Note: chapter kali ini tidak akan terlalu banyak mengandung dialog!
---
Alice, sosok pemeran utama yang selalu bersinar. Memiliki pesona sebagai tokoh utama yang menjerat banyak ikan tangkapan dalam sekali buruan. Selalu memiliki dukungan yang kuat dari si penulis ditambah selalu memiliki citra positif dan tentu memiliki sesuatu hal yang hanya dimiliki peran utama.
Di puja serta di puji, adalah makanannya sehari-hari perhatian akan selalu terfokus padanya bagai lampu sorot yang hanya menyinari nya seorang. Alice Titania, dengan segala kesempurnaan yang membuat banyak orang iri. Di mana ada tokoh protagonis maka akan ada tokoh antagonis, sudah hukum alam jika ada baik pasti juga ada yang buruk.
Tentunya itu adalah Anya, sosok gadis cantik penyendiri yang selalu berusaha mencari perhatian Nova. Alice akan berperan layaknya tokoh utama lemah yang berharap pangeran berkuda putih datang padanya, mengulurkan tangannya dan membawanya pergi saat si tokoh antagonis menindasnya.
Tetapi, ada saat di mana tokoh antagonis tersebut bertindak tidak sesuai dengan perannya. Berlaku aneh dan tiba-tiba berhenti membuat masalah dengannya dan menjauhi tokoh utama laki-laki, ada apa? Kenapa?
Tapi, Alice tak begitu peduli lampu sorot masih bersinar kearahnya. Hingga ia menyadari bahwa perlahan-lahan perhatian, serta pujian orang-orang mulai menjauh darinya dan berbalik berpihak pada Anya.
Alice berteriak "gue itu peran utamanya di sini!"
Sayang sekali hari demi hari semua yang sudah ia dapat perlahan hilang, Alice tidak ingin ini terjadi. Dan Judith datang, mengatakan jika Anya hanya tengah bersandiwara tujuannya merebut semua hal yang Alice miliki.
Ia mendidih, tanpa takut mulai melukai dan menindas Anya. Ini bukan peralihan peran namun Alice hanya tengah mempertahankan posisinya, awalnya ia takut jika Anya akan mengadu namun Alice cepat mengenyahkan pikiran itu. Anya hanyalah peran antagonis, tak akan ada yang percaya pada ucapannya. Alice menang kali ini.
Dan benar saja Anya tak melakukan apapun, sayangnya Alice malah semakin terganggu karena sikap Anya yang malah mengacuhkan perbuatannya. Seharusnya Anya mengadu lalu Alice akan berlindung di balik sosok Nova, memasang wajah sedih karena merasa terfitnah.
Harusnya begitu!!
Anya malah mengacuhkannya, tak mempedulikannya, seolah-olah ia hanya peran figuran yang tak terlalu penting untuk jalannya cerita.
Lebih bagus jika Anya membalasnya bukan?
"Kenapa?"
Tatapan Nova yang kian berbeda, tatapan penuh puja itu perlahan terkikis tanpa sebab. Tindakan manis yang selalu Nova berikan berubah menjadi acuh dan cuek, tak ada lagi Nova yang terlihat bak pangeran baginya, Nova nya berubah dan itu karena Anya yang mengabaikan perannya.
Monika, ah~ Alice tau jika Nova selama ini menganggapnya sebagai cintanya yang sudah tiada. Alice tak mempermasalahkan selama ia bisa bersama Nova, selama perhatian orang-orang masih mengarah padanya Alice tak masalah.
Meskipun setiap tidur Nova selalu menggumamkan Monika dalam tidurnya Alice tak masalah, ia baik-baik saja selama Nova bersamanya. Ya, itu sudah lebih dari cukup untuknya.
Alice tau masa lalu kekasihnya yang kelam, semuanya! Dari Nova yang pernah membunuh, sampai mengoleksi bagian tubuh manusia yang dibunuhnya. Alice juga tau ada satu ruangan dalam rumahnya yang dipenuhi foto Monika di setiap sudutnya, tak ada foto dirinya sama sekali.
Alice juga tau jika kedua orang tua Nova mengacuhkannya, mengabaikannya, dan menganggapnya sebagai seorang 'Monster' yang berbahaya. Alice tau, tetapi ia tidak ingin menjauhi Nova. Bukankah seperti cerita klasik romantis di mana peran utama laki-laki yang akan selalu jatuh pada wanitanya?
Sayangnya, Alice keliru. Nova mulai menatap Anya sebagai Anya, bukan sebagai Monika seperti Nova menatap dirinya yang mirip Monika. Nova mulai memiliki ketertarikan selain Monika kepada Anya, Alice waspada bagaimana jika Nova meninggalkannya?
Tidak, itu tidak boleh terjadi!
Ketakutan Alice semakin bertambah kala Nova mulai memiliki pandangan obsesi. Alice kalut dan tak bisa berpikir jernih,
"Nova, aku mencintaimu!"
