menyesal. Ia menyesal. Ia sadar ia salah. Tapi ibuku tidak bisa menerimanya lagi,ia kecewa dan memilih suami barunya. Dan meninggalkanku dengan ayah. Saat itu,saat ibu menatapku tak tega,aku melihatnya. Melihat anak bayi yang berada di benak ibu,anak bayi yang juga dikhawathirkan ibu selain diriku......" Yoongi menangis,pedih rasanya mengingat memori itu. Ia menangis menahan sesak di dadanya.

Hoseok menghampiri Yoongi,berusaha menenangkan. Ia sadar,ia sedang melihat kondisi hancur seseorang.

"...anak bayi..anak bayi yang dari dulu ingin ku temui. Yang ingin ku cari. Yang membuat ibuku membagi perasaannya. Membuat ibuku lebih bertekad meninggalkanku dengan ayah. Adikku! Dia adik tiriku bukan!?" Yoongi mendongak menatap tajam Hoseok.

"B-bisa dibilang begitu,kalian satu ibu kan?" Hoseok membalas.

Yoongi berdiri tegap,meraih ujung dari kain yang menutupi lukisan besar itu. "Apa aku boleh bertanya?"

"Y-ya? Apa itu?" Hoseok kikuk.

"Ibumu benar bernama Yuliana Dewita kan?" Dingin Yoongi,ia masih memegang ujung daripada kain lusuh itu. Dengan pandangan lurus ke depan.

"Oh? Iya,kau benar. Kau tahu darimana yah?" Heran Hoseok,dari mana Yoongi mengetahui Nama Almarhuma Ibunya.

"Kalau begitu,Beliau wajahnya seperti ini kan?"

SRAAAK-

Yoongi menarik seluruh kain penutup itu,dan terpampang jelaslah lukisan besar yang awalnya tertutup kain. Dapat Hoseok lihat,itu Lukisan keluarga. Ayah,Ibu,Dan Yoongi anggara kecil di sana sebagai putra satu satunya.


DEGH!


"A-Apa -Apaan?" Hoseok tergagap,seketika merinding. Lukisan yang awalnya terlihat biasa menjadi berbeda,saat Hoseok melihat wajah ibunda Yoongi.

Yang mirip juga dengan wajah Ibunya.

Kebetulankah?.

BRAK!

Yoongi mendorong keras tubuh Hoseok hingga terhempas ke balkon,dengan tatapan Horrornya menarik kerah baju Hoseok dan menarik tubuh lelaki itu ke pinggiran pembatas Balkon.

"Kebetulan? Kurasa tidak. Kau itu adikku kan? Sialan?" Yoongi beralih mencekik leher Hoseok sekarang.

Hoseok kesusahan bernafas,belum lagi tubuhnya yang setengah di udara dan setengahnya di balkon. Dapat dipastikan jika Yoongi melepas cekikan pada lehernya maka ia akan jatuh dari lantai rumah dua ini yang terbilang tinggi. Kira kira apa yang akan ia hantam sesampainya di dasar?.

"Kk-Khk!" Pekik Hoseok,menahan cekikan Yoongi yang semakin erat dan kuat.

"Kurasa dendamku yang sudah bertahun tahun ini bingung mencari pelampiasannya tidak bisa ditahan sekarang,Hoseok" Ucapan Yoongi terasa menusuk telinga Hoseok sekarang.

BUAGH.

Yoongi menghantam wajah Hoseok dengan sekali pukulan yang keras, "Anggap saja ini sedikit balas dendam dariku,Adikku sayang"

"Sampai bertemu di IGD"


Aku menyesal telah bertemu dengan iblis sepertinya.






























































BRUGH.













Bersambung...

IGD apa UGD?.







EYE | Jhs. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang