Ada yang pergi lagi

173 29 15
                                    

Datang ke rumah sakit dengan buru buru, bahkan mobilnya tadi menabrak pos satpam rumah sakit. Walau begitu dia memilih turun dan meninggalkan mobilnya, yang ada di tangannya hanya ada ponsel. Ponsel yang dia gunakan untuk menghubungi Namjoon sejak tadi tapi tidak kunjung dijawab, bahkan dia sudah mengirim banyak pesan ke nomor Namjoon dan tidak juga dibalas.

Dia berlari masuk, mencari unit gawat darurat. Tapi di depan gedung terlihat seseorang yang dia kenal, dan memang sepertinya menunggu dirinya datang.

Sipir yang dibayarnya untuk mengawasi Juna.

"Di mana Juna!?" Tanya Arjuna dengan panik.

Sipir itu menuntun Arjuna pergi ke tempat Juna berada, Arjuna mengikuti di belakang sambil memerintahkan sipir tersebut untuk sedikit cepat.

Walau begitu, perasaan Arjuna tidak enak.

Mereka tidak berjalan ke arah unit gawat darurat, melainkan masuk ke dalam gedung rumah sakit. Lebih dalam.

Semakin masuk ke dalam, semakin melewati banyak ruangan, melewati banyak orang orang. Membuat perasaan Arjuna semakin tidak karuan. Sipir ini hanya membawanya keluar dari sini lewat pintu belakang.

Arjuna meraih bahu sipir itu dengan kesal, "Kau mau ke mana! Kau kira aku punya waktu untuk berputar seperti ini?"

"Maaf, tapi kita sudah sampai" jawab Sipir itu sedikit gemetar.

Arjuna menatap ke depan, ada banyak orang-orang. Beberapa sipir dan polisi, serta perawat. Harusnya tidak mengejutkan karena mengetahui Juna adalah tahanan, yang membuat Arjuna terdiam adalah ruangan di depannya.

"Kamar jenazah?" Bacanya, pelan.

Beberapa petugas menghampirinya, menjelaskan apa yang terjadi. Tentang Juna yang melakukan bunuh diri, dan mereka juga memperlihatkan alat yang ia pakai, kondisinya saat dilarikan ke rumah sakit. Kalimat penjelasan itu semua hanya lewat di kepala Arjuna.

Dia berdiri mematung. Bahkan orang orang sekitar mulai khawatir melihatnya.

Tak lama kemudian Arjuna menghela nafas panjang, dengan sebelah tangan yang menutupi wajahnya. "Apa media tau?"

"Tidak, kami datang tanpa gangguan media"

"Bagus." Arjuna kembali menatap ruangan di hadapannya. Dia memutuskan untuk masuk melihat jenazah Juna di dalam.

Arjuna masuk ke dalam, dan meminta untuk tidak ada orang lain di dalam sana selain dia untuk sementara.

Dan kini dia berdiri di sebelah brankar yang terdapat jenazah di atasnya, tertutup kain putih yang ada banyak darah di bagian kepala ke dada. Sudah jelas darah itu dari mana.

Arjuna hanya membuka sedikit kain itu, hanya sampai mata. Dia sudah tertunduk dan menangis.

Dia betulan sudah mati?

Harusnya tidak begini, harusnya tidak menangis, tapi air matanya benar benar tidak bisa tertahan dan dadanya sangat sesak.

Bagaimana bisa orang yang bunuh diri bisa menutup matanya se-damai itu?.

Arjuna terus menangis, mungkin orang orang yang berada di luar bisa mendengar tangisannya.

Bagaimana kalau Irene tau jepit rambut miliknya yang digunakan Juna untuk mengakhiri hidupnya.

Bagaimana kalau Namjoon tau sahabatnya mati bunuh diri di dalam penjara.

Bagaimana jika.....

"Aku tidak mengerti.... Kenapa kau bunuh diri..." Arjuna menatap Juna dengan tatapan kosong.

EYE | Jhs. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang