Bagian akhir untuk penutup

225 46 8
                                    

Ah?.

Hanya itu yang ada di kepala Namjoon sekarang, tubuhnya yang berdiri terpaku. Telinganya masih mendengar suara orang yang ramai, tapi dia masih belum mencerna apa yang terjadi.

Tadi, saat selesai rapat. Dia baru melihat banyak panggilan tak terjawab dari Arjuna setengah jam sebelumnya. Ia sama sekali tidak tau ada apa. Bahkan saat dihubungi balik tidak ada jawaban. Sampai akhirnya dia menghubungi Irene dan mendapatkan penjelasan darinya.

Kabar itu bahkan ia tau setelah setengah jam berlalu, tidak ada kabar sama sekali sebelumnya, Namjoon benar benar langsung pergi meninggalkan kantornya saat itu juga. Namun, perjalanan ke rumah sakit pun sangat lama karena padatnya jalanan. Namjoon benar benar frustasi.

Saat tiba di rumah sakit pun, Namjoon langsung berlari menuju unit gawat darurat dan mencari nama Juna.

Dan dia pun diantar oleh perawat yang ada di sana, ke ruangan di mana Juna berada. Di sinilah Namjoon berdiri sekarang, di depan Kamar Jenazah. Dia hanya berdiri di depan pintu yang tertutup, tidak ada keberanian dalam dirinya untuk masuk ke dalam.

"Kenapa tidak masuk" sahut seseorang dari sebelah kiri. Namjoon menoleh pada orang yang duduk bersandar di sebelah pintu masuk dengan wajah tanpa ekspresi. Dia Arjuna. "Dia sudah di dalam sana daritadi"

"Kau sendiri...." Namjoon kembali pada Arjuna, "Apa kau sudah melihatnya?"

"... Sudah" Jawab Arjuna lirih.

Di sini, tidak hanya mereka saja. Tapi, ada beberapa polisi dan sipir di depan kamar jenazah ini juga. Namjoon masih berpikir apakah dia sudah siap untuk masuk atau tidak. Sampai Arjuna berdiri dan mengajaknya masuk.

Arjuna membuka pintu kamar jenazah dan masuk bersama Namjoon ke dalam. Namjoon mengikuti Arjuna yang melangkah mendekati salah satu jenazah yang tertutup kain tipis dengan bercak darah yang mengenai kainnya.

Arjuna berhenti dan menatap Namjoon, tatapan yang menyuruhnya membuka sendiri kain itu. Namjoon, dengan tangan sedikit gemetar menarik turun kain penutup itu dari ujung kepala.

Dan terlihat wajah Juna yang pucat dan terpejam, wajah yang terlalu damai untuk seseorang yang bunuh diri. Terlihat perban yang sudah berwarna merah terlilit di lehernya. Namjoon membuang muka, tak sanggup melihatnya.

"Meninggal saat itu juga, dia berhasil membunuh dirinya" Kata Arjuna.

Namjoon menatap ke arah lain, pikirannya kacau. Melihat sahabatnya sendiri ternyata berakhir tragis seperti ini. Dia tau Juna memang orang gila, tapi tidak pernah terbayangkan bahwa ia akan mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara mengerikan ini. "Apa alasannya?"

Namjoon menatap Arjuna. "Apa ada pesan yang dia tinggalkan?" Tanya nya.

Arjuna terlihat melirik ke arah luar, namun kemudian mengangkat kedua bahunya tanda tidak tau.

Namjoon menarik nafas dan menghelanya, berat, dia memejamkan matanya sesaat. Lalu mendekati jenazah Juna, tangannya perlahan bergerak ingin menyentuh luka di leher Juna.

Hanya ini. Hanya ini yang bisa membuatnya mengetahui alasan Juna mengakhiri hidupnya. Melihat apa kejadian yang ia lakukan sebelumnya dengan menyentuh luka itu saja.

Arjuna menatap heran, "ada apa?" Dia bertanya sambil memperhatikan Namjoon yang menyentuh luka Juna. Tapi, Namjoon hanya diam tak bergeming.

"Ada apa??" Tanya Arjuna sekali lagi sambil menyentuh pundak Namjoon, dan disaat bersamaan ada suara dari arah pintu kamar jenazah. Arjuna menoleh ke arah pintu.

"Namjoon.." panggil orang yang ada di pintu.

Namjoon pun kembali sadar, dia juga ikut menoleh ke pintu dan melihat Hoseok bersama Yoongi di sana. Yoongi perlahan mendorong kursi roda Hoseok ke arah mereka.

EYE | Jhs. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang