39

15K 1.7K 23
                                    

Tepat seperti apa yang Lian katakan bahwa dia akan menjemput Anya untuk berangkat ke sekolah bersama, namun sayangnya ada yang berbeda dari cowok itu. Pasalnya Lian tak mengenakan seragam sekolah melainkan sebuah jas hitam ditambah sepatu pantofel hitam yang senada.

Anya sempat tertegun karena ketampanan Lian jelas semakin bertambah— Anya diam tak bertanya sepanjang jalan begitupun Lian.

Masih ada waktu 15 menit sebelum gerbang di tutup. Lian mampir ke toko bunga lagi-lagi Anya hanya diam memperhatikan ia takut untuk bertanya sebab wajah Lian begitu suram.

"Belajar yang bener, nanti pulangnya gue jemput lagi."

Anya tak menjawab namun belum sempat Lian memajukan motornya Anya menarik jas Lian "gue, mau ikut boleh?"

"Sekolah lo?"

Merenggut masam saat tau jika Anya harus sekolah "lo sendiri gimana?"

Lian diam tak menjawab membuat Anya kebingungan tapi tampaknya Anya tak akan pernah pergi masuk ke dalam gerbang sekolah, entahlah tiba-tiba Anya ingin ikut dengan Lian tanpa tau tujuan Lian pergi.

"Cindy!"

Siswi yang dipanggil Cindy menoleh "ya?"

Kebetulan! Cindy itu teman sekelasnya sekaligus sekertaris kelas "tolong titip absen ya, gue izin sakit perut. Oke?"

Awalnya gadis itu diam tak lama mengangguk "oke, tapi jangan lupa bayarannya."

Senyum Anya merekah "oke sip! Kalo gue lupa ingetin aja."

Setelah Cindy pergi Anya menatap Lian tangannya terulur meminta kembali helmnya "ayo! Kita berangkat."

__

Anya turun dari motor Lian dengan perasaan bingung luar biasa pasalnya tempat yang mereka datangi merupakan pemakaman umum, Anya semakin bertanya-tanya. Setelah sadar dari keterkejutannya Anya mendengus saat melihat Lian sudah berjalan mendahuluinya dengan langkah cepat Anya menyusul Lian.

Lian melangkah mendekat pada satu pusara yang terlihat sangat terawat dengan tumbuhnya rumput hijau cantik, sebuah batu nisan bertuliskan nama seseorang lah yang jadi fokus utama Anya saat ini.

Lian masih diam mematung matanya melirik Anya yang terlihat terkejut, dia menghela nafas berat sebelum melepaskan jasnya dan menyampirkannya di bahu Anya.

Dia berjongkok sambil meletakkan satu buket bunga matahari yang di belinya tadi "happy birthday!"

"Bunga matahari, tahun ini kakak bawa bunga matahari!" Tangannya mengelus batu nisan yang bertuliskan nama—


Monika Candra Ayu
Binti
Hendrawan Saputra

Lahir : 26 Agustus 20xx
Wafat : 09 Maret 20xx


Anya masih terpengkur di tempatnya matanya memanas tanpa tau alasannya dia menangis. Punggung tangannya bahkan ikut basah sebab digunakan untuk menghapus air matanya. Lian bangkit tersenyum teduh pada Anya yang masih sibuk mengelap air matanya.

"Kakak pergi dulu, tahun besok kakak janji bakal datang lagi."

"Hai Monika, sampai ketemu lain waktu" ucap Anya, dia mendongak dan mendapati senyum Lian yang mengarah padanya.

"Ayo pergi!"

Selesai melakukan ziarah keduanya duduk berdua di bangku taman sambil menikmati kopi hangat di tangan masing-masing. Keduanya tampak canggung tanpa sebab hingga Lian berani membuka suara, "dia adik tiri gue, namanya Monika. Dia meninggal dunia karena penyakit Leukemia yang dideritanya sejak kecil."

Anya menoleh menatap wajah Lian dari samping "awalnya gue bersikeras nolak pernikahan mereka. Tapi seiring berjalannya waktu gue mulai menerima sedikit demi sedikit, Monika gadis yang selalu berusaha menarik perhatian kakak tirinya tanpa lelah dan pada akhirnya berhasil meluluhkan dinding kokoh itu. Senyumnya, tawanya, gue suka itu."

Lian tertawa miris "hingga gue tau kalo waktunya gak akan lama maka dari itu gue berusaha buat jaga dia, batesin segala aktivitasnya gue tau itu udah renggut kebebasannga, tapi gue cuman mau mencoba menjaga dia. Karena lelah dan jengah selalu dikekang dia menjauh sampai akhirnya dia ketemu Nova sebagai temannya."

Anya terlihat sangat terkejut bahkan di novel tak ada penjelasan apapun mengenai hubungan Lian dan Monika, lalu ternyata selama ini hubungan Lian dan Monika tak lebih dari sekedar adik dan kakak..?!

Anya terus diam mendengar cerita Lian, matanya begitu menyiratkan kesedihan. Seperti penyesalan dan tanggung jawab yang belum usai, Anya tertegun melihat sisi lain dari Lian yang sama sekali belum pernah dia tunjukkan.

Hingga keduanya tak sadar telah menghabiskan waktu seharian berdua menikmati jalanan kota metropolitan, Lian mengantar Anya pulang dengan selamat "makasih untuk hari ini."

Lian menggeleng "harusnya gue yang bilang makasih, makasih Anya karena udah mau denger cerita gue." Cowok itu tersenyum tulus.

Anya tiba-tiba tampak salah tingkah "a.. em.. sama sama" kenapa jadi deg-degan lagi kalo deket Lian!

"Gue balik dulu, udah sore."

Anya melambai pada Lian yang kiranya sudah tak terlihat mata lagi, saat berbalik memasuki gerbang kedua abang kembarnya sudah berdiri mematung dengan tangan di dada memandang nya tajam meminta penjelasan.

"Sore abang kembar gue yang ganteng!" Anya menyengir lebar "permisi mau masuk dulu ya.."

"Mau kemana lo?" Tasnya ditarik Dean "eh hehehe abang~ eh bang aduh gue sakit perut nih!" Akting Anya sambil memegangi perutnya.

"Dian, bawa dia!" Ucap Dian yang tak terpengaruh sama sekali. Dean mengangguk menarik— atau lebih tepatnya menyeret Anya masuk ke dalam rumah.

"Aakhh abang lepasin gueeee~!"

____

Malam hari ini cuaca terlihat lebih gelap dari biasanya awan hitam menutup hampir separuh langit menimbulkan kemelut takut, kilatan tak kasat mata pun sudah mulai menampak. Hujan segera tiba, mula-mula rintik kecil sebagai pembuka kemudian disusul derasnya hujan turun.

Nova berdecak sebal di depan mini market menatap kosong pada jalanan yang mulai di basahi air wajahnya begitu suram, dia duduk di depan sana menunggu hujan mereda.

Kini matanya fokus pada ponsel di tangannya jempolnya bergulir bibirnya tersenyum saat membuka aplikasi Instagram dan langsung di buka dengan wajah Anya, dia mengetuk beberapa kali layar ponselnya.

"Lo cantik Anya."

Begitu memuja tak henti lewat tatapan, sungguh Nova dibutakan oleh bayang-bayang Monika yang tak pernah hilang sebagai cinta pertamanya.

Senyumnya luntur seketika saat ponselnya menampilkan layar panggilan "ada apa?" Begitu datar tanpa emosi.

"Maaf tuan, saya ingin melapor jika dia berhasil kami tangkap kembali!"

Nova menyeringai "siksa dia dan jangan beri makan ataupun minum! Dan jangan sampai dia kabur lagi!"

"Baik tuan."

Pip!

Panggilan berakhir hatinya bersorak gembira tangannya  dengan lihai memutar-mutar ponsel mahal itu, malam ini hujan turun namun perasaannya mengatakan sebaliknya.

Di sisi lain, Anya mengerutkan alisnya bingung "nih orang ngapain like foto gue sih?"

Merasa aneh pada Nova yang akhir-akhir ini menyukai postingan miliknya bahkan sampai mengikuti akunya, ada apa? Kenapa perasaannya tiba-tiba jadi gelisah?

Semoga tidak ada kejadian buruk yang terjadi!

________
Tbc
________

Stupid Character's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang