24

19.6K 2.3K 72
                                    

Anya melempar tasnya sembarang arah lalu langsung menidurkan tubuhnya di atas kasur, tangannya mengambil bantal lalu dipeluknya. Matanya menatap kosong pada atap kamar, seharian bolos membuat perasaannya cukup membaik.

Dan Lian lah yang membuatnya nyaman, Anya mengengat bibirnya pikirannya melayang pada saat tadi.

__

Anya mengerjap pelan saat sebuah tangan mengusap kepalanya pelan membuatnya nyaman hingga tak sadar tertidur, kepalanya bersandar pada bahu kokoh Lian. Hingga pada saat Anya akan terlelap dia dikejutkan dengan perlakuan Lian yang cukup membuat jantungnya kembali berdetak tak tentu.

"Anya, siapa lo sebenarnya?"

Deg!

Sontak Anya menjawab 'CALON MASA DEPAN MU MAS!!'

__

Anya terkekeh saat mengingat teriakan batinnya itu, tapi dia tau apa yang dimaksud Lian sebenarnya. Gara-gara mulut lemesnya yang tak terkontrol tempo hari tanpa sengaja Anya membahas mengenai masa lalu kelam seorang Killian dan dengan begitu Anya secara tak langsung tau tentang hubungan Lian dan Nova yang tak baik, serta Monika.

"Bodoh! Mulut bodoh, bisa-bisanya lo keceplosan bego!"

Memukul pelan mulutnya "hhah~ tapi gue juga penasaran hubungan Lian sama Monika itu kayak apa sih? Gak mungkin dong dia adiknya...?"

"Eh, apa Monika ini emang adiknya?" Anya bangkit duduk sambil memeluk bantal. Kepalanya berusaha mengingat potongan novel yang pernah dia baca, setaunya tak ada dialog ataupun scene yang menjelaskan bahwa Lian mencintai Monika tanda kutip sebagai wanita.

Tapi perlakuan Lian layaknya— "Akhhh gak tau gue, pusing!"

Si penulis benar-benar ingin membuat para pembacanya penasaran dengan hubungan Monika dan Lian. Bahkan di extra part tak ada kejelasan apapun, hanya ada kilasan beberapa tokoh yang bisa dianggap tak terlalu penting namun masih ada kaitannya dengan jalan cerita.

____

Di sebuah kamar Nova berada, duduk bersilang di atas kursi yang berada di tengah ruangan dengan sekaleng bir ditangannya. Matanya begitu tajam menatap lurus pada sebuah figura besar yang terpasang di dinding, potret gadis kecil cantik dengan senyuman menawan. Bahkan di setiap dinding kamar itu banyak foto terpasang memenuhi setiap cela, tanpa terkecuali.

Bahkan tawanya yang renyah itu masih bisa Nova dengar, beberapa tahun telah berlalu. Kepergian gadis kecilnya yang amat dicintainya, lucu bukan jika mengingat umur mereka kala itu. Orang bilang itu hanyalah cinta sesaat anak kecil yang tak memilki arti, tetapi bagi seorang Nova itu lebih dari cinta melainkan obsesi! Ya dia sadar akan itu.

Memilki gadis itu hanya untuk dirinya dan tak ingin berbagi, perasaan itu sudah dimilikinya sejak mengenal gadis itu. Kepergian nya seperti pukulan terbesar bagi Nova, dia tak bisa melupakan gadis kecilnya. Hingga dia bertemu dengan Alice.

Wajahnya, senyumnya, matanya sangat mirip dengan Monika. Tanpa sadar Nova melihat Alice sebagai Monikanya. Menghiraukan kenyataan jika Monika sudah tak ada lagi di dunia, dia ingin memiliki Alice sebagai Monika.

Bahkan dia tak segan melenyapkan siapapun yang berani menyakiti Alice— Monikanya.

Nova dan Lian. Apa hubungan mereka? Hubungan keduanya di masa lalu memang tidak bisa dikatakan dekat sebab mereka sama-sama mencoba merebut perhatian si kecil Monika, walaupun begitu mereka memiliki tujuan yang sama yaitu melindugi gadis kecilnya yang tampak rapuh.

Namun, akhir-akhir ini ada yang mengganggu dirinya. Seorang gadis yang dulu terlihat selalu tersenyum ke arahnya, yang selalu mencari cara menarik perhatiannya, selalu berusaha dekat dengannya, melakukan apapun yang bisa membuat perhatiannya teralihkan padanya dengan cara menyakiti Alice tiba-tiba berubah. Tapi itu dulu, kini gadis itu tak lagi tersenyum saat bertemu dengannya bahkan pancaran mata memujanya sudah hilang digantikan dengan tatapan jijik dan menghina.

"Anya, lo sama sekali gak mirip Monika!"

Dia bangkit, melangkah mendekat pada bingkai foto di depannya salah satu foto yang sengaja dia bingkai di antara ribuan foto yang terpasang di sana. Tangannya menyentuh dengan lembut "Monika, kenapa dia tak mirip dengan mu?"

Tentu saja foto itu takkan menjawab!

Anya, eksistensi yang semu kini mulai terlihat jelas. Nova hanya merasa aneh pada dirinya saat senyum itu tak lagi mengarah padanya "padahal dulu kau selalu saja mengganggu ku, tapi kenapa? Kenapa sekarang dia malah menjauh? Apakah hanya karena aku menganggapnya tidak mirip dengan mu? Ah, sayang sekali dia tak tau tentang mu Monika." Nova tersenyum.

"Killian, sepertinya lagi-lagi gue bakal rebut hal yang berharga dari lo. Iya kan, Anya?" Pandangannya beralih pada sebuah polaroid yang entah sejak kapan terpasang di sisi figura Monika.

"Anya bisakah kau menunggu ku? Tenang ini takkan lama, sayang!"

____

Anya mengejang dalam tidurnya dan dipaksa bangun dengan kasar, nafasnya tersenggal-senggal dengan tubuh gemetar hebat. Kerongkongannya begitu kering melirik nakas, untung saja di sana ada segelas berisi air. Lekas meneguk air itu dalam sekali tegukan.

Mimpi buruk!!

Menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sambil memeluk kedua lututnya dan menumpukan dagunya. "Siapa, kenapa... mimpi apa itu?!"

Mimpinya begitu buram yang Anya ingat hanya dia terkurung di sebuah tempat dimana tak ada jalan keluar baginya, dia disiksa. Jangan lupakan bau amis dan bercak darah di lantai tempat itu.

Begitu mengerikan dan membuatnya mual.

"Anya, lo sebenarnya di mana?"

Matanya yang sendu menatap ke arah jendela balkon kamarnya, perlahan turun dan membuka pintu yang menghubungkan ke balkon, angin dingin langsung menerpa tubuhnya yang ringkih. Diam di pinggir pembatas dengan kedua tangan menggenggam pagar erat, kepalanya mendongkak menatap ribuan bintang yang berserakan luas di langit malam.

'Jika memang lo bakal datang dan merebut tubuh lo lagi, gue akan melepasnya dengan bahagia. Karena sejak awal pemilik tubuh ini bukan gue, lo udah terlalu banyak menderita bukan? Keluarga, teman, kakak, lo bisa dapat itu semua sekarang... jadi dimana lo sekarang Anya?'

"Gue kangen rumah~!"

________
Tbc
--------

Stupid Character's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang