EYE | Jhs. [END]

Ternyata

Berjalan di tengah keramaian,di bawah matahari yang bersinar terang. Melangkah tanpa ada bayangan yang mengikutinya,Tubuh yang semakin terlihat samar dari sebelumnya. Sedih perasaannya.

Ia tidak baik baik saja,sudah lama ia berpikir untuk pergi tapi tak tau bagaimana caranya. Hari ini,pertama kali baginya keluar tidak bersama siapapun dan tidak mengikuti siapapun. Ia berjalan bebas berusaha mencari alasan yang dapat membuatnya pergi dengan tenang.

"Jimin"

Tubuhnya menegang saat dipanggil,ia menoleh. Suara yang tak ia kenal itu ternyata berasal dari sosok yang berdiri di belakangnya.

"Siapa?" Tanyanya lembut disertai senyum.

"Jinho,aku Jinho" Balas Jinho ramah.

Mereka duduk di bawah salah satu pohon di pinggir jalan,keduanya menatap ke arah jalan yang ramai orang berlalu lalang.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya terlontar dari mulut Jinho.

"Apa aku boleh bercerita?" Jimin.

"Aku akan mendengarnya" Jinho.

"Aku....Belum lama ini meninggal karena kalah melawan penyakitku,tapi sayangnya aku tidak bisa pergi begitu saja. Aku tertahan disini,dan katanya aku bisa pergi jika urusanku selesai."

"Satu urusanku selesai,yaitu melepas dendam. Tapi ternyata itu belum cukup,aku bingung. Dan aku harus apalagi setelah ini? Jujur,awalnya aku bahagia saat bisa melihat sahabatku lagi. Kupikir dia bisa membantu ku,tapi tidak juga ternyata. Ia hanya manusia biasa"

"Dan temanku yang satu lagi,aku melihatnya tadi. Ia menemukan permintaannya" Jimin tiba tiba berhenti bercerita,ia menunduk menatap lututnya. Apa dia menangis? Bingung Jinho.

"Permintaan soal apa?" Tanya Jinho.

"Sebelumnya,ia bilang padaku bahwa ia ingat satu permintaannya. Ia ingin bertemu dengan teman,teman yang benar benar murni tidak mengenalnya sebagai artis. Dan teman yang melihatnya sebagai orang biasa,Tapi dia memintaku tidak memberi tahu kepada sahabat kami"