Namun, kalimat yang selalu mendapat balasan manis itu hilang bak tak pernah ada. Nova mengacuhkannya, menatap jijik dengan tatapan mencemooh seolah berkata "kamu bukan Monika, Alice!"
Kepalanya menggeleng ribut Alice tak ingin kehilangan semua kesempurnaan nya sebagai tokoh utama. Tidak untuk sekarang atau nanti, "Nova, aku akan jadi Monika seperti yang selalu kamu inginkan!"
Tersenyum penuh puja namun mendapat balasan kejam, Nova menamparnya mencemooh dengan kata-kata "ha? Ingin menjadi seperti Monika? Dengan cara apa, Alice kamu tak lebih hanya sebuah peniru yang tak akan pernah bisa menggantikan posisi dia yang asli. Terus bermimpilah sampai kamu muak dengan wajah mu dan mati dengan perlahan!"
Sungguh kejam, Alice meraung meminta belas kasih Nova. Mengutarakan perasaan cinta, sayang, dan arti Nova baginya. Nova benar-benar sudah melupakannya sebagai peniru Monika yang harus dimilikinya untuk menggantikan pujaan hatinya yang mati.
"Kamu salah Nova! Aku bisa menjadi Monika bahkan bisa menggantikan posisi Monika!"
Tekad kuat yang kini membara, Alice tak puas jika hanya menonton dalam diam. Menyaksikan perlahan, sedikit demi sedikit eksistensi nya mulai terkikis oleh Anya.
Kebenciannya terhadap Anya mulai berakar dan menjalar, rasa iri dan ingin menghancurkan timbul begitu saja. Seharusnya, ya seharusnya sampai kapan pun tokoh utama tidak bisa digantikan hanya karena perubahan kecil!
Kehadiran Anya yang awalnya semu mulai terasa mengancam dan mengganggu, entah sejak kapan Alice ingin merebut semua yang di dapat Anya. Tidak, sejak awal semua itu miliknya, hanya miliknya, Alice harus segera merebut miliknya kembali sebelum terlambat.
Sayang sekali Alice terlambat menyadarinya, perlahan cahaya lampu mulai berpindah dan meninggalkannya. Alice, si tokoh utama entah sejak kapan telah berubah menjadi tokoh tak penting yang menyandang antagonis sampingan yang hanya melengkapi bumbu cerita sang peran utama, Anya.
"Kita putus Alice, peran mu sebagai Monika hanya cukup sampai di sini!"
Alice tak menyangka jika Nova akan semudah itu melepaskannya hanya karena dia melihat sosok yang tidak bisa disamakan dengan Monika, tidak, Alice tidak ingin ini berakhir.
"Aku tidak mau!"
Tatapan dingin datarnya itu berhasil membuat Alice gemetar hebat. Tubuhnya kaku, seperti adanya beribu panah yang tengah mengarah padanya.
"Aku tidak perlu persetujuan mu!"
Dia pergi dan Alice kehilangan kembali-
"Gue benci Anya!"
Nova berubah, Alice membenci saat Nova mulai menyadari perbedaan antara dirinya dan Anya. Di matanya Alice tetaplah tiruan Monika sedangkan Anya? Hanyalah Anya. Air panas semakin mendidih saat ia menemukan foto Anya di kamar itu, meski tak banyak setidaknya itu ada.
"Kenapa? Kenapa tidak ada satu pun yang mau melihat ke arah gue lagi?"
"Tatap gue! Pujian dan perhatian kalian hanya tertuju pada Alice, tidak Anya tidak juga yang lain!!"
Mungkin terdengar bodoh mencintai seseorang yang bahkan menganggap dirinya sebagai jelmaan orang lain, tetapi cinta itu tak bisa disalahkan, perasaan itu hadir dan datang dengan sendirinya.
Gila, Alice mulai memikirkan rencana gila untuk bisa menyingkirkan Anya dan kembali merebut perhatian semua orang.
"Hahahahahahhaah... kayaknya ini ide bagus!"
Agar semua orang kembali padanya, Alice hanya perlu menyingkirkan Anya. Ya, dengan begitu bukankah Alice akan kembali mendapat sorot lampu lagi? Benar, dengan menyingkirkan Anya ia dapat dengan mudah mengambil apa yang sebelumnya menjadi miliknya.
"Anya, sayang sekali lo harus berakhir di tangan gue!"
"Dan kisah lo akan mendapat sad ending!"
________
Tbc
________
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Character's [END]
Romance[16+] Jihan tiba-tiba masuk ke dalam sebuah novel di mana ia menjadi tokoh antagonis yang akan berakhir menyedihkan. Ia tak punya pilihan lain selain merubah alurnya dan membuat isi dari novel itu kacau karenanya. Perannya pun berganti, Jihan bahk...