Nova merenggut kesal saat tau Anya kabur dia dengan tak sabar bergegas mengendarai motor trail nya dan pergi menelusuri hutan, di sakunya terdapat senapan laras pendek yang sengaja dia bawa. Beberapa anak buahnya mengikuti Nova dari arah belakang, mereka berpencar Nova yang diliputi amarah mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi lalu meledakkan timah panas dari moncong kecil pistolnya.
Letusan itu terjadi beberapa kali sampai matanya menatap tajam penuh emosi. Cepat dia gulingkan motornya dan berlari mendekat-
Dor!
Tang!!
Terkesiap kaget saat timah panas meluncur cepat pada pintu mobil itu. Tak berhenti sampai sana Nova kembali menarik pelatuk beberapa kali membuat Lian dengan sigap melindungi Anya, mereka segera berlari menjauh tak ada gunanya menaiki kendaraan besar itu jika ban mobil itu saja sudah Nova tembaki.
"LIAN SIALAN!! BALIKIN ANYA!"
Nova melangkah perlahan dengan terus menembak berdecih saat tau jika peluru dalam pistolnya habis, dia membuangnya dengan kasar. "ANYA! APAKAH KAU LUPA APA YANG AKU KATAKAN? Sekali kau pergi menjauh aku akan mengejarmu kemana pun, artinya kau tidak akan bisa lepas dari ku Anya!!!" Teriak Nova.
Anya bergetar dalam dekapan Lian melihat pergerakan Nova yang berubah konstan Lian segera menggendong Anya di punggungnya, "jangan pernah menengok ke belakang apapun yang terjadi!"
Anya hanya bisa mengangguk sambil tangannya memeluk erat leher Lian, dia takut jujur Anya tidak ingin berada di situasi yang seperti ini. Apalagi melihat bahu kiri Lian yang terluka karena sempat terkena tembakan, keadaan mereka benar-benar buruk dan menyedihkan.
Aksi kejar-kejaran itu terhenti tat kala bawahan Nova ikut mengejar keduanya. Lian dan Anya terkepung mereka sudah menjaga batas kabur keduanya, perlahan Lian menurunkan Anya lalu menyembunyikannya di punggung tegap yang waspada terhadap sekelilingnya.
"Lo tau Lian, rasa benci gue selalu bertambah setiap liat lo. Hasrat kebencian gue masih belum sirna sebelum gue liat lo menderita, sama seperti beberapa tahun lalu."
Lian menatap waspada Nova yang mendekat "luka yang sama harus dibalaskan dan hari ini gue akan mengakhiri dan tentunya Anya, dia bakal jadi milik gue!" Nova menyeringai lebar sebelum menerjang Lian dengan tendangan kencang.
"Akh!" Anya meringis saat beberapa orang suruhan Nova menariknya kencang menjauh dari sana. Mengikat kedua tangannya erat "NOVA ANJING LO!! LEPASIN GUE LEPASIN BANGSAT!!"
Nova melirik "ssstt... dilarang berkata kasar sayang!"
Dan sebuah pukulan keras mengenai wajah Nova kencang sangat keras dan penuh tenaga, Lian tak ingin berlama-lama cepat dia layangkan kembali pukulan beruntun pada Nova yang masih bertahan. Lian mengunci leher Nova dengan kedua kakinya begitu pun dengan tangannya kini Nova tepat di bawahnya.
"Akh! Sialan!" Sebuah tembakan dilayangkan yang mana menggores pipi Lian, dan dengan begitu Lian lengah lalu Nova berhasil keluar dari kuncian Lian dan menendang kepala itu kencang.
"Brengsek!! Siapa yang nyuruh kalian ganggu gue?!!" Nova menatap nyalang pada orang-orang nya. "Gue peringatin sama kalian semua jangan ada yang ganggu gue atau nyawa kalian yang bakal gue kirim duluan ke neraka!!"
Anya berdecih berusaha memberontak kabur berkali-kali kakinya menginjak bahkan ingin menggigit namun sayang semua gerakannya berhasil diantisipasi, Anya tak bisa melihat Lian terluka hatinya sakit.
Lian tersungkur dia sama sekali tak diberikan waktu untuk bernapas, dia cepat berguling menghindari injakkan Nova. Melihat celah tangannya mengambil gundukkan tanah kering lalu dia lemparkan tepat ke wajah Nova.
"Sialan!!"
Tak membuang waktu lagi Lian mendaratkan sebuah tendangan kuat yang membuat Nova langsung tersungkur, Nova tersenyum culas diantara rasa sakitnya "Lian, antara dendam, Monika, dan gue? Mana yang lo pilih-" Tanyanya dengan nada rendah.
"Ah, atau Anya?" Lanjutnya Lian yang sudah pada puncak emosi memukul wajah Nova berulang-ulang. "Kenapa? Lo gak bisa jawab?" Nova mencekal kepalan tangan Lian "pengecut! Cuih!!"
Nova meludah air liur yang tercampur dengan darah mengenai pipi Lian, sorot mata Lian semakin kelam dia mendekatkan wajahnya "You have a death wish don't you? My Friend!"
Wajah Nova terbelalak dadanya terasa terhimpit saat kedua tangan Lian mencekiknya. Menekan kuat perut dengan kakinya "woah lihat wajah mu sungguh menggelikan! Sangat disayangkan pertemuan kita hanya sampai sini, good luck!"
Lian melepaskan cekikannya senyumnya semakin berkembang tat kala dia mengeluarkan sebuah belati dari saku celananya dan- "JLEB!!" Lian menancapkan belati itu tepat di dada Nova "lihatlah dirimu yang menyedihkan!" Lian terkekeh geli sekali hentakkan mencabut belati itu jarinya dia usapkan mengusap lelehan darah lalu menjilatnya.
Nova terengah, Lian benar-benar ingin membunuhnya beberapa kali belati itu terhunus ke tubuhnya Nova berteriak kesakitan, dan Lian malah tertawa sayangnya saat lagi-lagi akan menghunus belati itu teriakan Anya menggema membuat Lian menoleh dengan lekas dan seketika mendapati Anya yang sudah terpelanting ke batang pohon, di saat Nova dan Lian saling memberikan pukulan. Para bawahan yang melihat atasannya kesulitan pun ingin membantu namun mereka takut dengan ancaman Nova.
Bertepatan dengan itu Anya menggigit kencang tangan orang yang memegangi nya saat akan berlari pergi tubuhnya di tarik dan di dorong kencang, sekujur tubuhnya sakit sangat sakit dengan mata yang mulai berkunang-kunang Anya bisa melihat Lian yang berlari menghampirinya.
Namun, sebelum pemuda itu sampai Nova sudah berada di belakangnya lalu mendaratkan sebuah batu besar pada kepalanya sekali hantaman, Lian ambruk dengan darah yang mengalir deras di kepalanya.
Nova tersenyum dengan badan sempoyongan tak lupa darah yang mengalirdi dada kirinya dan beberapa bagian tubuhnya "haha hahahahah lo mati Lian, mati! Mati! Mati! Mati!" Nova dengan kekuatannya yang tersisa masih mencoba memukul kepala Lian dengan batu.
"Akhir kisah yang menyedihkan, baik lo dan gue kita sama-sama kehilangan orang yang kita sayang dan pergi dari dunia ini, selamanya." Dan kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang Nova katakan sebelum dirinya ikut ambruk.
Lian, dengan sisa kesadarannya yang kian menipis merangkak mendekat ke arah Anya yang sudah tak sadarkan diri. "A-anya..." Tangannya berhasil meraih Anya dengan sedikit tenaga Lian menarik Anya ke dalam rengkuhannya membenamkam kepala gadisnya di dadanya yang bergerak naik turun tak teratur.
"Tolong maafkan aku yang tidak bisa melindungi mu-" satu kecupan pelan Lian berikan pqda kening Anya yang juga terluka "aku mencintaimu, my Pumpkin!"
Ini bukan dendam tanpa landasan namun hanya keinginan yang tak pernah terwujud mengubah semua perasaan menjadi kebencian, akar dari awal adalah sebuah rasa ingin memiliki dan melindungi. Seharusnya jaga dan lindungi sewajarnya jangan libatkan obsesi dan keinginan sepihak, cinta bukan hanya tentang memiliki dan dimiliki tetapi juga tentang kesetiaan juga tanggung jawab.
Tidak salah jika ingin membuat sebuah sangkar emas namun layaknya burung mereka ingin sebuah kebebasan, jangan berdalih dengan alasan kau melindungi karena kenyataannya kau menyakitinya tanpa kau sadari, dan ego-mu mengalahkan segalanya.
_______
Tbc
_______Berhubung cerita ini mau tamat aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian yang udah dukung cerita ini sampai bisa di titik ini, aku nggak nyangka banget!!
See you next chapter!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Character's [END]
Romance[16+] Jihan tiba-tiba masuk ke dalam sebuah novel di mana ia menjadi tokoh antagonis yang akan berakhir menyedihkan. Ia tak punya pilihan lain selain merubah alurnya dan membuat isi dari novel itu kacau karenanya. Perannya pun berganti, Jihan bahk...