Perasaan

775 130 9
                                    

"Dan dia semalam pergi?".

"Iya. Urusannya sudah selesai,Seok"

Hoseok menatap batu nisan makam Jina. Ia merasa,setelah ini Jina benar benar sudah tiada. "Banyak sekali yang pergi"

"Takdir yang dituliskan untuk mereka,sepertinya begitu" Namjoon.

Hoseok dan Namjoon datang ke makam Jina pagi ini,saat Hoseok mengetahui bahwa Jina telah pergi semalam tanpa mengatakan apapun padanya. Hanya mereka berdua yang datang,Karena Jimin tidak ingin pergi dan karena itu Baekhyun memutuskan tidak pergi juga.

Setelah mendoakan Jina,mereka pulang. Namjoon setelah ini akan mengantar Hoseok ke tempat kerjanya. Begitupun ia akan pergi ke kantornya juga.

"Sepertinya Jimin mengkhawatirkan nasibnya" Namjoon memecah keheningan.

"Aku akan mencoba mengajaknya pergi ke suatu tempat. Apa kau bisa beritahu Baekhyun untuk mengajak Jimin ke tempat kerja ku?" Tanya Hoseok.

"Baekhyun bisa merasakan kalau kau membutuhkannya,Dia akan datang padamu kok" Jawab Namjoon.

Kedua alis Hoseok terangkat. "Bisa begitu?"

"Tentu. Aku juga tidak tau caranya" Namjoon dengan mengangkat kedua bahunya.

Mereka sampai di tempat kerja Hoseok. Hoseok turun,melambai pada Namjoon dan buru buru masuk ke dalam kafe. Sedangkan Namjoon langsung menjalankan mobilnya menuju kantornya.

"Pergi ke suatu tempat ya" Gumam Namjoon dengan pandangan lurus ke depan. "Ngomong ngomong aku jadi penasaran..."

Namjoon membelokkan setirnya,Melaju ke arah yang bukan arah menuju kantornya. Tiba tiba ia ingin mengetahui sesuatu mengenai Jina. Dan sekarang ia sedang menuju ke danau yang dimaksud Jina semalam,yang berada tak jauh dari restoran milik Jina.

Saat melewati restoran Jina,Namjoon menatap bangunan itu. "Juna tidak pernah bicara soal restoran ini,kemungkinan benar 'dia' lah yang mengelolanya sekarang"

Sesampainya di danau itu,Namjoon turun dari mobilnya. Mendapat pemandangan yang indah dan udara yang sejuk di sekitarnya di pagi hari benar benar menenangkan perasaannya. Namjoon sedikit berjalan sambil memperhatikan keseluruhan tempat ini,dan dia mendapati bird feeder di tengah tengah.

"Jina benar memasang beginian?" Namjoon mendekati bird feeder itu. Dulu,Jina pernah mengatakan bahwa ia ingin banyak burung di taman dekat danaunya. Dan Namjoon hanya iseng menyarankan untuk memasang bird feeder,ternyata Jina benar benar memasangnya.

Saat sibuk memperhatikan bird feeder tersebut,Tiba tiba Namjoon melihat ada seekor merpati putih terbang menghampirinya. Burung itu mendarat dengan indah di atas bird feeder,kepanya bergerak gerak memperhatikan Namjoon.

"Kau jinak? Cantik sekali" Namjoon mengusap bulu burung merpati itu.

Namjoon mengambil merpati putih itu ke tangannya,Burung itu sangat jinak. "Mohon bantuannya" Ucap Namjoon kemudian memejamkan matanya.









































"Bahkan sekarang aku bisa merasakan angin yang berhembus" Jina merentangkan tangannya,merasakan tubuhnya yang terkena hembusan angin.

"Jessy akhirnya terlepas dari komanya,Semoga ia bisa hidup dengan tenang bersama keluarganya sekarang" Jina,berbicara pada dirinya sendiri. Setelah tadi ia mengantar Jessy kembali ke rumah sakit,tiba tiba roh Jessy merasa kesakitan.

EYE | Jhs. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang